Puluhan Wisman Kunjungi Alor Tengah Utara

- Jurnalis

Kamis, 4 Februari 2016 - 13:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto Fidel Fortuna
Foto Fidel Fortuna

SUATU kebanggaan bagi masyarakat Nusa Kenari, – julukan bagi Kabupaten Alor, ketika mendapat kunjungan puluhan (50-an) wisatawan mancanegara yang berasal dari Negara Australia, Prancis, Belanda, Jerman dan Swizerland pada bulan lalu. Kunjungan ini merupakan kunjungan rombongan yang terbesar, setelah Peserta Sail Indonesia yang saban tahun mengunjungi kabupaten, yang terkenal juga dengan taman bawah laut terindah setelah taman laut karibia ini.

Kunjungan ke objek wisata budaya, Matalafang, Kecamatan Alor Tengah Utara, yang berjarak 15 kilo meter dari pusat kota kalabahi tersebut merupakan bagian dari agenda tour para penyelam (divers) yang sebelumnya mengunjungi Pulau Dewata, Bali dan Lombok, NTB serta Flores dan Alor, NTT. Dan, akan melanjutkan perjalanan penyelaman mereka ke Selat Banda, Propinsi Maluku dan Halmahera.

Baca Juga :  Lameng Didi Dodo asal Sikka dinobatkan Penyaji Tari Terbaik

Setelah melakukan penyelaman di Taman Laut Selat Pantar, para wisatawan Eropa Tengah itu dihantar guide Alor menuju Objek Wisata Matalafang, yang mana selain menyajikan sejumlah bentuk rumah gudang adat ciri khas etnis Abui dan juga rangkaian lagu, pantun dan tarian lego – lego serta cakalele. Pula, dipamerkan sejumlah harta warisan gong dan moko serta dijual sejumlah hasil kerajinan tenun ikat dan souvenir.

Di antara para rombongan kulit putih, ada sepasang suami istri Greg dan Ursula asal Negara Zwiss yang sangat terkesan dengan potensi bahari yang dipadukan dengan kebudayaan. Hal ini, menurut pasangan yang selalu mesra meski berusia 50 – an tahun ini, bahwa merupakan daya tarik wisata tersendiri yang tidak dimiliki kebudayaan lain di dunia.

Baca Juga :  Pariwisata Jangan Hanya Urus Seremoni

Pengamatan media ini, para wisatawan sangat kagum dan menikmati aneka peragaan tari – tarian, berupa tari perang, cakalele dan lego – lego serta tarian upacara adat proses menjadikan padi menjadi beras secara tradisional. Atraksi budaya tersebut menarik dengan busana adat dilengkapi senjata tradisional busur anak panah dan kelewang.

Rangkaian kegitan itu berlangsung sekira dua (2) jam dan diakhiri dengan belanja sejumlah hasil kerajinan tangan (handcraft) yang dapat dijadikan kenang – kenangan serta hasil tenun ikat. (Frtn/SP).

Berita Terkait

NTT Menyapa Dunia: Tour de EnTeTe 2025, Balap Sepeda Terpanjang di Indonesia
Merekam Kegiatan Launching Pekan Ende Street Festival
Gubernur Melki Laka Lena Ingin Majukan Ekonomi Lokal Lewat Pariwisata
Wagub NTT Harap Hadirnya Resort Di Labuan Bajo Serap Tenaga Kerja Lokal
Dua Gubernur, NTT Dan DKI Jakarta Bahas Peluang Investasi Serta Bisnis
Sakral Dan Penuh Makna, Kapolda NTT Pantau Langsung Prosesi Laut Anta Tuan
Archipelago International Meluncurkan Promosi Bali Tranquil Stay Untuk Merayakan Hari Raya Nyepi 2024
Ini Tempat Wisata paling eksotis Wajib Kamu Kunjung di Jalur Pantura Ende
Berita ini 0 kali dibaca