Ketika berbicara Laut Mati, pasti sebagian orang di dunia berfikir lokasi itu berada di wilayah Arab – Israel atau tepatnya di Negara Yordania. Orang Indonesia pun pasti membayangkan ada di Pulau Nias, Propinsi Sumatera Utara. Tapi tahukah Anda, khususnya orang Nusa Tenggara Timur bahwa wilayah itu ada di Pulau Terselatan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Obyek Wisata ini terletak di Desa Daiama, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao. Jarak yang ditempuh dari ibukota kabupaten ke daerah ini memakan waktu 90 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Laut Mati merupakan Obyek Daya Tarik Wisata yang sangat menyenangkan apabila kita menggunakan jet ski mengelilingi pulau-pulau kecil yang berada di dalamnya. Obyek Wisata ini memiliki keunikan antara lain pasirnya berasal dari kulit kerang (keong).
Untuk menjangkau Laut Mati dari kota Kupang, anda bisa menempuh dengan dua rute yang berbeda; yang pertama dari arah tengah, masuk melalui pelabuhan laut Pantai Baru menggunakan angkutan penyeberangan Ferry dari Kupang, dengan jarak tempuh kurang lebih 2,5 kilometer. Jalur kedua dari arah barat pusat ibukota kabupaten di Ba’a bila menggunakan transportasi udara dari Bandara D. C. Saudale. Transportasi darat pun tersedia setiap saat berupa mobil travel dan juga bisa menyewa kendaraan roda dua.
Laut yang mempesona ini disebut Laut Mati bukan karena mematikan tetapi lantaran airnya sangat teduh dan jernih bagaikan kristal dan sesekali menampakan buih putih ketika diterpa hembusan angin. Selain itu, hijaunya pepohonan bakau (mangrove) yang berjejer di tepian pantai menambah eksotika pemandangan laut yang teduh, dingin, dan sesekali dihiasi dengan kicauan burung – burung laut.
Lebih unik dan menariknya, dalam laut itu hidup dan berkembang biak aneka jenis ikan air tawar, walaupun rasa airnya asin (garam).
Bagi para pencinta alam laut (bahari) yang ingin mengunjungi Pulau Rote belumlah lengkap bila belum berkunjung ke objek wisata ini, karena menawarkan suatu suasana yang sangat berbeda dengan suasana alam di tepian pantai yang lain, sama seperti kesan para pengunjung yang pernah sampai di lokasi terebut dan menghabiskan banyak waktu bersama keluarga maupun pasangan masing – masing.
Luh Sriasih, misalnya wanita berdarah Pulau Dewata, Bali yang berkesempatan berkunjung ke Pantai Nemberala yang sudah lebih dahulu dikenal, merasa kaget dan terpesona atas keindahan Laut Mati yang belum dikenal secara luas tersebut dan menggadang – gadang akan menandingi tanah kelahirannya Bali bila dikelola secara profesional.(42na).