ENDE,Savanaparadise.com- Simon Petrus Kamlasi satu-satunya Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dundang oleh Mosalaki Pu’u (Tetua Adat) untuk mengikuti upacara adat Pire, yang dilaksanakan di Nduaria, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Senin 14 Oktober 2024.
Mosalaki Pu’u Desa duaria, Bonivesius Kaki Ndopo menjelaskan bahwa upacara adat Pire hanya dilakukan oleh masyarakat Desa Nduaria, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, sekali setahun, dan hanya dilakukan khusus pada setiap bulan Oktober.
“Ini satu-satunya Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi, yang kami undang dalam upacara adat PIRE yang hanya dilakukan khusus pada bulan Oktober,” ungkap Mosalaki Bonivesius Kaki Ndopo, disambut tepuk tangan riuh masyarakat yang hadir.
Ia menegaskan, upacara ini tidak bisa dilakukan sesuai dengan kemauan manusia, namun berdasarkan adat istiadat Desa Nduaria, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende.
“Rumah adat Sao Ria, Sao Benga, Desa Nduaria, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende tanpa seijin dari Mosalaki, maka siapapun tidak bisa masuk dan menari di dalamnya. Tapi Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi kami ijinkan masuk karena diundang bersama calon Bupati Ende, Erik Rede,” tegas Mosalaki Pu’u Bomvesius Kaki Ndopo.
Selain itu, lanjut Mosalaki, Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi disuguhi Suja, makanan khas yang khusus disediakan dalam upacara adat Pire.
Mosalaki menjelaskan, Suja merupakan salah satu jenis makanan tradisional yang hanya bisa dimakan satu tahun sekali pada saat upacara Pire yang dilaksanakan di Desa Nduaria.
“Suja itu makanan tradisional Desa Nduaria, yang hanya bisa dimakan setahun sekali oleh warga Desa Nduaria, itupun pada saat upacara Pire dilaksanakan,” tegas Mosalaki.
Ia menambahkan, Suja tidak bisa lagi dikonsumsi oleh warga Desa Nduaria, setelah upacara adat Pire selesai dilakukan.
Di kabupaten asal dua pesaingnya, Melki Laka Lena dan Ansy Lema itu, calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi mengaku bahwa ketika dirinya tiba di lokasi, ia merasa ada ikatan batin yang begitu kuat antara dirinya dengan Desa Nduaria, tempat upacara adat Pire dilaksanakan.
Selain itu, kata dia, upacara adat Pire ini merupakan tradisi yang perlu dijaga dan dirawat oleh pemerintah, baik itu pemerintah provinsi, pemda kabupaten, kecamatan, bahkan desa.
Untuk itu, lanjut Simon Petrus Kamlasi, rumah-rumah adat ini akan dijaga dan direvitalisasi sehingga tetap terjaga secara turun temurun.
“Harus ada revitalisasi rumah-rumah adat di seluruh NTT sehingga budaya dan adat istiadat tetap terjaga secara turun temurun. Kita akan ibentuk dewan adat di wilayah masing-masing sehingga keputusan adat ditentukan oleh dewan adat,” kata Simon Petrus Kamlasi.
SPK juga menghaturkan ucapan terima kasih yang dalam atas undangan untuk menghadiri upacara adat tersebut.
“Saya merasa sangat terhormat diundang dalam upacara adat Pire ini. Bagi saya, ini adalah kesempatan istimewa. Tidak akan terlupakan oleh saya dan keluarga,” tutup SPK.***