Kupang, Savanaparadise.com,- Calon Gubernur NTT dari Partai Golkar Drs. Ibrahim Agustinus Medah menyatakan siap berpasangan dengan siapa saja yang ditetapkan DPP Golkar termasuk Melki Laka Lena atau Hugo Rehi Kalembu.
Nama Melki Laka Lena (36 tahun) seketika melejit diseantero NTT setelah DPP Partai Golkar mengeluarkan SK Nomer R.406/Golkar/XII/2012 tentang Pengesahan Pasangan Calon Kepala Daerah Provinsi NTT yang dikeluarkan 6 Desember lalu, menetapkan Ibrahim Medah berpasangan dengan Melki Laka Lena. SK tersebut ditandatangani Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie dan Sekjen Idrus Marham.
Nama bekas Sekjen Pusat PMKRI itu sempat menuai protes dari sejumlah kalangan internal Golkar NTT lantaran dinilai penetapan namanya tidak melalui mekanisme partai. Bahkan salah satu petinggi Golkar NTT Samuel Haning menyatakan mundur dari keanggotaan Partai Golkar sebagai wujud protesnya terhadap mekanisme Golkar menetapkan Laka Lena sebagai balon wagub NTT mendampingi Ibrahim Medah.
Dalam pesan singkat yang dikirim Ibrahim Medah melalui Wakil Sekretris Bidang Hubungan Antar Lembaga DPD Partai Golkar NTT Laurensius Leba Tukan, ia mengatakan tidak menolak SK DPP Partai Golkar yang menetapkan dirinya berpasangan dengan Melki Laka Lena. Dengan tegas, Ibrahim Medah membantah pemberitaan media massa lokal dan sejumlah media massa nasional yang menyebut ia menolak SK yang dikeluarkan DPP Partai Golkar tersebut.
“Wartawan yang menggunakan istilah menolak (SK DPP Partai Golkar). Saya tidak menolak, dan saya pertegas bahwa kalau sudah clear di DPP Partai Golkar maka saya siap bepasangan dengan siapa saja, dan saya pasti menang,” katanya.
Medah yang kini menjabat ketua DPRD Provinsi NTT itu mengimbau kepada seluruh pendukung dan kader partai Golkar untuk tetap solid mendukung pasangan calon gubernur yang sudah ditetapkan.
“Harus tetap solid untuk kita menang guna melakukan perubahan untuk memajukan NTT yang sekarang sudah terpuruk,” ujarnya.
Mantan bupati Kupang dua periode itu mengatakan, saat ini NTT terpuruk dalam tiga hal yakni kesehatan, pendidikan, dan pendapatan per kapita. “NTT terpuruk karena dalam lima tahun ini tidak ada kemajuan apa-apa,” kata Ibrahim Medah. (Ren/SP)