Catatan Politik Raymundus Sau Fernandez, Ray Tak Pernah Berubah (Habis)

Raymundus Sau Fernandez ketika masuk keluar kampung dan melewati sungai dengan pakaian dinas

Meski sudah resmi menjadi Bpati TTU, Ray Fernandez tetap seorang Ray yang tak akan pernah berubah. Ia berbaur dengan masyarakat di pasar, berbincang dan makan siri pinang bersama.

“Saya biasa masuk pasar,  beli sirih pinang dan makan bersama dengan masyarakat sambil bercerita dan bersalaman dengan mereka. Dengan ini  saya mau menunjukan bahwa, Ray yang dulu tidak akan pernah berubah. Ray yang dulu tetap sama, tidak akan pernah berubah, sampai mati sekalipun,” tegasnya.

Bacaan Lainnya

Ia mengatakan, memang banyak orang yang risih dan sempat protes dengan apa yang ia lakukan. “Tapi saya tetap yakin, karena apa yang saya lakukan, saya lakukan dari hati. Dan saya yakin Tuhan sendiri tahu dan akan selalu melindungi saya,” ujarnya.

Raymundus Fernandez dan Aloysius kobes ketika menyerahkan Sirih Pinang dan Ayam Jantan kepada 18 Kefetoran. Calon petahana ini kembali terpilih sebagai Bupati dan wakil Bupati TTU

Ia menuturkan, kebiasaan kasih makan sapi pun masih tetap dilakukan hingga saat ini, karena selain latar belakang dirinya sebagai orang peternakan, orang tuanya juga petani dan peternak.

“Jadi saya sudah diperbiasakan sejak kecil dan sudah mendarah daging di dalam diri saya.Kadang, bila kedatangan tamu saat sedang bekerja, saya ajak tamu  berbincang-bincang di kandang sapi atau di kebun. Dulu, ketika saya masih tanam kacang tanah, tamu-tamu saya biasa pulang membawa ole-ole kacang tanah,” jelasnya.

Ia berkata, perbuatan seperti itu lebih mengena di hati masyarakat, karena budaya orang Timor umumnya adalah patriarkat. “Apa yang dilakukan seorang Bapak akan ditiru oleh anak-anaknya. Sebagai Bapak (pemimpin) masyarakat TTU, saya harus terlebih dahulu memberi contoh agar masyarakat dapat mengikutinya. Saya sudah mempelajari ini belasan tahun, sejak saya masih di DPRD hingga sekarang menjadi Bupati. Seorang pemimpin harus memberikan teladan agar masyarakat dapat menirunya, kalau tidak akan menjadi sulit,” tegasnya.

 

Ray juga menjelaskan silsilah hidupnya. Menurutnya, ia adalah keturunan Portugis. “Merurut cerita, ras kami adalah etan, artinya Portugis Hitam. Seperti yang kita pelajari di sejarah, awalnya Bangsa Portugis datang ke Indonesia melalui Malaka, kemudian pindah ke Minahasa. Dari Minahasa berpindah lagi ke Wureh, di Adonara.

Pada tahun1613  mereka berpindah lagi ke Timor. Jadi kami masih memiliki ikatan darah dengan orang Larantuka di Flores Timur. Kedatangan nenek moyang kami ke Tanah Timor 500 tahun silam membawa pengaruh cukup signifikan bagi masyarakat setempat. Mereka membawa pengetahuan tentang hari, dalam hal ini hari Senin sampai Minggu, angka-angka, dan bahasa Melayu yang sekarang menjadi Bahasa Indonesia. Selain Fernandez, dalam diri saya juga mengalir darah Costa, Lopez dan Sonbai. “Putri sulung Raja Sonbai adalah nenek saya,” terang Ray. (Disadur dari Buku Meretas jalan bersama Dubes)  

Pos terkait