Soe, Savanaparadise.com,- Kekeringan yang melanda Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)tak hanya berdampak pada manusia. Sebanyak 93 ekor sapi milik dua kelompok penerima bantuan pengembangan ternak di Desa Salbait, Kecamatan Mollo Barat, mati mendadak lantaran krisis air dan pakan ternak.
“Dari 110 ekor sapi, sampai saat ini yang hidup hanya 67 ekor saja karena yang lain mati, karena kita di sini kesulitan air dan pakan ternak. Untuk mendapatkan pakan ternak, kita harus cari daun di tengah hutan yang jaraknya dari kandang sapi sekitar 5 kilometer. Sedangkan untuk air, yang tersedia hanya satu embung saja, itu pun jaraknya sampai 7 kilometer,” kata Ketua kelompok Moenmese, Melki Batu, Kamis (23/10/2014).
Dijelaskannya bantuan yang didapat kelompoknya yakni sebanyak 110 ekor sapi dengan rincian 100 ekor betina dan 10 ekornya jantan.
Menurut Melki matinya sapi tersebut disebabkan kondisi sapi yang tidak sehat saat didistribusikan. Melki menyatakan peternak hanya bisa mempertahankan kehidupan ternak, namun tidak bisa melakukan penggemukan.
“ Seharusnya pemerintah memiliki perencanaan agar bantuan ternak ini bisa bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Melki berharap pemerintah jangan tidak diam dengan keberadaan kami anggota kelompok yang ada saat ini.
Sementara itu anggota kelompok Tafenat Monit, Jumina Manbait mengaku, dari 110 ekor sapi yang diterima oleh kelompoknya, sebanyak 50 ekor telah mati akibat kurangnya pakan, air dan juga penyakit.
Menurut Jumina, bantuan ternak sapi dari Pemerintah Provinsi NTT disalurkan pada Desember 2013 dalam bentuk embung. Namun sejak Bulan Agustus 2014, embung untuk kebutuhan ternak mulai mengering, dan saat ini tinggal satu embung di Temkuna, Desa Salbait, Kecamatan Mollo Barat, itu pun debitnya sudah mulai berkurang.
Anggota DPRD NTT, Jeffry Unbanunaek yang mengunjungi dua kelompok ternak itu mengatakan kehadirannya di Kabupaten TTS untuk melakukan sosialisasi peraturan daerah. Namun sebagai wakil rakyat daerah pemilihan TTS, tentu tidak bisa tinggal diam setelah mendapatkan informasi dan aspirasi rakyat soal kematian ternak sapi. Apalagi, kata dia, kemarau yang panjang, menyebabkan kekeringan dimana–mana.
“Saya minta Dinas Peternakan Provinsi NTT untuk segera berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten TTS guna menyelamatkan ternak yang masih tersisa. Kelompok jangan dibiarkan berjuang sendiri untuk mempertahankan ternak yang masih ada. Embung yang dibangun sebanyak lima embung, hanya tinggal satu embung saja yang masih ada, itu pun debitnya tinggal sedikit dan tidak bertahan lama lagi,” jelas Jeffry.(SP)