Jakarta, Savanaparadise.com,- Ketua Umum Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) yang juga Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Ahmad Basarah, mengingatkan bahaya pikiran eksklusif dan radikal di tengah keberagaman Indonesia.
Menurutnya eksklusivisme dan radikalisme bisa memecah persatuan bangsa.
“Untuk itu, PA GMNI mengapresiasi pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menjadikan sikap moderasi, khususnya moderasi beragama, sebagai kebijakan resmi pemerintah untuk mereduksi pikiran-pikiran ekslusif dan radikal,” kata Basarah saat membuka Webinar VII PA GMNI dengan tema ‘Paham Kebangsaan, Globalisasi, serta Politik Identitas: Meneguhkan Kembali Pancasila sebagai Dasar Negara dan Sumber dari Segala Sumber Hukum’ yang digelar pada Kamis, 17 Juni 2021.
Menambahkan pernyataan Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah, Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM Mahfud MD mengatakan pemikiran eksklusif memicu perilaku radikalisme dan intoleransi. Ia mengatakan perilaku tersebut bisa menciptkan tindakan terorisme dan kriminalitas.
“Aksi-aksi teroris menimbulkan ketakutan masyarakat. Karena itu saya selalu mengajak agar Pancasila yang mengusung nilai-nilai inklusif dihayati lewat kesadaran hati, bukan hafalan otak,’’ jelas Menteri Mahfud.
Ajakan Mahfud disambut baik oleh Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Hariyono. Karena itulah, anggota Dewan Pakar Nasional PA GMNI ini mengimbau agar kelompok nasionalis terus melakukan sosialisasi Pancasila untuk melawan pandangan eksklusif dan radikalisme yang ingin mengganti ideologi bangsa Indonesia.
Duta Besar RI untuk Tunisia, Ikrar Nusa Bhakti, menyatakan Pancasila tak hanya mampu melawan pandangan eksklusif tetapi juga membantu Indonesia menghadapi percaturan politik internasional. Buktinya, Indonesia tetap kokoh melawan ancaman dari dalam dan luar negeri serta tak mudah terpecah belah karena ideologi Pancasila.
“Pancasila bukan hanya sumber dari segala sumber hukum tetapi juga menjadi dasar dalam menghadapi politik internasional,” ujar Ikrar.
Guru Besar Universitas Gadjah Mada sekaligus Dewan Pakar Nasional PA GMNI Tadjuddin Noer Effendy mengatakan Indonesia bisa membangun kekuatan geopolitik sendiri yang bersumber dari Pancasila dan menggali sejarah maritim masa lalu. Geopolitik lokal asli Indonesia ini disebut Tadjuddin sebagai ‘Wawasan Nusantara’.
Pengamat politik dan dosen Universitas Airlangga Joko Susanto mengatakan Pancasila menjadi solusi dalam menghadapi populisme, dan politik identitas yang menyebabkan masyarakat terpecah dan induvidualistik. Karena itulah, kata Joko, perlu agenda politik untuk menghidupkan konsep ‘kerakyatan’ dan “keadilan” yang ada di Pancasila.
Solusi lain menurut pengamat dari Political Scholar Universitas Indonesia Reni Suwarso Darmono mengatakan ada tiga cara meneguhkan kembali Pancasila. Pertama, jelas Reni, memastikan Pancasila diwariskan secara turun temurun. Kedua, memastikan Pancasila digunakan sebagai pedoman bangsa.
“Ketiga, memastikan Pancasila mampu menjawab tantangan zaman,” ujar Reni.
Di forum yang sama, Ketua Panitia Nasional Kongres IV Persatuan Alumni GMNI Karyono Wibowo menegaskan, Webinar ini merupakan serangkaian kegiatan menyongsong Kongres IV PA GMNI di Bandung, Jawa Barat yang seyogyanya dilaksanaakan pada tanggal 21 sd 23 Juni 2021. Tetapi karena kondisi pandemi Covid-19 di wilayah Bandung Raya yang berstatus siaga satu tidak memungkinkan untuk melaksanakkan kongres .
“Demi keselamatan rakyat sebagai hukum tertintggi maka kami menunda pelaksanaan kongres hingga pandemi covid 19 mereda”, ujar Karyono. (Red)