Kupang, Savanaparadise.com,- Berbagai cara dilakukan masyarakat indonesia untuk merayakan detik-detik proklamasi. di kupang, komunitas jurnalis Pantang Pulang Sebelum Tayang ( Papa Setan) dan fotografer Art Colaboration melakukan upacara bendera bersama warga di pulau kera.
Dengan perlengkapan seadanya, upacara bendera dilangsungkan di pinggir pantai ini diikuti oleh warga setempat berlangsung meriah. Meski terlihat kaku namun dengan penuh semangat anak-anak i terus menarik bendera hingga ke ujung tiang yang di tancap di pantai.
Walaupun jauh dari hingar bingar keramaian kota serta jarang menggelar upacara bendera karena belum memiliki gedung sekolah tidak membuat anak-anak dan warga di pulau Kera, kecamatan Semau, kabupaten Kupang ini tak patah semangat untuk memperingati detik-detik proklamasi tahun ini.
Pulau Kera sendiri merupakan salah satu gugusan pulau yang berada di tengah perairan laut Timor yang hingga kini seluruh tanahnya masih di kuasai oleh pemerintah kabupaten Kupang. meski di daerah ini terdapat 50-an kepala keluarga namun pulau ini tak pernah mendapat perhatian dari pemerintah
Ketua Komunitas Papa Setan, Charles Kolo mengatakan upacara bendera bersama warga Pulau Kera merupakan bentuk kecintaan terhadap keutuhan NKRI.
“ puluhan pemuda dari komunitas Papa Setan dan fotografer Art Colaboration mengajak warga yang menempati pulau itu untuk bersama-sama mengibarkan bendera merah putih dalam perayaan hut ri yang ke 70,” Ujar Kontributor Metro TV ini, 17/08.
Roy Pareira, Ketua komunitas fotografer Art Colaboration, mengatakan daerah ini dikenal masih sangat tertinggal baik dari segi ekonomi infrastruktur dan pendidikan sehingga sebagai anak bangsa yang cinta tanah air mereka datang merayakan kemerdekaan ri yang ke 70 secara bersama.
“ kami dari komunitas Art Colaboration dan Papa Setan, datang ke pulau kera dalam rangka memperingati detik-detik proklamasi kemerdekan RI yang ke 70 tahun. kami pilih pulau Kera, mau menunjukan kepada orang luar bahwa, masyarakat disini bisa merayakan kemerdekaan walaupun dengan sangat sederhana,” jelasnya.
Pulau kera ini sudah dihuni sejak tiga puluh tahun yang lalu namun hingga kini keberadaan warga belum di akui oleh pemerintah setempat bahkan tanah yang mereka pakai untuk membangun rumah pun hanya di pinjam pakaikan oleh pemerintah.(JN)