95 Persen Anak SD Sudah Tonton Konten Porno di Social Media

- Jurnalis

Rabu, 14 September 2016 - 15:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Diskusi Musikal
Diskusi Musikal

Kupang, Savanaparadise.com,-  95 persen anak-anak sekolah Dasar (SD) pada jenjang kelas IV hingga Kelas V di Indonesia sudah menonton konten pornografi di social media. Konten porno ini bebas diakses oleh anak-anak SD melalui perangkat smartphone maupun melalui computer yang terkoneksi dengan jaringan internet.

Hal ini disampaikan oleh asisten Deputy Perlindungan Anak Dalam Situasi Darurat dan Pornografi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Valentina GInting pada kegiatan diskusi musikal yang melibat anak-anak sekolah di kota kupang. Kegiatan dengan kampanye Berlian (Bersama Lindungi Anak) ini berlangsung di aula Eltari, Selasa, 14/09.

“ jadi kalau kita lihat digoogle itu ya kalau searching konten pornograginya yang sudah ditonton oleh anak—anak itu sampai 95 persen.kalau data dari Bareskrim pada cyber crime hamper 25. 000, IP Address setiap hari mendownload dan meng upload pornografi anak. Bisa dibayangkan setiap hari ada 25.000 IP Address melakukan download pornografi” jelasnya.

Baca Juga :  Gubernur Minta Masyarakat Kawal Pleno KPU

Itu bisa dibayangkan betapa bahayanya terhadap prostitusi yang melibatkan anak-anak. Padahal selama ini yang dibayangkan soal prostitusi hanya pada kalangan anak perempuan tapi sekarang juga pada anak laki-laki.

“ ini merupakan kejahatan yang luar biasa pada anak-anak. Pada social media anak-anak itu diperdagangkan,”jelasnya

Untuk meredam hal tersebut dia mengatakan pemerintah melalui kementerian pemberdayaan dan perlindungan anak getol melakukan edukasi melalui diskusi musical. Diskusi musikal dipadukan dengan materi edukasi untuk memberi pemahaman kepada anak-anak untuk mengerti.

“ saat ini komunikasi antara anak dan orang tua kan bisa dilihat. Kita pergi ke restoran atau ada acara keluarga, anak main hand phone, orang tua juga main hand phone. Jadi dunia mereka lebih focus pada hand phonenya ketimbang dengan keadaan sekitarnya,” paparnya.

Baca Juga :  Kristo : Saya Sudah Yakin Sejak Awal Ditetapkan PDIP

Fasilator Nasional Program Perlindungan Anak Terpadu  Berbasis Masyarakat (PATMB), Ernesta Uba Wohon mengatakan  38 persen kekerasan seksual berawal dari pertemanan on line.

Program Berlian yang  digalakkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak merupakan salah satu terobosan untuk anak-anak untuk bisa mendeteksi kekerasan yang mungkin menimpah dirinya.

“ Kampanye memakai musik untuk memudahkan anak-anak untuk mengerti materi kampanye yang disampaikan,” kata Ernesta.

Ernesta berharap para pendidik atau guru di lembaga pendidikan agar membangun komunikasi positif dengan siswa serta membangun mekanisme penegakan hukum bagi pelaku agar menimbulkan efek jera.

“ Perlindungan anak dari kekerasan harus dilakukan secara serentak oleh anak-anak, keluarga, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha,” jelasnya.(SP)

Berita Terkait

Kasat Korwil Banser NTT Desak Polri Tangkap Pelaku Penganiayaan Banser di Tenggarang 
Difitnah di Kompasiana, Yusinta Bantah Semua Tuduhan Palsu dan Siapkan Langkah Hukum
Tak Hanya Nelayan PPI Oeba, Nelayan Tenau Juga Ikut Geruduk Kantor Gubernur NTT
Drama Pergub 33: Kadis Sulastri Balik Arah, Minta Maaf ke DPRD dan Nelayan
Rapat Dinas DKP Gagal Total,Nelayan dan Pelapak PPI Oeba Ogah Hadir
DPRD NTT Bantah Intervensi Kenaikan Tarif, Komisi II “Sidang” Kadis DKP Soal Polemik Pergub
Miris, Kadis Perikanan Undang Rapat Nelayan dan Pelapak PPI Oeba Hanya Lewat WhatsApp
Nelayan dan Pelapak PPI Oeba Minta Melki Lakalena Jangan Bikin Susah Sesama Ana Oeba 
Berita ini 0 kali dibaca