Liputan Khas Redaksi Akhir Pekan
“ Sebuah ironi dari kota karang yang menjadi beranda utama provinsi NTT, trotoar yang menjadi area bagi pejalan kaki kini berganti menjadi etalase bisnis. Pejalan kaki harus mengalah dan rela bertarung maut dengan melintas disepanjang badan jalan. Kondisi ini menjadi pemandangan yang lazim di kota kupang. Padahal regulasi mengatakan trotoar diperuntukan untuk pejalan kaki bukan pribadi. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah mengaamnatkan soal itu. memang semrawut, tapi pemerintah juga abai. ”
Kupang, Savanaparadise.com,- Sebagai Ibukota Provinsi NTT, kota Kupang mestinya menjadi wajah dan indetintas dari provinsi ini. Namun kondisi sebagai kota yang tidak teratur menjadi lazimnya. Trotoar saja misalnya, di setiap sudut-sudut kota menyajihkan kondisi yang tidak teratur. Tak hanya itu, trotoar sudah beralih fungsi karena tidak lagi menjadi tempat bagi para pejalan kaki.
Trotoar disepanjang Jalan Protokol di jalan Eltari misalnya, trotoar bukan lagi sebagai tempat pejalan kaki. Tapi telah berubah jadi lapak para pedagang kaki lima (PKL) dan tempat parkir kendaraan.
Trotoar dijalan Eltari sudah sejak lama dipenuhi PKL dan tempat mangkal muda-mudi di kota kupang. Banyak aktivitas bisnis di atas trotoar. Trotoar menjadi etalase bisnis bagi bara pencari rejeki. Jalur trotoar Eltari yang lebarnya tak lebih dari satu meter ini pun sudah penuh dengan PKL tersebut sejak pukul 15:00 setiap harinya.
Kondisi ini tentu saja mengundang keluhan dari para pejalan kaki. Pejalan kaki harus rela turun ke badan jalan untuk menghindari kereta dagangan dari PKL.
“ Bagi penjalan kaki di Eltari jadi tidak kebagian trotoar. Kita mesti turun ke badan jalan tapi harus hati-hati karena siliweran kendaraan yang lalu lalang,” keluh Rosita mamang salah satu mahasiswa Stikes Nusantara Kupang yang biasa jalan kaki kekampus tersebut.
Ramainya trotoar dengan para pedagang Jagung dan tukang jual lemon dan aneka jualan lainnya membuatnya pejalan kaki tidak nyaman.
“ Sore-sore harus berangkat kampus, mereka malah ribet nawarin segala macam. Jadi tolong segera ditertibkan. Kasih tempatlah sama PKL, supaya mereka nggak berdagang di jalan trotoar,” ujarnya kepada savanaparadise, di kupang Sabtu, 07/06 .
Puluhan PKL yang terlihat berjejer di trotoar sepanjang jalan jalur Elati tersebut di antaranya tukang bubur kacang, pedagang jagung Bakar, maupun tukang jual pisang, lemon dan penjual kelapa muda semuanya berjejer.
Yang lebih bikin kesal, kata Ita, ketika hujan, dia malah harus mengalah, ketika tempat jalannya serta lahan trotoar sudah ditempati lebih dulu oleh PKL.
Salah seorang pejalan kaki, Ikun, mengatakan kondisi terebut bukan lagi menjadi pemandang yang baru di kota kupang. Trotoar yang mestinya menjadi wilayah pejalan kaki kini telah di kuasai oleh para PKL.
“ disatu sisi, ada geliat bisnis diatasnya, tapi disisi lain menjadi tidak adil karena trotoar sudah beralih fungsi,” kata ikun.
Salah seorang penjual pisang, Otniel Pello di jalur Eltari tersebut mengatakan dirinya lebih senang berjualan di atas trotoar, karena di atas trotoar memang banyak orang melihat ada jualan. Kadang orang sambil lewat bisa melihat dan membeli jualannya.
Namun dia mengaku pasrah, jika ada petugas yang melakukan penertiban terkait penyalahgunaan fungsi trotoar di jalan eltari kota kupang. Namun dirinya pasrah apabila ada penertiban dari pemerintah kota Kupang.
“Belum tahu kalau mau ditertibkan, tapi kalau sudah diberitahu ya sudah, kita menghindar dulu. Cari tempat jualan yang baru. Tapi sebenarnya sayang, soalnya di sini ramai,” kata Otniel.
Hal tersebut tak hanya terjadi di jalan Eltari , di beberapa jalan trotoar lainnya seperti Di Lai Lai besi Kopan (LLBK) Kupang, trotoar di Tode Kisar pantai Timor sudah dijadikan lapak oleh para pedagang kaki lima.
Disisi lain tak hanya trotoar yang sudah beralih fungsi, kondisi beberapa trotoar juga sudah tak layak lagi karena banyak yang rusak. (Shemar)