Gugusan Bukit Batu Alam Bnoko Kaenbaun, Destinasi Wisata Baru di TTU Yang Eksotis

Kefamenau, Savanaparadise.com,- Jika Anda Traveler penyuka wisata alam, Gugusan bukit batu alam Bnoko Kaenbaun bisa menjadi salah satu destinasi yang harus tercatat dalam buku agenda perjalanan.  Bnoko Kaenbaun merupakan gugusan bukit batu alam dengan corak menjulang tinggi kelangit dengan keunikannya tersendiri yang tentunya hanya ada di Desa Kaenbaun, Kecamatan Miomaffo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

Bacaan Lainnya

Lokasi ini berada tepat di wilayah timur Desa Kaenbaun dengan luas sekitar 10 Ha dan untuk sampai ke destinasi wisata ini, pengunjung harus menempuh jarak sekitar 30 kilometer dari Kota Kefamenanu,TTU.

Setibanya di Desa Kaenbaun, pengunjung sedikit diuji adrenalinya dengan berjalan kaki menempuh jarak 3 kilometer menyusuri lereng gunung menuju puncak Bnoko Kaenbaun.

“Dibutuhkan sedikit keberanian dan tenaga ekstra untuk sampai ke puncak gunung batu. Sebelum ke puncak ada tempat peristirahatan dikaki gunung batu,” Ujar Kepala Desa Kaenbaun, Richard Socrates Fone Kepada media ini.

Sebelum melakukan pendakian menuju puncak, pengunjung haruslah menunggu karena akan ada sedikit ritual adat yang konon dipercaya bahwa kegiatan ritual adat tersebut dapat menambah kekuatan dan kenyamanan pengunjung menuju puncak.

“Berdasarkan sejarah, di atas gunung batu dulu ditinggali oleh Raja Kaenbaun Usi Ban’Uf dan istrinya Bi Ul Haki yg dulu tak pernah terkalahkan saat perang. Di atas juga kita bisa menikmati udara segar, pemandangan yang sangat indah dengan batu-batu alam menjulang tinggi yg penuh dengan keunikannya,” jelasnya

Menurut Richard, untuk perencanaan pengembangan Bnoko Kaenbaun sendiri, pemerintah desa sementara merencanakan penataan kedepan dengan membuka akses jalan raya ke bawah kaki gunung dan juga akan membuka jalan ke atas gunung dengan membuat anak tangga yang diperkirakan bisa mencapai 20 ribu anak tangga.

“Kita sedang rencanakan membuka dua akses jalan tersebut dan kita juga akan perhatikan untuk tidak merusak lingkungan yang ada,” lanjutnya

Dirinya mengharapkan kiranya ada perhatian pemerintah daerah maupun provinsi dan semua pihak untuk mendukung perencanaan pemerintah desa untuk menjadikan Desa Kaenbaun menjadi desa wisata kedepan dengan daya tarik bukit batu Bnoko Kaenbaun sebagai objek wisata andalannya.

Terpisah, Hermina Manlea, Dosen Universitas Timor (Unimor) sekaligus Eksekutif Prosuder dari Film ‘SALAM’ yang mengambil latar syuting di Desa Kaenbaun mengatakan tempat wisata tersebut merupakan tempat yang unik dan eksotis sehingga menarik pelaku seni khususnya pembuat film pendek dari Unit Kerja Mahasiswa (UKM) Sinematografi Unimor untuk syuting film pendek “SALAM” di tempat tersebut.

Lebih lanjut, menurutnya, Bnoko Kaenbaun merupakan situs alam yang indah dengan lokasinya yang strategis karena terletak di titik yang lumayan tinggi. Para pelaku film Unimor mengunjungi tempat tersebut untuk berfoto bersama dan membuat video-video pendek.

“Sejujurnya tempat ini bisa dijadikan salah satu objek wisata alam andalan kabupaten TTU. Saya mengharapkan ada pelaku film, pecinta seni dan fotografer yang mau membuat video klip lagu, film pendek atau mengabadikan dalam bentuk foto keindahan Bnoko Kaenbaun,” tulisnya dalam pesan WhatsApp.

Sejarah Nama Bukit Bnoko Kaenbaun

Nama “Kaenbaun” diambil dari nama leluhur mereka (Neon Kaenbaun) yang sekaligus menjadi nama bukit tempat ia dimakamkan di puncaknya. Bukit Kaenbaun (Bnoko Kaenbaun) adalah bukit batu karang terjal yang menjadi tempat bermukim pertama kali empat suku utama (Basan, Timo, Taus dan Foni) ketika suasana perang suku masih berkecamuk di seluruh pulau Timor.

Mereka  selamat karena mendapat perlindungan secara fisik oleh bukit karang tersebut. Sebenarnya ada tiga versi lain tentang nama Kaenbaun, yaitu (1) Kaenbaun artinya bertahan asli atau taat kepada leluhur, (2) Kaenbaun artinya belum pernah terkalahkan dalam perang suku, dan (3) Kaenbaun terkait dengan legenda adanya ”batu gong” yang keramat di bawah bukit Kaenbaun (di dalam goa di bawah tanah pada Bnoko Kaenbaun). (Do/NP)

Pos terkait