Ende, Savanaparadise.com,– Tindakan menyalahgunakan politik pasti akan menghambat cita-cita kesejahteraan umum (masyarakat). Politik itu tidak mudah, ia sulit karena politik bukan hanya untuk dipikirkan dan dibicarakan melainkan terutama untuk diwujudkan demi kesejahteraan semua warga.
Inilah titik simpul dari diskusi yang digelar Bupati Timor Tengah Utara (TTU) Raymundus Sau Fernandez bersama Flores Pos yang membahas komitmen dan pengalaman politik serta penanganan masalah buruh migran serta perdagangan manusia di Kantor Redaksi Flores Pos, Ende, belum lama ini.
Bupati Ray Fernandez mengatakan, dalam perjuangan merengkuh kekuasaan dalam politik, ada pelbagai adangan yang merintang. Tetapi kalau diperjuangkan dengan lurus tanpa disponsori oleh oknum-oknum yang memiliki kepentingan proyek, maka politik dan kekuasaan tidak akan terganggu oleh pelbagai pesanan dari sponsor politik.
“Dalam dua kali mengikuti Pilkada, saya ditawari dana oleh banyak sponsor, tetapi saya menolak. Sebab para sponsor menitipkan aneka pesan proyek,” katanya.
Menurut bupati TTU dua periode ini, yang diandalkan dalam politik adalah pengelaman kerja dan contoh hidup yang nyata. Sebelum menjadi wakil bupati TTU satu periode, dan bupati TT dua periode (sampai 2019), politisi PDIP ini bekerja mengurusi kebun 3 hektare, memelihara ratusan ternak babi, sapi dan kuda.
Dirinya mengajak masyarakat untuk berkebun dan beternak, dan ia sendiri sudah member contoh nyata mengurus kebun dan ternak.
“Pengalaman nyata ini yang dilihat oleh rakyat, sehingga rakyat memercayai saya untuk menduduki kekuasaan politik. Kekuasaan itu hanya berlangsung beberapa tahun saja, sehingga harus digunakan dengan baik untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat,” katanya.
Bupati Ray menambahkan, memegang dan menjalani kekuasaan politik yang dipercayakan rakyat adalah sebuah panggilan hati nurani. Karena sebuah panggilan nurani, politik tidak boleh disalahgunakan. Kebijakan-kebijakan harus prorakyat, bukan malah berlawanan dengan kebutuhan rakyat.
“Menjalankan politik tidak boleh berlawanan dengan hati nurani dan kebutuhan rakyat. Saya pernah membuat peraturan yang melarang warga TTU merantau. DPRD menolaknya, tetapi saya tetap bersikeras untuk meloloskan peraturan itu,” tuturnya.
Menurutnya, masyarakat mesti dididik untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang di wilayahnya sendiri. Pergi merantau menjadi TKI mendatangkan banyak persoalan, lalu membiarkan tanah atau ternak sendiri tidak dikelola dengan baik.
“saya akan membuka balai latihan kerja di TTU untuk memberdayakan masyarakat supaya bisa membukan usaha sendiri atau juga bisa keluar negeri nantinya tetapi mesti sudah ada modal untuk bekerja. Bukan pergi kosong saja,” lanjutnya.
Koalisi Gereja Peduli Migran Perantau NTT Sebut Ray Fernandez Bupati Yang Peduli
Koordinator Koalisi Gereja Peduli Migran Perantau NTT sekaligus Kepala Desa Ranggatalo, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende, Irminus Deni, mengatakan, kehadiran Bupati Ray di pelbagai tempat di Flores dan Lembata adalah sebuah panggilan hati nurani untuk menangani secara bersama masalah buruh migran termasuk masalah perdagangan manusia (human trafficking).
Menurut Irminus, apa yang dilakukan oleh Bupati Ray sulit ditemukan pada bupati-bupati yang ada di Flores dan Lembata. Ia sangat peduli terhadap masalah kesejahteraan rakyat, bukan hanya masyarakat di TTU melainkan juga masyarakat di pelbagai kabupatan di Flores dan Lembata terutama perihal buruh migran.
Ketika masalah TKI menghantui warganya, Bupati Ray segera mengambil kebijakan penting, melarang warganya menjadi TKI. Lalu ia mendorong warganya untuk memanfaatkan pelbagai potensi yang sangat kaya di daerahnya.
“Bupati kita sangat sulit untuk peduli. Ada pun dinas terkait mencoba mengurusi masalah buruh migran, tetapi tidak sesuai yang kita harapkan. Itu karena Bupati menyalahgunakan kekuasaan dan politik hanya untuk kepentingan orang-orang atau kelompok tertentu, bahkan keluarganya sendiri,” katanya.(Leo Ritan/Florespos)