Jangan Jadikan Perpustakaan Warung Sarang Isu

- Jurnalis

Jumat, 27 Juni 2014 - 20:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kupang, Savanaparadise.com,- Guru Besar Program Studi Linguistik Universitas Nusa Cendana Kupang, Prof. Dr. F. Sanga, M.Pd meminta kepada jajaran penulis di Provinsi NTT agar tidak menjadikan perpustakaan sebagai warung sarang isu.

“Dasar komunikasi kebahasaan manusia diawali dari membaca, berbicara dan ekspresi serta apresiasi. Semua hal itu ada dan bisa didapat dari perpustakaan. Karena di perpustakaan ada buku. Jika tidak maka perpustakaan hanyalah warung sarang isu,” tandas Prof. Sanga saat tampil sebagai nara sumber pada acara Temu Konsultasi dan Pembentukan Forum Penulis Buku dan Karya Rekam se Provinsi NTT di Aula Lantai II Badan Perpustakaan Daerah Provinsi NTT, Rabu (25/6/2014).

Menurut Prof. Sanga, menulis adalah merepro apa yang ada dalam bathin penulis itu sendiri yang dituangkan dalam bentuk tulisan. “Karena itu, seorang penulis harus terbuka dan jujur. Saya berharap para penulis yang ada di daerah ini harus kompak. Kalau para penulis kompak maka para penerbit bisa kolaps,” tegas profesor bidang semiotika.

Baca Juga :  203 PNS Dapat Penghargaan Satya Lencana Karya Satya

Di tempat yang sama penulis senior yang juga Staf Pengajar STIPAS Keuskupan Agung Kupang, DR. Bele Antonius, M.Si mengatakan, penulis adalah manusia yang merupakan makhluk pengubah karena terdorong untuk berubah dari yang kurang sempurna ke yang lebih sempurna.

“Karena itu, pada hakekatnya manusia terdiri dari nafsu, nalar, naluri dan nurani; atau 4 N,” kata Bele.

Menurut Bele, jika seorang penulis hanya mengutamakan nafsu maka mutu karya tulisnya hanya untuk mencari nama atau pelampiasan rasa saja. “Kalau menulis dengan nalar maka dia mencurahkan ingatan, pengetahuan, pengalaman dan gagasannya. Kalau menulis dengan naluri maka dia ingin mempengaruhi orang lain. Sedangkan kalau dia menulis dengan nurani maka sang penulis akan mewartakan sesuatu yang baik (bonum), benar (verum) dan bagus (pulchrum). Hemat saya, setiap karya tulis diukur mutunya dengan 4 N ini,” jelas Bele Antonius, yang terpilih sebagai Anggota DPRD NTT periode 2014-2019 dari Partai PDI Perjuangan Dapil Kota Kupang.

Baca Juga :  Tabrakan di Jalan Palapa, Ibu dan Anak Kritis

Sementara itu Kepala Badan Perpustakaan Daerah Provinsi NTT, Drs. Nahor Talan menjelaskan, perpustakaan sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. “Fungsi pendidikan artinya, perpustakaan sebagai suatu lembaga terbuka bagi siapa saja yang memerlukan literatur dan merupakan suatu tempat belajar seumur hidup. Sebagai tempat dan sumber belajar, semua dapat memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan untuk dibaca, dipelajari ataupun dipinjam,” kata Nahor.

Menurut Nahor, animo masyarakat untuk membaca dan menulis masih jauh dari harapan. “Ke depan pemerintah musti menyiapkan dana insentif untuk para penulis yang ada di daerah ini untuk meningkatkan budaya menulis. Karena buku yang baik dapat mengubah kehidupan manusia dan mempercepat kemajuan bangsa,” tandasnya. (*/Verry Guru)

Berita Terkait

Fraksi PKB NTT Soroti Dugaan Korupsi di SMA Negeri 3 Kupang, Kepsek: Itu Tidak Benar
Dua Tahun Dikerjakan, Kondisi Rumah Bantuan di Desa Nainaban TTU Memprihatinkan. Ada Apa?
Dua Kali Mangkir Dari Panggilan Jaksa, 3 Orang Saksi Kasus Alkes RSUD Kefamenanu Bisa Dijemput Paksa
Usai Ditetapkan Sebagai Tersangka, Mantan Dirut RSUD Kefamenanu Langsung mengalami Sakit Jantung
Lakukan Konsolidasi Struktur Kepengurusan, Nasdem TTU Optimis Pertahankan Kejayaan
Sidang Putusan Perkara Tindak Pidana Korupsi Puskesmas Inbate Digelar, Thomas Laka Cs Dihukum 1,6 tahun Penjara
Armet Dan GMNI Resmi Membawa Masalah PTT Di TTU Ke PTUN
Putusan Perkara Tindak Pidana Korupsi Dana Desa Akomi Dieksekusi Kejari TTU, Dua Terpidana Resmi Jalani Hukuman Penjara
Berita ini 5 kali dibaca