Warga Sumba Timur Terluka Diserang Buaya

Lidia Nday Ngana menjalani perawatan di RSUD Umbu Rara Meha/foto Waingapu.com
Lidia Nday Ngana menjalani perawatan di RSUD Umbu Rara Meha/foto Waingapu.com

Waingapu, Savanaparadise.com,- Lidia Nday Ngana (41), warga Maulumbi, kabupaten Sumba Timur harus menjalani perawatan intensif akibat luka dan cidera yang dialaminya. Kala ditemui di bangsal Bougenvile, ruang C3, RSUD Umbu Rara Meha, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), Sabtu (17/10) siang lalu, ia masih nampak lemah dengan selang infuse masih melekat ditangannya. Warga Kelurahan Maulumbi itu mengaku luka dibagian perut dan dekat pundaknya adalah merupakan luka karena terjangan buaya ganas yang menyerangnya kala hendak mandi di Sungai Kambaniru,Jumat (16/10) sore lalu.

Lidia yang ditemani Timotius Teul Halamat (46), suaminya yang kala itu menemaninya menjelaskan, dirinya tak menduga akan menjadi korban serangan buaya. “Tiba-tiba saja saat saya mau mandi itu buaya terjang saya,sebelumnya saya sama sekali tidak menyadari ada buaya dekat saya,” jelas Lidia.

Timotius yang merupakan saksi mata sekaligus orang pertama yang menolong kobran saat itu menjelaskan, saat musibah itu terjadi Ia dan isterinya tidak berjauhan.

“Saya ada pancing ikan sebelumnya, sementara isteri saya baru habis tanam sayur. Kami dua ini tanam sayur di pinggir kali Pak. Isteri saya habis tanam sayur, saya suruh dia untuk mandi biar saya yang siram, namun saat isteri saya hendak mandi saya rasa ada yang janggal dibelakang saya, begitu saya menoleh ternyata isteri saya sudah diterjang buaya yang ukurannya sebesar batang kelapa,” papar Timotius yang mengaku tak bisa berbuat banyak selain berteriak dan buaya itu dengan cepat pergi meninggalkan isterinya yang berlumuran darah.

Kendati sang isteri menjadi korban serangan buaya, Timotius mengaku tidak akan mencari dan memerangi buaya di sungai itu. Baginya hal itu musibah dan pihaknya tetap bersyukur dirinya, terutama isterinya masih selamat.

“Kami tidak akan musuh dengan itu buaya, kami pasrah dan memahami itu sebagai musibah. Kami juga tidak akan tobat ke sungai dan menanam sayur dipinggir sungai karena itu sudah turun temurun menghidupi keluarga kami,” pungkas Timoitus.(Waingapu.com)

Pos terkait