Kupang, Savanaparadise.com,– Sosok bernama Lyn menjadi perhatian utama dalam kasus dugaan investasi bodong berbasis aplikasi yang menjerat ribuan warga di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia disebut-sebut sebagai pihak yang mengatur jalannya perekrutan anggota, arus dana, hingga komunikasi terakhir sebelum aplikasi tersebut hilang tanpa jejak.
Admin yang Jadi Pintu Masuk
Menurut keterangan korban, Lyn berperan sebagai admin utama. Setiap anggota baru yang mendaftar melalui link referral diminta mengirim bukti transfer kepadanya. Setelah itu, Lin memasukkan anggota tersebut ke dalam grup WhatsApp resmi.
“Orang yang urus semuanya itu Lyn. Transfer bukti ke dia, baru bisa masuk grup,” ungkap Eduard Lukas, salah satu leader yang kini juga menjadi korban.
Untuk meyakinkan calon anggota, Lyn bahkan sempat melakukan video call singkat, sehingga banyak orang percaya bahwa aplikasi tersebut benar-benar dikelola manusia, bukan sistem robot semata.
Janji Keuntungan dan Tekanan
Lyn juga aktif menyebarkan pesan-pesan yang mengatasnamakan manajemen Riset Car. Ia menjanjikan keuntungan besar, mulai dari pendapatan harian hingga bonus mobil bagi anggota dengan level tertentu.
“Kalau sudah VIP 4 katanya bisa dapat Rp14 juta per hari. Ada juga yang dijanjikan mobil, tapi tidak ada yang benar-benar terima,” ujar Eduard.
Namun, di balik janji manis itu, Lin kerap menggunakan tekanan psikologis. Salah satunya dengan mewajibkan anggota melakukan isi ulang untuk fitur “sewa mobil di Jakarta” agar bisa menarik dana. Ia bahkan mengancam bahwa keanggotaan akan dicabut jika perintah tidak dijalankan dalam waktu enam jam.
Komunikasi Terakhir
Percakapan terakhir dengan Lyn terjadi pada 13–14 Agustus lalu. Saat itu, ia kembali meminta anggota melakukan top-up dengan dalih mendukung uji coba operasional mobil di Jakarta.
“Walaupun sudah darurat, saya sempat transfer lagi Rp1.180.000. Tapi setelah itu, tidak ada lagi penarikan. Aplikasi langsung hilang,” kata Eduard.
Sejak saat itu, Lyn tak lagi muncul di grup maupun membalas pesan pribadi. Aplikasi yang dikelolanya pun tidak bisa diakses.
Identitas yang Misterius
Hingga kini, identitas asli Lyn masih menjadi misteri. Nama yang digunakan diduga hanya alias. Korban menemukan banyak nomor rekening berbeda sebagai tujuan transfer, yang diyakini sebagai bagian dari jaringan penampung dana.
“Kami harap polisi dan tim cyber bisa telusuri rekening-rekening itu. Dari situ pasti bisa tahu siapa sebenarnya Lyn dan siapa saja yang terlibat,” tutur Eduard.
Harapan Korban
Para korban kini menaruh harapan pada aparat penegak hukum agar kasus ini segera diusut tuntas. Mereka khawatir Lyn dan jaringannya bisa kembali muncul dengan modus baru dan memakan korban lebih banyak.
“Kami hanya ingin keadilan. Jangan sampai ada korban lagi. Sosok Lyn ini harus segera diungkap,” pungkas Eduard.(SP)