Ende, Savanaparadise.com,- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ende, Anselmus Kaise kembali menyoroti soal pelayanan yang diberikan oleh Maskapai Penerbangan Wings Air ke para penumpang.
Sorotan tajam itu disampaikan anggota Dewan Anselmus Kaise karena prihatin terhadap nasib yang dialami salah seorang penumpang dari 3 penumpang yang gagal berangkat dikarenakan telat check-in.
Penumpang yang dimaksudnya itu adalah Valentina, seorang perempauan yang ingin berobat ke Batam karena sakit. Namun, karena terlambat melakukan check-in di Bandara Haji Hasan Aroeboesman, Valentina terpaksa mengurungkan niatnya untuk berobat.
Terhadap peristiwa ini, Ansel Kaise menjelaskan, transportasi udara merupakan salah satu sarana transportasi yang merupakan kebutuhan dasar bagi para penumpang yang hendak berpergian termasuk bagi mereka yang sedang sakit.
“Ini pelayanan dasar sebenarnya. Orang yang sedang sakit, satu-satunya media adalah transportasi darat, laut, dan juga udara. Apalagi sifatnya rujukan misalnya. itu harus segera di bantu”, tegas Anggota Fraksi PSI ini, Saat di temui media di Kantor DPRD Ende, Jumat, (9/5/25).
Ansel menambahkan, apapun organisasinya, apapun instansinya, baik vertikal maupun horizontal, bahkan Wings Air pun, kalau dia menginvestasikan usahanya di Kabupaten Ende, maka tugas dia adalah harus melayani masyarakat Kabupaten Ende dengan baik.
Karena itu, Ia meminta kepada pihak Maskapai agar dalam memberikan pelayanan, harus mempertimbangkan dari sisi nurani. Karena baginya, dalam situasi tertentu, seandainya dalam kondisi extra ordinary atau kondisi luar biasa, maka sarannya, itu perlu di prioritaskan.
“Apalagi ini orang sakit, yang berarti kondisi kekhususan, dalam konteks pelayanan publik, ini mesti dibantu”, Kata Ansel.
Ansel juga mengatakan, bagaimana jadinya, apabila yang sakit saja sudah diperlakukan demikian.Ia lalu mengumpamakan, bagaimana dengan seorang pejabat daerah, apabila dalam kepentingan mendesak dan berhubungan dengan kepentingan publik Kabupaten Ende, lalu diperlakukan sama. Yang rugi siapa? tanya Ansel. Lalu ia menjawab, pasti yang rugi adalah masyarakat kabupaten Ende.
Ansel juga memberikan catatan kritis terhadap Manajer Maskapai Penerbangan Wings Air yang memgaibaikan peran media sebagai pilar ke empat demokrasi. Ansel menilai kata-kata yang dilontarkan Manajer Wings Air dapat menghambat kerja-kerja jurnalis soal transparansi dan juga menghambat keterbukaan informasi.
Karena itu, Ia juga meminta agar pihak Wings Air harus terbuka, tidak hanya terbuka soal pelayanan, tapi harus terbuka kepada awak media yang hendak meliput.
Dikatakan, bagaimana mungkin publik bisa tahu tentang keberadaan Maskapai dan juga tentang pelayanan, kalau pihak maskapai menutup diri dari media.
“kita tidak mendiskreditkan pihak maskapai. Kita butuh Wings Air karena satu-satunya pelayanan publik transportasi udara di kabupaten Ende hanya Wings Air. Tapi jangan karena dia sendiri kemudian mengabaikan pelayanan yang bersifat humanis. Itu harus dihindarkan”, tandasnya.
ia juga memghimbau kepada para penumpang atau pengguna jasa angkutan untuk mengikuti Protap (prosedur tetap-red) yang diberlakukan oleh Maskapai.
“Kalau terlamabat, berarti salahnya di kita. Manajemen waktu kita yang tidak tetap”, tukasnya.
Dikabarkan Sebelum, 4 Orang penumpang pesawat di Ende Gagal berangkat dari Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende, Kamis, (8/5/25), lantaran telat check-in.
Dari tiket yang dipegang oleh para penumpang, tiga diantaranya transit di Labuan Bajo dengan kota tujuan, Jakarta dan Batam. Di tiket yang sama pula, tertulis check-in paling lambat 90 menit sebelum keberangkatan.
Valentina, salah seorang penumpang ketika dikonfirmasi awak media mengaku, dirinya batal berangkat karena telat check-in. Ia mengaku sempat berdebat dengan petugas saat melakukan check-in karena tak dilayani.
Sebab, waktu dirinya check-in, saat itu pukul 11.20, siang, kurang 20 menit lagi pesawat akan take off (lepas landas-red) karena sesuai jadwal yang tertera pada tiket, pesawat akan berangkat dari Ende pada pukul, 11.40.
Selain telat check-in, penumpang tujuan Batam tersebut mengaku, alasan kedua petugas tidak melayaninya karena terdapat perbedaan nama antara tiket dan KTP yang di milikinya.
Menurut pengakuan Valentina, selama penerbangan yang pernah di ikutinya, tak ada kejadian atau peristiwa semacam ini. Sehingga Ia mengaku heran dengan kebijakan yang diberlakukan di Bandara Ende.
Valentina menegaskan, sesungguhnya antara nama yang tertera di Tiket dan KTP miliknya tidak ada perbedaan. Ia lalu menceritakan pengalamannya selama melakukan penerbangan.
Menurutnya, seringkali Ia temukan di tiket itu, tertulis nama depan dan belakang. Namun, tambah dia, dari tiket traveloka yang dibelinya cuma tertera nama depannya saja.
“Tapi kemarin dari Batam tu kami beli begini juga, tapi orangnya layani”,tutur dia.
Hal yang memilukan lagi, tujuan Valentina ke Batam, ternyata ingin berobat karena kondisi kesehatannya terganggu. Tapi sayang, niatnya tersebut harus di urungnya karena harus diperhadapkan dengan sebuah persoalan yang tak pernah diduga sebelumnya.
“Tapi kalau di mana-mana, kalau pesawat tu, kalau penumpang terlambat, mereka masih menunggu penumpang. Mereka masih melayani. Baru di sini Ende yang lain”, terang Valentina.
“Kami hanya berharap agar kinerja dan pelayanannya lebih baik lagi. Harus punya hati nurani, kecuali pesawatnya sudah terbang. Kan pesawatnya masih ada”,, harapnya.
Kisah yang sama juga di lontarkan oleh Stevan Din salah seorang penumpang yang gagal berangkat ke Jakarta karena telat Check-in. Stevan menuturkan, sejatinya Ia telah melakukan Check-In online.
Menurutnya, Ia melakukan check-in online sejak pukul 05.00 dan berangkat dari rumah serta tiba di Bandara pada pukul 11.15. Namun tak disangkanya, karena tiba di Bandara pukul 11.15 sehingga keberangkatan nya dibatalkan.
Menurut pengakuan Stevan, setela menyampaikan keberatan ke petugas karena jadwal keberangkatan pesawat baru terjadi pada pukul 11.40, terkonfirmasi bahwa alasan yang disampaikan petugas karena namanya sudah calling, namun tak di respon.
Stevan berharap bahwa dalam proses pelayanan tidak saja terpaku pada aturan baku tetapi perlu juga mempertimbangkan hati nurani untuk melayani sesama.
“Apalagi semisal situasional macam Ibu tadi. Kalau kami yang masih kuat-kuat ini masih bisa oke lah, masih bisa besok atau lusa! untuk jalan tapi situasi darurat sakit itu perlu perhatian”, tukas Stevan.
“Saya tekankan soal hati nurani dan kepekaan terhadap sesama”, tegasnya.
Demi keberimbangan berita, awak media mencoba untuk mengkonfirmasi pihak Bandara. Ketika bertemu dengan pihak Bandara, wartawan diarahkan lagi untuk mengkonfirmasi langsung pihak Maskapai Penerbangan.
Akhirnya, wartawan pun bertemu dengan pihak Manajer Operasional Maskapai Wings Air di Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende. Setelah dikonfirmasi mengenai persoalan yang dihadapi oleh 4 penumpang yang gagal berangkat.
Manajer Operasional meminta Surat Tugas Wartawan yang mengkonfirmasi dirinya.
Karena baginya, Ia tak berkepentingan dengan wartawan, Ia menyatakan, kepentingannya hanya dengan para penumpang.bKarena itu, Ia hanya memberikan informasi apabila ada surat tugas untuk mengkonfirmasi dirinya. (CR/SP)