Ende, Savanaparadise.com,- Kondisi Gedung Imaculata Ende, salah satu aset sejarah yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Ende kondisinya sangat memprihatinkan. Tampak, sepertinya gedung Immaculata tidak terurus dan terawat secara baik.
Pasalnya, di sana sini terlihat banyak rumput liar tumbuh di sekitar pelataran gedung ini. lantai gedung Immaculata pun berisikan debu dan kotoran. Ada juga sebagaiannya terkesan di ungkil oleh orang tak dikenal (OTK).
Gedung Immaculata sesungguhnya memiliki nilai historikal tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Ende. Tempat ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dari tempat sejarah lainnya apabila merekam kembali perjalanan Bung Karno selama beliau diasingkan di Ende.
Gedung Immaculata sering kali digunakan Bung Karno manakala ketika Ia dibuang ke Ende dari tahun 1934 sampai 1938.
pada saat itu, Gedung ini dipilih Bung Karno sebagai tempat untuk mementaskan drama Tonil hasil karyanya sendiri. Dalam sejarah, tercatat, ada 12 naskah Tonil yang ditulis Soekarno yang dipentaskan di Gedung Immaculata.
12 naskah Tonil hasil karya Bung Karno tersebut diantaranya, Tonil Rendo, Rahasia Kelimoetoe, Amoek, Jula Gubi, Koetkoetbi, Anak Haram Djadah, Maha Iblis, Aerob Dynamite, Dr. Sjaitan, Sanghai Rumba, Gerah Endeh, dan Indonesia 45.
Lokasi bangunan gedung ini terletak di Jalan Kathedral yang berjarak kurang lebih 1 km dari pusat Kota Ende. Karena memiliki historikal selama Bung Karno dibuang di Ende sehingga Pemerintah pernah mengalokasikan dana Rp. 20 Milyar untuk penataan kembali Gedung Immaculata Ende.
Salah seorang warga, Rian Berto Rusu Pora kepada media, Minggu, (15/6/25) mengaku kesal dengan keadaan dan kondisi Gedung Immaculata yang tidak terurus dan terawat secara baik.
Ia menuturkan, Gedung Immaculata merupakan salah satu destinasi sejarah yang berkaitan erat dengan destinasi sejarah lainnya seperti, rumah pengasingan dan Taman Renungan ketika Bung Karno di buang di Ende.
Menurutnya, ini merupakan satu rangkaian peristiwa, rekam jejak Bung Karno selama dia di Ende yang tak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Karena itu, Rian mengusulkan agar pemerintah perlu mempekerjakan seorang pekerja yang bertugas untuk menjaga sekalian merawat salah satu icon sejarah kabupaten Ende ini.
Berkaca pada Gedung Immaculata yang jarang difungsikan, Rian berpendapat, untuk memfungsikan kembali dalam setiap pergelaran seni di Ende, Aula Gedung Immaculata bisa digunakan sebagai tempat kegiatan dimaksud.
“Memfungsikan itu caranya mudah misalnya, perkumpulan seni, perkumpulan literasi, dan kelompok-kelompok pemuda lainnya yang ingin mengadakan kegiatan, Aula gedung Immaculata bisa digunakan jadi tempat kegiatan pentas seni itu”, tandasnya.
Seorang Mahasiswa, Okta Sapa, merasa prihatin dengan keadaan tempat bersejarah, Gedung Immaculata. Rasa prihatin itu Ia sampaikan setelah melihat secara langsung kondisi Gedung Immaculata yang tidak terawat bahkan rusak.
Ia menyayangkan gedung yang sudah direhap sebelumnya dengan jumlah dana yang begitu besar, namun dibiarkan terlantar begitu saja tanpa ada yang mengurusnya.
“Karena itu, kita mendesak pemerintah kabupaten Ende segera memberikan perhatian khusus terhadap tempat sejarah tersebut dan memanfaatkannya sesuai fungsi dan kegunaannya”,tegasnya (CR/SP)