Ini Dia Revolusi Hijau Ala Victory Joss

Gubernur NTT Membagikan Anakan Kelor Bagi Para Bupati se daratan Sumba

Pasca dilantik oleh Presiden Joko Widodo, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur, Joseph Nae Soi langsung menunjukkankomitmen membangun provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan berbagai terobosan pembangunan. Salah satu program teranyarnya adalah Revolusi Hijau melalui penanaman kelor secara masif diseluruh wilayah NTT.

Pengembangan dan budidaya tanaman kelor ini selain untuk manfaat secara ekonomis juga sebagai bagian dari penanggulangan gizi buruk yang masih malanda anak-anak NTT. Kelor akan dijadikan sebagai sumber pendapatan baru atau devisa bagi NTT.

Bacaan Lainnya

“Marungga (kelor, red) akan dikembangkan menjadi sumber devisa baru bagi Nusa Tenggara Timur. Kalau di Eropa, di Jepang, dikenal dengan revolusi putih minum susu putih, NTT ingin memperkenalkan kepada dunia revolusi hijau lewat marungga,”kata Viktor Bungtilu Lasikodat dalam pidato pertamanya pada sidang paripurna istimewa DPRD Provinsi NTT di Kupang.

Menurutnya, kelor menjadi pohon masa depan yang diandalkan untuk mengatasi kekurangan gizi dan “stunting” yang mencemaskan. Ia mengatakan, tumbuhan kelor di NTT termasuk yang terbaik di dunia sehingga bisa membuatnya menjadi “emas hijau” yang akan bernilai ekonomi tinggi. Untuk itu, Gubernur Viktor mengajak masyarakat di daerah itu mulai saat ini menanam kelor secara massal sebagai tanaman produksi.

Dalam berbagai kesempatan Gubernur Viktor selalu membicarakan kehebatan tanaman kelor ini. Jauh sebelum dilantik yakni pada masa kampanye pilgub NTT, Kelor merupakan jargon utama kampanye paket Victory Joss. Ia mengatakan Tanaman kelor merupakan tanaman multiguna karena seluruh bagian tanaman mulai dari daun, buah/biji, kulit batang, akar dan bunga, memiliki manfaat yang luar biasa sehingga tanaman kelor dijuluki  “The Miracle Tree “.

Ia menjelaskan Hasil penelitian organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi dan anak anak dalam masa pertumbuhan dianjurkan untuk mengkonsumsi daun kelor, karena berkhasiat untuk menjaga dan meningkatan kekebalan tubuh dan mencegah gizi buruk pada anak. Nomor 2 Terbaik di Dunia Kelor mengandung 7 x vitamin C dari jeruk. Artinya, satu kali kita makan daun kelor sama dengan kita makan 7 buah jeruk, terdapat 4 x kalsium pada susu, 4 x vitamin A pada wortel, 2 x protein pada susu, 3 x potasium pada pisang dan 15 x kalium pada pisang dan berbagai jenis asam amino esensial, vitamin dan senyawa anti oksidan lainnya yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.

“Yang pasti kan kita akan menggalakkan budidaya kelor secara luar biasa, karena itu kan sesuatu yang menjadi kekuatan untuk bukan hanya masyarakat NTT tapi juga untuk melayani dunia sehingga dapat mendatangkan devisa bagi negara ini dan bagi NTT,” kata Dia.

Victor juga menegaskan bahwa NTT harus punya minimal 1 juta pohon kelor yang dibudidayakan di wilayah NTT. Menurutnya, kelor di NTT merupakan Kelor endemik NTT yang memiliki jenis yang hampir sama dengan jenis pohon kelor di Spanyol, dengan cita rasa bau seperti daun pandan dan memiliki khasiat yang luar biasa untuk kesehatan, baik itu untuk merangsang kecerdasan otak, maupun mengobati berbagai macam penyakit lainnya termasuk untuk menghilangkan unsur narkotik dalam darah.

Untuk  mewujudkan Revolusi Hijau Revolusi Hijau Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur NTT, Josef A Nae Soi, Dinas Pertanian provinsi NTT merupakan operator yang akan menangani pengembang kelor di seantero NTT. sebagai  sebagai instansi yang bergerak di sektor pembangunan pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan telah menyiapkan berbagai strategi kerja.

Karena itu, kebijakan dan strategi pengembangan tanaman kelor yang dilakukan Dinas Pertanian Provinsi NTT, menurut Yohanes Tay Ruba selaku kadis Pertanian, menjadi skala proritas untuk meningkatkan pemanfaatan potensi kelor dalam kerangka diversifikasi sumber pangan, pemenuhan gizi masyarakat, sumber pendapatan masyarakat dan sumber PAD NTT.

Dalam kerangka pemanfaatan potensi kelor di NTT, Ir. Yohanes Tay, mengatakan Dinas Pertanian NTT mengkoordinasikan dengan Pemerintah Pusat untuk mendukung pengembangan kelor melalui regulasi dan pembiayaan. Selain itu juga mengkoordinasikan juga dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Lingkup Provinsi NTT diintegrasikan sesuai tugas pokok dan fungsi pengorganisasian revolusi hijau pengembangan kelor untuk pangan dan gizi masyarakat serta industry.

Selain itu kata Yohanes Tae juga disinergikan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk penyiapan dan kepastihan lahan, pendampingan dan pengamanan usaha.

Koordinasi juga dilakukan dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Tekonologi Pertanian (BPTP), Perguruan Tinggi dan lembaga lainnya untuk penyediaan dan pengawalan penerapan teknologi.

Strategi operasional Dinas Pertanian Provinsi NTT dalam pengembangan budidaya kelor dilaksanakan melalui perluasan areal tanam, peningkatan mutu intensifikasi, pengamanan produksi (proteksi), peningkatan nilai tambah dan daya saing (diversifikasi), pasca panen dan pemasaran, penguatan kelembagaan dan pembiayaan usaha tani.

 

Klasifikasi Pengembangan  kata Tay Ruba, klasifikasi pengembangannya secara teknis dilakukan dengan dua cluster, yaitu cluster daun dikembangkan secara khusus untuk panen daun sesuai kebutuhan industri, dan cluster biji dilakukan dalam rangka panen biji untuk kebutuhan industri dan panen daun segarnya untuk kebutuhan pangan dan gizi keluarga yang dikembangkan secara Alley Cropping atau tanaman lorong.

Sementara untuk mendapatkan produk berkualitas, Tay Ruba menjelaskan, untuk pengembangan kelor dilakukan dengan dua pola. Pola inti adalah pengembangan kelor organic untuk kebutuhan industri. Rangkaian kegiatannya diawali dengan proses identidfikasi kelayakan lahan kelor organik melibatkan perusahaan atau investor dengan mengajak minimal satu perusahaan pada setiap kawasan seluas 40 50 Ha dengan jarak tanam 1m x 1 m untuk sistem monokultur atau populasi tanaman 10.000 pohon/ha.

Sementara untuk pola plasma, pengembangannya dilaksanakan oleh petani /masyarakat atas pendampingan perusahaan /investor dengan pemerintah, dengan sistem yang sama monokultur. Untuk peningkatan gizi masyarakat dilakukan dengan pola tanam lorong (Alley Cropping) dengan jarak tanam 10 m x 10 m dengan populasi 100 pohon/ha. Tanaman kelor dalam alur penguat teras dan tanaman lainnya sebagai tanaman sela.

Untuk melancarkan pengembangannya akan dibentuk tim teknis pengembangan  kelor organik serta tahapan kegiatannya sesuai permentan. Langkah percepatan pengembangan kelor, Dinas Pertanian NTT telah menyiapkan Pedoman Umum Gerakan Pengembangan Kelor di Provinsi NTT dan Pedoman Teknis (Juknis) dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pengembangan kelor untuk disampaikan kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan para penyuluh pertanian yang bergerak di lapangan. Selain itu dalam bentuk liflet/ brosur teknis pembudayaan kelor untuk dibagikan kepada masyarakat.

Sejalan dengan kegiatan pengembangan kelor, perhatian Pemerintah Provinsi melalui Distan Provinsi NTT telah mengalokasikan dana APBD perubahan 2018 untuk penyusunan roadmap, pelatihan petani sebanyak 100 orang yang direkrut dari 10 kabupaten yaitu Kupang, TTS, TTU, Belu, Malaka, Flotim, Lembata, Alor, Sumba Timur dan Sumba Barat Daya, yang akan dialokasikan pengembangan kelor. Pembiayaan demplot usaha tani kelor dan bantuan benih kelor untuk pola tanam Alley Cropping dan penyediaan cadangan benih bagi kabupaten dan permintaan masyarakat yang membutuhkan kelor. (Advertorial)

Pos terkait