Jangan Jadikan Perpustakaan Warung Sarang Isu

Kupang, Savanaparadise.com,- Guru Besar Program Studi Linguistik Universitas Nusa Cendana Kupang, Prof. Dr. F. Sanga, M.Pd meminta kepada jajaran penulis di Provinsi NTT agar tidak menjadikan perpustakaan sebagai warung sarang isu.

“Dasar komunikasi kebahasaan manusia diawali dari membaca, berbicara dan ekspresi serta apresiasi. Semua hal itu ada dan bisa didapat dari perpustakaan. Karena di perpustakaan ada buku. Jika tidak maka perpustakaan hanyalah warung sarang isu,” tandas Prof. Sanga saat tampil sebagai nara sumber pada acara Temu Konsultasi dan Pembentukan Forum Penulis Buku dan Karya Rekam se Provinsi NTT di Aula Lantai II Badan Perpustakaan Daerah Provinsi NTT, Rabu (25/6/2014).

Menurut Prof. Sanga, menulis adalah merepro apa yang ada dalam bathin penulis itu sendiri yang dituangkan dalam bentuk tulisan. “Karena itu, seorang penulis harus terbuka dan jujur. Saya berharap para penulis yang ada di daerah ini harus kompak. Kalau para penulis kompak maka para penerbit bisa kolaps,” tegas profesor bidang semiotika.

Di tempat yang sama penulis senior yang juga Staf Pengajar STIPAS Keuskupan Agung Kupang, DR. Bele Antonius, M.Si mengatakan, penulis adalah manusia yang merupakan makhluk pengubah karena terdorong untuk berubah dari yang kurang sempurna ke yang lebih sempurna.

“Karena itu, pada hakekatnya manusia terdiri dari nafsu, nalar, naluri dan nurani; atau 4 N,” kata Bele.

Menurut Bele, jika seorang penulis hanya mengutamakan nafsu maka mutu karya tulisnya hanya untuk mencari nama atau pelampiasan rasa saja. “Kalau menulis dengan nalar maka dia mencurahkan ingatan, pengetahuan, pengalaman dan gagasannya. Kalau menulis dengan naluri maka dia ingin mempengaruhi orang lain. Sedangkan kalau dia menulis dengan nurani maka sang penulis akan mewartakan sesuatu yang baik (bonum), benar (verum) dan bagus (pulchrum). Hemat saya, setiap karya tulis diukur mutunya dengan 4 N ini,” jelas Bele Antonius, yang terpilih sebagai Anggota DPRD NTT periode 2014-2019 dari Partai PDI Perjuangan Dapil Kota Kupang.

Sementara itu Kepala Badan Perpustakaan Daerah Provinsi NTT, Drs. Nahor Talan menjelaskan, perpustakaan sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. “Fungsi pendidikan artinya, perpustakaan sebagai suatu lembaga terbuka bagi siapa saja yang memerlukan literatur dan merupakan suatu tempat belajar seumur hidup. Sebagai tempat dan sumber belajar, semua dapat memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan untuk dibaca, dipelajari ataupun dipinjam,” kata Nahor.

Menurut Nahor, animo masyarakat untuk membaca dan menulis masih jauh dari harapan. “Ke depan pemerintah musti menyiapkan dana insentif untuk para penulis yang ada di daerah ini untuk meningkatkan budaya menulis. Karena buku yang baik dapat mengubah kehidupan manusia dan mempercepat kemajuan bangsa,” tandasnya. (*/Verry Guru)

Pos terkait