Kefamenanu, Savanaparadise.com,- Pilkada Timor Tengah Utara (TTU)semakin dinamis dengan sejumlah janji-janji angin surga oleh beberapa kandidat. Bahkan tak segan-segan memberi janji jika terpilih akan membangun rumah layak huni dengan skema kontraktual. Masyarakat akan mendapat kunci rumah dan perabotan melalui pengadaan oleh kontraktor. Disisi lain ada kandidat yang mempunyai program mengembalikan TTU sebagai gudang ternak dengan cara paronisasi.
Janji-janji politik ini tentu menimbulkan distorsi informasi karena dinilai tidak masuk akal oleh masyarakat pemilih. Sebagian besar masyarakat bertanya terkait hal itu. Hal itu juga dibenarkan oleh ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Nasdem NTT, Raymundus Sau Fernandez. Sosok yang masih menjabat Bupati TTU ini mengaku mendapat pertanyaan dari masyarakat. Masyarakat kata Bupati TTU periode ke 2 ini mengatakan meminta dirinya untuk meluruskan distorsi informasi yang tidak menguntung masyarakat TTU.
Dalam sebuah kampanye terbatas paket Kita Sehati ( Kristiana Muki-Yosef Tanu) di dusun Lasena, Desa Tasinifu, Kecamatan Mutis, Jumad (20/11/2020) malam, Raymundus memberikan pencerahan terkait pembangunan rumah layak huni. Ia mengatakan total rumah layak huni yang sudah dikerjakan dalam pemerintahan Raymundus dan Alo Kobes ada 23.000 rumah dari total 48.000.000 rumah tidak layak huni. Polah yang dilakukan adalah stimulus dan gotong royong. Pemerintah menyiapkan anggaran Rp 25, 000.000 juta untuk setiap rumah.
” Kalau terima kunci, satu rumah itu 75 juta. 75 juta kalau dikali dengan 25 000 rumah maka kita butuh uang 1,8 triliun.kalau 1,8 triliun dibagi 5 tahun maka 1 tahun itu menghabiskan 375 miliar.kalau diperhadapkan dengan pendapatan daerah terdiri yang dari 3 item yang pertama pendapatan asli daerah kita 68 miliar, DAU kita 668 miliar dan tambahan pendapatan lain-lain itu 45 miliar. Jika diakumulasi itu sekitar 781 miliar lebih pendapatan TTU setiap tahun,” jelasnya.
Dia menjelaskan 781 Miliar itu 60 persennya untuk belanja gaji pegawai, sekitar 468 miliar. Sisanya sekitar 312 miliar untuk pembangunan. Ia mengatakan dirinya melakukan simulasi perhitungan terkait anggaran daerah untuk masyarakat tahu mana yang benar dan masuk akal.
” Saya menghitung ini supaya bapa mama tahu, janji -janji itu tidak bisa dilaksanakan. Karena terlalu besar kebutuhan uang, tidak bisa kita lakukan. Sisanya 312 miliar itu yang kita pakai untuk belanja pembangunan selama 1 tahun untuk jalan, jembatan, kesehatan, pendidikan, pertanian, peternakan, perikanan dan lain lain,” jelasnya.
Ia mengatakan Kalau total anggaran 1,8 triliun dibagi lima tahun maka butuh anggaran 381 miliar setiap tahun. kalau disesuaikan dengan kemampuan fiskal daerah yang sisa hanya 312 miliar setelah belanja pegawai maka uang daerah tidak cukup bangun rumah dan malah keuangan daerah mengalami defisit anggaran.
” Ada yang datang bilang begini, terima kunci tambah dengan perabotnya. Mulai dari tivi, sofa, parabola, meja kursi, tempat tidur, spon, bantal pelok. Bapa mama aturan di republik ini yang lengkap dengan perabot itu hanya untuk pejabat negara. rumah dinas pejabat negara, mulai dari Presiden, Gubernur dan Bupati. Itu rumah dinasnya yang dilengkapi dengan perabot.sedangkan yang lain untuk perabot itu tidak diperkenankan secara aturan,” ujarnya sambil mendapat tepuk tangan dari masyarakat yang hadir.
” Artinya apa bapa mama sekalian, artinya itu janji yang tidak terlaksana. Karena aturan melarang. Yang boleh di TTU hanya Bupati, Wakil Bupati, Ketua DPRD dan 2 Wakil Ketua DPRD. Sekda juga tidak,” kata dia.
Terkait program paronisasi untuk mengembalikan TTU sebagai gudang ternak, ia mengatakan dirinya sebagai pelaku usaha ternak dan seorang sarjana peternakan merupakan hal yang tidak masuk akal.
” Terus ada yang bilang kalau kita menang kita kasi sapi 5 ekor per KK. Jumlah KK di TTU ini ada 64.436 KK. KK Tani di TTU sesuai dengan data evaluasi untuk Padat Karya Pangan yang lalu ada 48.436 KK Tani. Kalau dikalikan dengan 5 ekor sapi maka dapat 241,731. 241,731 ekor sapi dikali dengan 3 juta rupiah itu hasilnya 7,25 triliun. 7,25 triliun itu kalau dibagi dalam lima tahun, 1,25 triliun. Kalau dengan angka angka itu APBD kita tidak sanggup. Kita tidak bisa rumah untuk masyarakat, jalan dan lain-lain itu tidak bisa,” ujarnya.
Dengan demikian kata dia hal itu adalah janji yang omong kosong.ia mengaku siap berdebat dengan mereka dan siap berdebat dengan tim pakarnya. Mau profesor dan doktor juga saya siap. Karena ini hitungan yang tidak realistis, bermimpi terlalu tinggi diatas langit, tapi tidak punya kekuatan untuk laksanakan.
” Jadi itu menurut saya adalah janji janji yang tidak mungkin. Kemudian itu mereka menyampaikan kemana-mana. saya turun masyarakat tanya saya, saya bilang bapa ambil bolpoint ko hitung sudah. Apa itu benar atau tidak.kalau saya itu tidak benar” kata Raymundus.
Dikatannya ada yang bilang kembalikan TTU sebagai gudang ternak. Kalau mengembalikan sebagai gudang ternak yang harus dilakukan adalah berikan sapi betina kepada petani peternak. Tapi yang mereka lakukan adalah paronisasi maka gudangnya tambah kosong karena sapi semua keluar dari TTU. Maka sapi populasinya akan menurun.
” Sehingga bapa mama saya hanya mengingatkan itu janji janji yang tidak bisa terwujud. Saya sarjana peternakan, saya peternak dan petani yang persis tentang pengembangan peternakan. Kalau tidak pernah pelihara sapi satu ekor tapi bagaimana mereka bisa menjelaskan cara memelihara sapi,” kata dia.
Ia bertanya kepada masyarakat yang juga salah satu petani peternak. kalau pelihara sapi itu dalam lima bulan mencapai 300 KG? Ini ada paket tertentu yang punya konsep pemikiran, tidak perlu ada pendampingan, tidak perlu ada pelatihan buat petani, tapi sanggup untuk kasi sapi dan pelihara dalam lima bulan mencapai 300 KG, berarti itu namoe (Tipu : bahasa dawan).
Salah satu masyarakat setempat mengatakan kalau sapi dengan berat 220 Kg kalau dipelihara dengan tindakan tertentu paling naik 235 kg.
” Begini bapa mama, saya ini pelaku yang ikut penelitian terkait peningkatan bobot badan sapi bali dengan perlakuan 60% hijauan makanan ternak dan 40% konsentrat. setiap hari pertambahan bobot sapi bali atau sapi timor itu 0,3 Kg. Itu perlakuan dengan hijauan makanan ternak dan konsentrat. Kalau omong ini saya ahlinya karena sarjana peternakan. kalau 220 Kg berat sapi, coba dihitung 30% itu berapa Kg. 30% dari 220 Kg itu 66 Kg. itu berarti setiap hari bapa mama harus memberi 66 Kg rumput baru bisa bertambah berat badannya 0,3 Kg perhari, ditambah dengan konsentrat. Konsentrat itu terdiri dari jagung, sorgum, sagu dan dedak padi baru di mix,” katanya.
Ia mencontokan kalau sapi brangu, sapi brangus adalah sapi yang merupakan persilangan dua sapi yaitu sapi aberdeen angus dan sapi brahman. Setiap hari dengan pola makan yang seperti tadi maka bobot akan bertambah 2,7 Kg perhari.sapi timor hanya bertambah 0,3 Kg. Tapi sapi yang mau dibagi oleh kandidat lain adalah sapi timor.
” Tapi kebiasaan kita selama ini kalau sapi yang 220 kg sudah ditimbang atau belom. Kalau di masyarakat pasti sudah ditimbang kalau di MtM belum.jadi bapa mama sekalian kalau mereka punya konsep berpikir tentang peternakan menurut saya adalah konsep yang keliru dan salah,” jelasnya.
Ia mengatakan gerakan untuk mengembalikan TTU sebagai gudang ternak yang harus dilakukan ada 3 hal. yang pertama adalah siapkan pakan ternak, siapkan sapi indukan dan tenaga. Tenaga itu mulai dari aparatur sampai dengan petani. Kalau masuk dengan paronisasi kata dia maka hitungannya adalah proyek. Semuanya proyek, berpikir untuk pengadaan sapi dan bagi kepada masyarakat dan dia dapat untung dan dapat fee. Hal lainnya kata dia paket itu tidak memiliki data punya data terkait populasi sapi di TTU.
” Data populasi TTU sekarang ada , kalau tahun 2010 yang lalu ada 80.000. Kalau sekarang 136 000. Tren nya naik.itu juga pemerintah tidak terlalu melakukan intervensi yang luar biasa. Kita hanya membatasi pemotongan sapi betina produktif dan pelarangan pengiriman sapi betina produktif.kemudian kita distribusi sapi pejantan pemakai ke kelompok-kelompok tani kemudian dikawinkan, ” ujarnya.
Ia mengatakan kalau mereka mengatakan paronisasi untuk kembalikan gudang ternak.maka gudangnya bukan bertambah tapi gudangnya kosong karena sapinya bawa dibawa keluar semua. Terus gudang ternaknya darimana?, kata dia.
Ia mengatakan pelurusan-pelurusan informasi terkait program kerja tersebut agar masyarakat mendapatkan pencerahan politik yang benar. Dengan pencerahan politik yang benar kata dia maka masyarakat bisa menentukan pilihan politik yang tepat.
Hadir pada kesempatan itu calon Bupati TTU, Kristiana Muki dan Calon Wakil Bupati, Yosef Tanu serta puluhan masyarakat dusun Lasena yang sudah menunggu sejak siang hari. Titik kampanye di Dusun Lasena merupakan titik ketiga setelah berkampanye di dusun Oelbinose dan dusun Oeana, Desa Tasinifu. Sedangkan Yosef Tanu barkampanye di dusun Oelmuke dan dusun Oelfaf, Desa Tasinifu, Kecamatan Mutis.
Kristiana Muki dihadapan masyarakat dusun Lasena mengatakan paket Kita sehati akan menaikkan anggaran pembangunan rumah tidak layak huni dari Rp 25.000.000 menjadi Rp 40.000.000.
Dalam anggaran Rp 40.000.000,- itu kata sosok yang akrab disapa Mama Irna ini sudah termasuk dengan biaya sewa tukang. Polanya tetap sama dengan yang sekarang yaitu swakelola.
” Polanya tetap sama yaitu swakelola. Bapa mama punya kayu bisa dipakai lagi, uangnya bisa dipakai untuk urusan yang lain lagi.sehingga bapa mama tidak terbebani lagi dengan ongkos tukang. Karena ongkos tukang sekarang ada yang 5 juta hingga 10 juta. Kedepannya kita tetap perhatikan dengan kasih naik anggaran menjadi 40 juta,” kata Mama Irna.
Terkait program mengembalikan TTU sebagai gudang ternak, paket Kita Sehati akan membagikan kepada masyarakat peternak sapi betina indukan. Tak hanya itu para peternak akan didampingi tenaga profesional dengan intervensi inseminasi buatan.
Dia mengatakan pemberian sapi betina indukan lebih masuk akal untuk mengembalikan TTU sebagai gudang ternak ketimbang paronisasi. Kalau paronisasi kata dia maka gudang sapi di TTU hanya sebuah janji politik yang tidak masuk akal.(SP)