KUPANG,Savanaparadise.com- Debat perdana pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT pada Rabu, (23/10/2024) meninggalkan catatan menarik.
Dalam panggung debat yang berlangsung di Milenium Ballroom, dua Calon Gubernur NTT, yaitu Cagub nomor 1 Ansy Lema, dan Cagub nomor urut 2 Melki Laka Lena, saling klaim punya ‘jaringan’ yang kuat dengan Pemerintah Pusat.
Klaim itu bermula dari Cawagub nomor urut 1 Jane Natalia melayangkan pertanyaan kepada Melki Laka Lena terkait dukungan koalisi gemuk dan efektifitas dalam pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme di NTT.
Melki menjawab bahwa dukungan 11 partai politik koalisi KIM terhadap dirinya, merupakan anugerah terbesar yang akan dimiliki NTT. Pasalnya, semua parpol pendukung itu masuk kabinet Prabowo-Gibran sehingga pasti memberikan dukungan besar bagi pembangunan NTT.
Selain itu, Melki menilai koalisi besar itu sebagai implementasi dari semangat gotong royong dalam membangun bangsa yang ditinggalkan Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
“Kami bersyukur memiliki koalisi yang besar karena Bung Karno mengajarkan kita tentang semangat gotong royong. Urus bangsa, khususnya NTT itu harus bersama-sama. Inilah semangat gotong royong untuk membangun NTT,” kata Melki.
Menurut Melki, dukungan Kabinet Prabowo-Gibran terhadapnya nanti pasti sangat besar, sehingga dipastikan NTT Maju dan Sejahtera.
Jawaban Melki direspons Ansy Lema dengan mengatakan bahwa Prabowo-Gibran adalah Presiden dan Wakil Presiden yang memiliki sifat dan karakter kenegarawanan.
Artinya, kata Ansy, siapapun yang menjadi Gubernur dan Wakil Gubenur NTT pasti didukung oleh Prabowo-Gibran. Bicara kedekatan dan dukungan dari Pemerintah Pusat, Ansy mengaku berteman dengan 110 anggota DPR RI.
“Ansy Lema adalah mantan anggota DPR RI. Punya teman 110 kursi di DPR RI. Teman Ansy Lema juga tidak hanya dari PDIP. Lintas partai malahan. Maka jika Ansy Lema menjadi Gubenrur NTT, teman-teman ini sudah berkomitmen untuk menberikan dukungan kepada Provinsi NTT.
Bahkan dengan tegas, salah satu pimpinan fraksi sudah menyatakan mendukung. Yang penting lu (kamu) berjuang menang deh,” ujar Ansy.
Saling klaim dekat dengan Pusat berhenti sejenak lantaran sesi tanya jawab untuk dua pasangan sudah selesai. Namun, Melki tampaknya tidak puas dengan pertanyaan soal koalisi gemuk itu.
Saat sesi tanya dari Cagub nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi kepada Melki, Melki justru kembali menyinggung soal dukungan Pemerintah Pusat terhadap pembangunan suatu daerah yang tidak terlepas dari keputusan politik di tingkat pusat.
Dukungan itu tidak hanya faktor pertemanan, dan persahabatan saja, namun dilihat dari masuk tidaknya partai pengusung dalam kabinet di pusat.
“Jadi dukungan dari pusat itu tidak cukup hanya karena teman, tetapi masuk tidaknya partai koalisi kita itu di kabinet kerja Presiden,” tegas Melki.
Setelah adu argumentasi selama 2,5 jam, tiga Paslon itu pun turun dari panggung. Mereka saling menyapa dan saling berpelukan. Debat diakhiri dengan pose bersama, sambil berpegangan tangan, menjadi simbol perdamaian.
Melki Emosi
Melki mengaku cukup emosional mendengar pernyataan Ansy Lema. Harusnya, masyarakat NTT bersyukur jika mereka memimpin NTT maka pasti mendapat banyak dukungan dari pemerintah pusat.
“Terus terang saya cukup emosi dan sedih karena Ansy Lema bicara seperti itu. Harusnya kita bersyukur karena partai koalisi kita dekat dengan Pak Prabowo sehingga nanti bisa mendapat dukungan,” kata Melki saat diwawancara VN usai debat.
Ansy Lema dalam sesi wawancara usai debat juga menegaskan, Presiden Prabowo Subianto adalah seorang negarawan yang tidak cawe-cawe dalam Pilkada di Indonesia termasuk Pilkada NTT.
Sehingga, menurut Ansy, tidak boleh ada Calon Kepala Daerah yang mengkerdilkan Presiden Prabowo Subianto untuk kepentingan tertentu. Ia yakin, siapapun Gubernur NTT nanti, sudah pasti mendapat dukungan dari pemerintah pusat.
“Betul, di era kepemimpinan Pak Frans Lebu Ray periode pertama waktu itu Presiden Pak SBY, waktu itu di pusat PDIP tidak berkoalisi dengan Demokrat, tetapi perhatian SBY bagi daerah tidak kurang. Bahkan pernah berkantor empat hari di ruang kerja Pak Frans Lebu Raya, dan kita sudah dengar pidato Pak Prabowo tidak akan cawe-cawe dengan Pilkada,” ujarnya.
Ansy juga mengklaim dekat dengan keponakan Presiden Prabowo, Budisatrio Djiwandono. Sehingga dari mulutnya menyampaikan bahwa Presiden Prabowo itu seorang negarawan, jika dirinya terpilih bakal dibawa untuk bertemu Presiden Prabowo.
“Pak Budisatrio Djiwandono bilang kalau Kaka Ansy yang terpilih saya akan tenteng kamu ketemu om saya pak Presiden Prabowo,” ujarnya.**