Tekan Sunting, DP3AP2KB NTT Dampingi 35 Calon Pengantin

Savanaparadise, Kupang – Salah satu isu yang menjadi sorotan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) adalah masalah Sunting di Provinsi NTT.

Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Balita Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) sunting di NTT sebesar 15,2 persen.

Bacaan Lainnya

Menanggapi isu tersebut, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2KB) Provinsi NTT, Ruth Diana Laiskodat mengatakan bahwa saat ini (DP3AP2KB) NTT fokus menekan angka sunting dengan membuat inovasi.

Salah satu inovasi yang digagas adalah inovasi Akar Cendana dan One Time One Familiy Inovasi “Akar Cendana” dan “One Team One Family”.

Inovasi ini memiliki fokus dan tujuan yang spesifik dalam meningkatkan kualitas keluarga di NTT dengan memberikan edukasi kepada Masyarakat dan Calon Pengantin (Catin).

Program ini berfokus memberikan edukasi kepada calon keluarga baru dan masyarakat tentang ketahanan keluarga dan pentingnya pemenuhan lima dimensi kualitas keluarga untuk mencegah stunting.

“Kolaborasi dengan lembaga agama dan perguruan tinggi “Akar Cendana” melibatkan lembaga agama dalam kegiatan seperti katekisasi dan kursus calon pengantin, serta perguruan tinggi dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk memperkuat pemahaman dan praktik baik dalam membangun keluarga berkualitas,” jelas Ruth

Inovasi lainnya adalah inovasi “One Team One Family” dengan pendekatan Kolaboratif yang menekankan pentingnya kerja sama antara berbagai pihak, termasuk lembaga pemerintah, masyarakat, dan akademisi, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan keluarga berkualitas berfokus pada ketahanan keluarga.

Dengan slogan ini, kata Ruth, DP3AP2KB NTT berupaya membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya ketahanan keluarga, di mana setiap individu dan kelompok berperan aktif dalam mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama dalam meningkatkan kualitas keluarga.

Inovasi ini juga bertujuan untuk menciptakan sinergi dalam upaya meningkatkan kualitas keluarga di NTT, dengan pendekatan yang inklusif dan berbasis komunitas.

Dalam materinya, Ruth menekankan pentingnya peran keluarga dalam mencegah masalah sosial, termasuk stunting. Karena menurutnya, keluarga yang berkualitas adalah fondasi bagi masyarakat yang sehat dan produktif.

“Oleh karena itu, kita perlu bersama-sama meningkatkan pemahaman dan keterampilan calon pengantin serta masyarakat tentang pentingnya ketahanan keluarga,” ujarnya.

Peningkatan kualitas keluarga tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kesehatan mental dan sosial anggota keluarga.

FGD ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Dinas DP3AP2KB NTT mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kualitas keluarga.

Pasalnya, keluarga berkualitas adalah fondasi bagi pembangunan masyarakat yang sejahtera. Karena itu, melalui FGD ini, ia berharap dapat mengidentifikasi potensi dan permasalahan dalam penyelenggaraan kualitas keluarga serta merumuskan strategi yang efektif untuk meningkatkan capaian Indeks Kualitas Keluarga (IKK) di daerah kita.

Selain isu Sunting, FGD yang digelar KemenPPA pada Jumat, 19 Juli 2024, di Hotel Novotel Cikini, Jakarta yang diadakan secara hybrid ini melibatkan DP3AP2KB dari provinsi lain, akademisi, LSM dan masyarakat. FGD ini juga membahas berbagai isu terkait, seperti pendidikan, kesehatan, dan perlindungan anak.

FGD ini, menghadirkan narasumber, Plt. Deputi Bidang Kesetaraan Gender, Asisten Deputi PUG Bidang Sosial dan Budaya, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Provinsi Bali, Kepala Dinas P3AP2KB Provinsi NTT, Kepala Dinas Sosial P3A Kota Madiun, Asisten Deputi PUG Bidang Sosial dan Budaya. (*/)

Pos terkait