Angka Miskin Capai 19,48 Persen, NTT Jadi Pilot Project Lawan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem

Jakarta, Savanaparadise.com,- Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2024, angka kemiskinan di NTT mencapai 19,48 persen atau sekitar 1 127.570  Jiwa. Hal inilah yang membuat NTT dinobatkan, salah satu provinsi tingkat kemiskinannya tertinggi di Indonesia.

Di sisi lain, dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, menunjukan prevalensi stunting pada balita di NTT sebanyak 37,9 persen. Dari data ini, kemudian menempatkan NTT sebagai provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia setelah Papua Pegunungan.

Bacaan Lainnya

Agar tidak terjadi ketimpangan, Presiden Prabowo pun terus menaru perhatian dan komitmennya dalam menanggulangi stunting dan kemiskinan ekstrem. Dalam satu semangat lawan stunting dan kemiskinan ekstrem, NTT menjadi provinsi pertama pilot project program kolaborasi penurunan stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem.

Pemilihan NTT sebagai pilot project penurunan stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem didasarkan, tingginya stunting dan kemiskinan di provinsi ini.

Gerakan ini diawali dengan pertemuan antara, Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dengan Mentri Kependudukan dan Pembangunan (KPK) Keluarga, Dr. Wihaji, S.Ag,, M. PD, di Kantor Kementrian KPK, Sabtu, (08/03/25).

Dalam pertemuan tersebut, keduanya membahas finalisasi Grand Design Kolaborasi dan Rencana Aksi, yang akan menjadi cetak biru dalam mengatasi dua permasalahan krusial itu.

Gubernur Melki menginginkan program itu berdampak langsung ke masyarakat dan melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat hingga ke daerah, dunia usaha, akademisi, serta masyarakat.

Ia berjanji akan merangkul semua pihak, kerja bersama-sama, karena hematnya gerakan besar ini harus dikerjakan bersama, agar NTT mampu menjadi contoh, bisa keluar dari ketertinggalan dan mengubah wajah Indonesia dari aspek kesehatan dan kesejahteraan rakyat.

Dikesempatan yang sama, Mentri Wihaji menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Menurut Mentri, kolaborasi ini menjadi kunci utama keberhasilan program tersebut.

Wihaji menegaskan, pemerintah akan menggandeng semua pihak termasuk, kementrian kesehatan, kementrian pendidikan tinggi, kementrian desa, serta berbagai universitas dan lembaga peneliti.

” Ada Universitas yang sudah menjadi target kita seperti, Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang. Kolaborasi ini kita lakukan guna menghadirkan inovasi berbasis riset dalam menangani stunting dan kemiskinan”, ungkap Pak Mentri.(SP)

Pos terkait