Diare, Tiga Warga TTS Meninggal Dunia

- Jurnalis

Selasa, 27 Januari 2015 - 11:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kupang, Savanaparadise.com,- Warga Dua Desa di Kabupaten Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) meninggal dunia akibat diare. Dalam dalam tiga pekan terakhir terhitung sudah ada tiga Warga yang meregang nyawa karea diare.
Tiga dari 107 warga tersebut berdomisili di Desa Oebaki dan Enonabuasa, Kecamatan Noebeba.

“ Tiga oranga diantaranya dilaporkan telah meninggal dunia. Korban yang meninggal dunia adalah Katarina Snae (80), Nitnael Liunokas (85) serta Yodi Benu yang berusia 1,6 tahun,” kata Anggota DPRD NTT Jefry Unbanunaek di Kupang, Selasa (27/1).

Jefrry mengatakan Bila tidak ditangani secepatnya, diperkirakan korban akan terus bertambah.

Dia menjelaskan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Posko pelayanan di Kecamatan Noebeba, saat ini pemerintah setempat melalui Dinas kesehatan hanya meminjamkan satu unit mobil untuk operasional. Mobil itupun akan ditarik kembali ke Kota Soe, Ibu Kota Timor Tengah Selatan.

Baca Juga :  Polres Belu Musnahkan Ratusan Botol Miras Tanpa Ijin

Menurutnya, korban diare dari dua desa itu sulit mendapatkan pelayanan karena terkendala sarana angkutan. Padahal jarak dari Ibu Kota Kabupaten Timor Tengah Selatan ke kecamatan Noebeba hanya 25 kilometer dengan waktu tempuh sekitar satu jam lebih.

“Sangat disayangkan karena Dinas Kesehatan Kabupaten TTS enggan menyatakan 107 kasus diare itu masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). Semestinya, pemerintah di daerah berani mengungkap fakta sesungguhnya musibah yang melanda ratusan warga tersebut,” tegasnya.

Dia menegaskan, musibah itu merupakan kewenangan Pemerintah Daerah TTS. Pemerintah TTS dinilai gengsi menyatakan 107 warga yang terserang diare itu masuk kategori KLB, apalagi sudah ada yang meninggal dunia.

Baca Juga :  Pastor dan Wakil Rakyat Nyaris Dikeroyok di Tambang Mangan

Kata dia, jika musibah itu dilaporkan sebagai KLB maka adanya intervensi dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT, karena kasus diare di dua desa itu sangat tinggi sehingga sangat berpeluang untuk menular ke desa-desa lainnya di wilayah itu.

“Sebaiknya DPRD TTS mendesak pemerintah untuk tidak malu menyatakan 107 kasus diare itu adalah KLB. Jika musibah itu masuk kategori KLB maka lebih gampang penanganannya,” tegas Jefri.

Nikson Ataupah, petugas Sanitasi di daerah itu membenarkan ratusan warga menderita diare karena faktor lingkungan. Misalnya, kebiasaan warga BAB tanpa water closed (WC) dan mengkounsumsi air yang tidak dimasak.

Dia menambahkan, setiap musim hujan warga setempat sering menderita penyakit diare. Selain faktor kebersihan makanan, diare juga timbul akibat faktor lingkungan.

“Diare dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa,” tambahnyanya.(SP)

Berita Terkait

Fraksi PKB NTT Soroti Dugaan Korupsi di SMA Negeri 3 Kupang, Kepsek: Itu Tidak Benar
Dua Tahun Dikerjakan, Kondisi Rumah Bantuan di Desa Nainaban TTU Memprihatinkan. Ada Apa?
Dua Kali Mangkir Dari Panggilan Jaksa, 3 Orang Saksi Kasus Alkes RSUD Kefamenanu Bisa Dijemput Paksa
Usai Ditetapkan Sebagai Tersangka, Mantan Dirut RSUD Kefamenanu Langsung mengalami Sakit Jantung
Lakukan Konsolidasi Struktur Kepengurusan, Nasdem TTU Optimis Pertahankan Kejayaan
Sidang Putusan Perkara Tindak Pidana Korupsi Puskesmas Inbate Digelar, Thomas Laka Cs Dihukum 1,6 tahun Penjara
Armet Dan GMNI Resmi Membawa Masalah PTT Di TTU Ke PTUN
Putusan Perkara Tindak Pidana Korupsi Dana Desa Akomi Dieksekusi Kejari TTU, Dua Terpidana Resmi Jalani Hukuman Penjara
Berita ini 1 kali dibaca