Oleh: Petrus Alfian Bonlay (Mahasiswa Fakultas Filsafat-Unwira)
Dunia saat ini sedang mengalami suatu dinamika yang luar biasa.Situasi yang terjadi saat ini membuat kita menjadi sadar akan adanya perubahan. Hal ini semakin jelas bahwa dunia sedang berada dalam proses peralihan menuju suatu kenormalan baru. Yang di mana pola hidup kita mulai berubah dan beradaptasi dengan situasi yang terjadi saat ini. Situasi ini terjadi karena disebabkan oleh virus corona. Virus ini tidak hanya merusak tantanan hidup manusia tetapi juga merenggut nyawa manusia itu sendiri. Tentu ini menjadi perhatian kita semuakarena hampir seluruh aspek kehidupan mengalami perubahan yang sangat drastis.Herakleitos dalam pemikirannya yang terkenal tentang perubahan terhadap alam semesta mau menegaskan situasi kita yang terjadi saat ini. Menurutnya, tak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. “Panta rai kai uden menei” yang berarti semuanya mengalir, tidak ada yang tinggal tetap.Hal ini yang menjadi suatu tuntutan bagi manusia untuk bisa beradaptasi dengan keadaan dan bagaimana harus berhadapan dengan perubahan tersebut.
Dampak dari kemunculan virus ini cukup meresahkan banyak warga masyarakat khususnya masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.Pasien yang terpapar virus makin meningkat, kematian semakin hari semakin meningkat, dan ekonomi keluarga perlahan-lahan mulai menurun. Tentu secara manusiawi warga masyarakat Kota Kupang mengalami gangguan psikologi yang membuatnya khawatir dan takut. Melihat situasi yang kian hari kian memburuk, maka pemerintah mengeluarkan program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Perihal tentang dikeluarkannya aturan tersebut dengan maksud agar masyarakat tidak lagi membuat kerumunan di tempat-tempat yang mengundang masa sehingga aktivitas yang menjadi rutinitas kita setiap hari atau setiap minggu pun harus terbatasi. Misalkan kegiatan rohani kita yang berkaitan dengan perayaan Ekaristi pun tidak terlaksana. Hal seperti ini justru dapat berpengaruh besar pada penghayatan umat Kristiani terhadap Ekaristi. Walaupun sudah dikeluarkan aturan tersebut namun masih ada banyak warga yang tidak mematuhi aturan tersebut termasuk protokol kesehatan.Ini merupakan sebuah tantangan yang bukan saja dialami masyarakat tetapi juga pemerintah yang tugasnya adalah untuk menyejahterakan warga masyarakat.
Dengan pembatasan sosial ini, semua kegiatan dihentikan dan masyarakat dianjurkan untuk menggunakan jalur/sarana online entah itu di bidang pendidikan, kerohanian dan lain-lain. Segala kegiatan yang berkaitan dengan tatap muka atau turun secara langsung ke lapangan tidak diizinkan. Fakta-fakta dan persoalan tentang tidak boleh melakukan kegiatan di luar rumah merupakan konsekuensi dari program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang di mana sebagian masyarakat melihat itu sebagai suatu hal yang menghambat ruang gerak interaksi mereka. Tetapi ini bukanlah permasalahan besar yang harus ditakuti. Yang menjadi persoalan dan tantangan terbesar di sini adalah bagaimana peran pemerintah dan Gereja dalam menanggulangi permasalahan agar masyarakat tetap mematuhi aturan-aturan pemerintah dan masyarakat dapat beradaptasi dengan situasi yang luar biasa ini.
Tentu pemerintah dan juga pihak Gereja harus memiliki suatu pola pemikiran yang lebih untuk bagaimana bisa menetralisir masalah-masalah yang ada untuk mencapai suatu keseimbangan sosial agar di tengah pandemi Covid-19 ini masyarakat tetap sejahtera. Memang permasalahan ini menjadi tantangan berat yang dialami masyarakat dan merupakan tugas utama pemerintah. Untuk itu apa yang harus dilakukan pemerintah dalam mengimbangi agar kebijakan yang diambil tidak mengganggu kesejahteraan masyarakat. Karena bila ada permasalahan pasti ada solusinya.
Jadi hemat penulis, perlunya suatu solusi yang tepat dalam mengatasi situasi berat ini yakni melakukan kegiatan katekese. Katekese merupakan suatu bentuk perwartaan yang berfokus pada pendalaman iman. Melalui katekese, kita dapat memberi pengertian serta pengetahuan yang baik kepada umat agar mereka pun mempunyai pemahaman yang baik dalam menghadapi situasi tersebut. Walaupun katekese kali ini dilakukan dengan cara yang berbeda dan dalam situasi yang berbeda, namun ini adalah tantangan penulis bagaimana dapat memanfaatkan media online sebagai sarana yang tepat dalam membantu umatmengatasi persoalan berat yang dihadapi sekarang. Di sini juga kita dapat mengajarkan masyarakat Kristiani bagaimana dapat berkreasi secara baik di tengah pandemic untuk menghasilkan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain yang membutuhkan.