Bangkai Babi ASF Dibuang Ke Laut Oleh Oknum Tak Kenal, Masyarakat Lewoleba Enggan Mengkonsumsi Ikan

- Jurnalis

Rabu, 13 Januari 2021 - 20:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lembata, Savanaparadise.com,- Sejumlah warga menemukan bangkai Babi yang diduga terjangkit virus flu Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) diwilayah perairan teluk Lewoleba. Menurut keterangan beberapa nelayan, tidak hanya sekali mereka temukan Babi-babi yang sudah mati dibuang oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.

Babi yang sudah mati karena terjangkit ASF pernah juga ditemukan oleh warga di sepanjang hutan Lewoleba. Dengan kejadian ini meresahkan warga dan para nelayan yang mengais rejeki dengan melaut untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Sebab, apabila perilaku ini terus dibiarkan, maka tentunya akan berdampak buruk bagi penghasilan para nelayan. Karena, mana mungkin masyarakat Lewoleba mau mengkonsumsi ikan seandainya babi mati yang terjangkit ASF tetap saja dibuang ke laut.

Pernyataan ini dilontarkan oleh Sekretaris Bintang Muda Indonesia (BMI), Nando Peuobu kepada SP, Rabu, (13/01/2021).

Baca Juga :  Bupati Badeoda Lantik Tiga Pejabat Tinggi Pratama; Gebi Dala Kadis Perhubungan

Menurutnya, banyak isu yang beredar ditengah masyarakat bahwa Ikan-ikan di seputaran perairan Lewoleba saat sudah tercemar oleh ASF akibat memakan bangkai babi.

Sehinga, kata dia omset dari hasil penjualan ikan oleh para nelayanan sangat menurun dratis dan diprediksi hampir 80-90 % turunnya.

“Kenapa bisa menurun sedemikian hebat, jawabannya sederhana karena Ikan-ikan itu sudah dicemari oleh ASF yang berasal dari babi yang dibuang oleh oknum yang tidak bertanggungjawab kemudian dimakan oleh Ikan”, Jelasnya.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lembata, Kanisius Tuaq S. P, saat dihubung SP melalu via WhatsApp mengatakan, ASF mulai ada di Lembata sejak bulan November dan puncaknya 21 Desember 2020 hingga sekarang.

“Awal mulanya dari babi yang sakit, dipotong lalu dijual ditempat umum atau potong untuk di leis sehingga terjangkit dengan babi yang lain”,Jelasnya.

Menurut keterangan Kadis Peternakan, sampai dengan saat ini angka kematian babi di Lembata cedrung meningkat dan kemarin tercatat sudah 435 ekor babi yang mati.

Baca Juga :  Kasus Pengeroyokan Gadis Remaja di Ende Sedang Dalam Penyelidikan Polisi

Untuk mengurangi angka kematian pada ternak babi, menurut keterangannya, Dinas Peternakan telah melakukan beberapa langkah antara lain

  1. Memberikan edukasi kepada masyarakat lewat pengumuman di media sosial, tempat keramaian.
  2. Pelayanan pengobatan vaksinasi bagi ternak babi yang sakit.
  3. Memperketat pengawasan lalu lintas di setiap Kecamatan untuk tidak membawah ternak babi dan hasil olahan dari daging Babi seperti, sate babi, se’i babi, kecap babi ke luar kota Lewoleba.
  4. Mengirim sampel darah dan organ tubuh pada hewan ternak babi ke balai veteriner Denpasar untuk uji Laboratorium.
  5. Membuka pos penjagaan di pintu masuk Kecamatan Omesuri Desa Lebewala guna meminimalisir penyebaran ASF pada ternak babi.

“Kita juga membangun kerjasama dengan pihak gereja, pemerintah Desa untuk menyampaikan informasi kepada umat dan masyarakat”, Tutup Bung Kanis, sapaannya.

Penulis: Stefanus Beda Lelawayang

Berita Terkait

Daniel Turot Terpilih Sebagai Ketua Presidium PMKRI Ende Pada RUAC
Bupati Ende Instruksikan ke BKPSDM Agar ASN Yang Malas Masuk Kantor Segera Diberhentikan
Pemkab Ende Tahun 2026 Akan Terima Dana Transfer Pusat Hanya 981 M, Sebelumnya 1,2 T
Pemkab Ende Launching Logo dan Maskot ETMC 2025
Songsong HUT Golkar Ke-60, Partai Beringin di Ende Gelar Pasar Murah
Ketum Bhayangkari Pusat, Ny. Julianti Sigit Prabowo Kunker Ke Ende, Salurkan Bantuan Sosial dan Kesehatan
Bupati Badeoda Lantik Tiga Pejabat Tinggi Pratama; Gebi Dala Kadis Perhubungan
Respons DLH Ende Atas Penolakan Masyarakat, Alokasikan 5 M Untuk Adakan Lokasi TPST
Berita ini 1 kali dibaca