Demi Meminimalisir Kekerasan Terhadap Perempuan, Jaringan Perempuan Muda Sumba Resmi Diluncurkan

Waibakul, Savanaparadise.com,– Sebagai gerakan sosial yang ikut menyuarakan isu-isu kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan yang terjadi di Indonesia secara khusus di Pulau Sumba, Jaringan Perempuan Muda Sumba gelar Webinar pada Sabtu, 27/3/ 2021.

Tujuan digelarnya webinar yaitu untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama kekerasan perempuan yang terjadi di pulau Sumba. Tema yang diangkat dalam kegiatan webinar ini yakni “ Kekerasan Perempuan Berbasis Budaya di Pulau Sumba. Adakah?

“Alasan kami mengangkat tema ini karena banyak pro kontra dalam masyarakat mengenai diskriminasi Perempuan berbasis budaya di Pulau Sumba, kami berharap melalui diskusi ini kita semua bisa tercerahkan mengenai bentuk dan jenis kekerasan berbasis budaya di Pulau Sumba” Demikian kata Pendiri Jaringan Perempuan Muda Sumba, Triwiningsi Anamakka, dalam sambutannya.

“Saya juga berharap kepada seluruh anak Muda secara khusus orang muda sumba untuk ikut peka dan resah dengan isu-isu sosial yang terjadi di lingkungan sekitar yang berkaitan dengan isu kemanusian. Jangan terlalu sering bermimpi untuk masuk surga, tapi berpikirlah bagaimana caranya bertindak dan berbuat agar bisa masuk surga. Lakukan langkah kecil untuk mimpi yang besar. Salam setara” sambung Mantan Ketua Cabang GMKI Salatiga Periode 2019-2020.

Webinar ini juga digagas untuk Meluncurkan Jaringan Perempuan Muda Sumba Secara resmi. Peluncuran ini ditandi dengan Bunyi Sirine yang dilantunkan sebanyak tiga kali putaran sebagai symbol atas diresmikannya Jaringan Perempuan Muda Sumba.

Hadir dalam Webianar tiga orang Narasumber yakni , Ibu Dra. Merliaty Simanjuntak.M.si Selaku Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumba Timur, Bapk Drs. Umbu Neka Jarawoli selaku wakil ketua DPRD Kabupaten Sumba Tengah dan Ibu Rainy Maryke Hutabarat,S.Th selaku Komisioner Komanas Perempuan dan di Moderatory oleh Asa Jurumana.

Ibu Merliaty dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa pada hakikatnya budaya dimaksudkan untuk kehormatan dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai insan ciptaan tertinggi yang berakhlak budi pekerti dan jika terjadi adalah sebaliknya tentu perlu dilakukan perubahan.

Sedangkan Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Sumba Tengah, Umbu Neka Jarawoli mengatakan secara kontekstual bahwa dalam pengalamannya mengamati situasi yang terjadi di Sumba, ia menyebutkan bahwa tidak ada budaya yang mendiksriminasi, akan tetapi cara manusia mempraktekan budaya tersebut yang keliru dan tidak tepat sasaran sehingga banyak perempuan yang mengalami kekerasan.

“Tidak ada budaya yang mendiskriminasi, cuman cara manusia mempraktekan budaya itu yang keliru dan terkesen diskriminasi”, kata Umbu Neka yang juga Ketua DPC Partai Demokrat Sumba Tengah.

Dikesempatan yang sama, Ibu Rainy dengan tegas mengatakan bahwa kekerasan atau diskriminasi di Sumba menurut riset yang dilakukan oleh Komanas Perempuan telah terjadi beberapa praktik yang keliru yang kemudian merendahkan martabat Perempuan, maka dari itu perlu perhatian khusus dari Pemerintah untuk melihat kasus-kasus ini misalnya saja Kawin Tangkap.

Dalam Peluncurannya, komunitas berkomintmen untuk melakukan edukasi-edukasi serta menyiapkan layanan atau ruang aman bagi perempuan Sumba dengan membutuhkan dorongan dan bantuan dari Pemerintah setempat.

Penulis: Umbu Sorung

Pos terkait