Kefamenanu, Savanaparadise.com, Bank NTT terus membaktikan diri sebagai bank milik masyarakat Nusa Tenggara Timur. Beberapa program unggulan yang selalu identik dengan bank ini adalah program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Melalui “Bank NTT Peduli” tersedia dana segar puluhan miliar rupiah untuk mendukung masyarakat berwirausaha. Apapun jenis usaha yang direncanakan masyarakat dan memenuhi syarat minimal untuk dibiayai Bank NTT maka pasti disupport. Beberapa kelompok masyarakat yang telah mendapatkan kucuran dana kredit lunak dari program ini adalah kelompok petani hortikultura yang tersebar di Desa Mamsena dan Oebikase Kecamatan Insana Barat kabupaten Timor Tengah Utara. Ada kurang lebih 77 Kepala Keluarga (KK) yang kini memanfaatkan dana tersebut untuk mendukung pengembangan usaha ekonomi produktif berbasis pertanian holtikultura dengan membuka areal baru seluas 10 hektar.
Bekerjasama dengan Plan Internasional, Bank NTT membiayai kebutuhan modal dari puluhan kelompok masyarakat tersebut. Selain menyediakan pembiayaan melalui program kredit lunak, manajemen Bank NTT juga memberikan pendampingan, motivasi dan beberapa pelatihan dasar. Sementara pihak Plan Internasional melakukan pendampingan teknis dilapangan. Berbagai jenis tanam holtikultura seperti sayur petsai, brokoli, sayur putih, tomat, labu mas, semangka, melon dan aneka jenis tanaman lainnya dikembangkan secara periodik, terencana dengan lama panen masing-masing maksimal 3 bulan. Adapun pola bertani yang diperkenalkan atau diadopsi oleh Plan Internasional untuk usaha tersebut adalah irigasi tetes yang didampingi pak Yondris Sabuna. Pola ini dipandang efektif dan praktis dikembangkan untuk jenis tanaman holikutura dilahan kering atau lahan dengan tingkat kelembapan rendah. Bahkan dari hasil evaluasi, pola ini memberikan hasil panen yang berlimpah jauh daripada yang diprediksi petani,” papar Pimpinan Bank NTT Cabang Kefamenanu Endri Wardono kepada Fortuna di kefa belum lama ini.
Dikatakan banyak masyarakat sekitar yang termotivasi melihat hasil menjanjikan yang diperoleh beberapa kelompok tani setelah beberapa bulan berusaha. Saat ini hampir semua petani di Mamsena dan Oabikase mau membuka usaha tani holtikultura. Mereka “membelah diri” dalam beberapa kelompok dengan jenis produk tanaman yang disepakati berbeda sehingga tidak menimbulkan over supply dipasaran. Dengan usaha ini maka ekonnomi masyarakat desa dikembangkan. Alhasil panenan kelompok petani Mamsena dan Oebikase kian memenuhi pasokan sayur -mayur di kota Kefamenanu bahkan dipasarkan juga ke Kupang dan kota Atambua.
“Semangatnya tinggi. Kerjanya berkelompok. Ada semangat goyong-royong dan saling memotivasi. Jadi membangun kebersamaan masyarakat dari point ini tercapai. Hasilnya juga tidak main-main. Bayangkan satu kelompok (bisa saja beranggotakan 1 KK) bisa membuka lahan tidurnya sekitar 1 hektar dan menanam sayur petsai 3000 pohon per hektar maka bisa dikalkulasi hasilnya. Andaikan 1 pohon petsai dipasaran hargnya minimal Rp 10.000 maka dalam satu periode panen (3 bulan) mereka bisa meraup Rp 30juta.jikalau dikurangi dengan biaya produksi dan lai-lain plus pengembalian pinjaman maksimal 10juta saja maka dalam hitungan 3 bulan mereka sudah menghasilkan keuntungan sebanyak Rp20juta per-kelompoik/keluarga. Ini yang terus kita dorong apalagi sistim pengembalian pinjaman perlahan dengan bunga yang lunak maka program ini sangat membantu petani mestinya,” ujar Endri
Agripina : Terimakasih Bank NTT
Agripina Kenjam dan Krispinus Bifel adalah pasangan suami istri ini menjadi bukti bahwa petani di kampung kecil bisa sukses asal mau mencoba dan menjalani prosesnya. Tidaklah mengherankan, sesaat setelah mendapat informasi bahwa ada sumber pembiayaan yang digulirkan dan bisa diakses dengan mudah dari Bank NTT Cabang Kefamenanu, keduanya bersama beberapa petani di desa Nian Kecamatan Miamafo Tengah langsung mendatangi kantor Bank NTT di kota Kefamenanu. Ternyata benar bahwa Bank NTT memiliki produk pinjaman murah dari program “Bank NTT Peduli” selain sebagai salah satu bank daerah yang dipercaya pemerintah untuk menyalurkan dana kredit lunak (KUR). Setelah mendapat penjelasan dari staf soal kredit UKM dengan cicilan dan bunga sangat ringan hanya 0,75 persen perbulan mereka akhirnya tertarik untuk berusaha.
Kepada awak media yang mendatangi petani tomat di Desa Nian beberapa waktu lalu, Agripina menjelaskan bahwa program kredit lunak dari Bank NTT Peduli dan KUR sudah diketahui sejak mereka berusaha menggosok batu akik 5 tahun silam. Syaratnya waktu itu hanyalah sudah punya usaha yang siap dikembangkan atau ada rencana usaha bagi yang belum. Calon peminjam juga harus berwadah diri dalam kelompok. Itulah sebabnya mereka membentuk kelompok yang dinamai Kelompok Tani Wanita (KTW) Sinar Manekat. Mereka lalu mendapat pinjaman sebesar Rp 10juta per-anggota dari Bank NTT dengan syarat pengembalian setelah panen Rp 318.000 perbulan selama 2 tahun.
“Kami di desa ini memang hanya mengandalkan piara ternak. Bertani ladang pun tergantung musim. Dulu waktu binsis batu akik masih ramai kami berusaha gosok batu akik dengan sumber permbiayaan dari Bank NTT. Sekarang ketika usaha itu tidak berjalan normal lagi kami memikirkan usaha baru yakni menanam tomat dengan tetap mendapat dukungan dari Bank NTT. Prosesnya sederhana, petugas begitu ramah mengarahkan kami soal maksud dan tujuan pemanfaatan dana itu. Kami akhirnya dibantu modal dari Bank NTT dan kini hasil yang kami rasakan luar biasa. Omset jualan kami pada musim panen periode kemarin bisa mencapai Rp30juta lebih. Terimasih Bank NTT,” papar Agripina Kendjam diamini Krispinus dengan raut gembira.
Dengan uang Rp 10 juta yang ada maka masing-masing anggota (petani tomat) selanjutnya membuka bedeng sendiri. Umumnya seorang petani mengolah lahan bedeng seluas 20x40meter atau 8 are. Biaya yang mereka keluarkan selama bertani tomat yakni untuk membeli bibit, pupuk dan obat-obatan manakala ada serangan hama penyakit. Rata –rata pengeluaran mereka untuk kebutuhan itu mencapai Rp2juta untuk satu periode tanam hingga panen (3 bulan). Untuk tahun ini mereka sudah memasuki musim panen yang kedua dan masih tersisa satu kali tanam lagi pada awal Oktober hingga Desember nanti.
Bagi mereka keuntungan bertani tomat yakni bisa dipanen setiap hari setelah tomat itu memasuki usia panen selama 3 bulan. Dalam satu musim panen omet yang diperoleh mulai dari Rp10juta hingga Rp 30juta-an. Artinya dengan modal minimal Rp2jt mereka mampu melipatgandakan keuntungan menjadi puluhan juta rupiah. Metoda kerjanya sederhana, tidak ribet dan tidak butuh modal besar. Kemauan jadi kunci sukses dari usaha ini,” ujar Agripina berbagi tips. (tim)