Ende, Savanaparadise.com,- Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Ende tetap berkomitmen menjadi mitra kritis pemerintah bukan penonton diam.
Komitmen ini dilontarkan oleh Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GMNI Cabang Ende, Maria Margareta Gego dalam pidato politiknya pada pembukaan kegiatan Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) Angkatan ke-31,bertempat di Aula Gedung Ine Pare, pada Jumat, (31/10/25). PPAB ini diikuti 30 peserta Calon Anggota (CA) dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Kota Ende.
Kegiatan ini dihadiri dan dibuka langsung oleh Bupati Ende, Yosef Benediktus Badeoda, yang disaksikan langsung oleh Ketua dan seluruh Persatuan Alumni PA GMNI Ende, dan juga Organisasi Kepemudan (OKP) yang ada di Ende.
“”Kami tetap menjadi mitra kritis pemerintah, bukan penonton yang diam. Kami akan berdiri di garis depan, bersama rakyat kecil, memperjuangkan keadilan sosial di bumi pancasila Ende, rahim ideologi bangsa.”, tegas Margareta.
Margereta mengatakan, hari ini bukan sekedar hari penerimaan anggota baru, tetapi momentum lahirnya kembali semangat juang kaum muda marhaenis yang siap mengabdi untuk rakyat dan bangsa terlebih khusus dibumi rahim Pancasila.
“Kita hadir disini bukan untuk menjadi penonton sejarah, melainkan pelaku sejarah. Kita bukan sekedar mahasiswa yang menuntut ilmu, tetapi kader ideologis yang menuntut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, tegasnya.
Margareta menuturkan, menjadi mahasiswa bukan hanya soal ijazah tetapi tentang tanggung jawab moral untuk memperjuangkan perubahan karena di GMNI selalu mengajarkan, boleh berpikir setinggi langit namun tetap berpijak di bumi rakyat.
Bahkan Margareta mengungkapkan, GMNI bukan tempat mencari popularitas melainkan GMNI adalah sekolah ideologi, laboratorium perjuangan, dan rumah kader bangsa.
“Di sinilah kita belajar memimpin, mengorganisir, dan memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan yang sejati. Kita tidak boleh berhenti pada idealisme kata kata. Kita harus turun kelapangan, membangun kesadaran rakyat, memperjuangkan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan bagi semua elemen masyarakat, inilah tugas politik organisatoris kita, politik yang membebaskan, bukan politik yang memperbudak rakyat”, tegas dia dihadapan 30 peserta PPAB.
Bercermin pada realitas tersebut, tegas Margareta, sebagai pewaris ideologi Marhaenisme dan penjaga api Pancasila, GMNI memikul tanggung jawab besar untuk menjaga agar nilai-nilai itu tidak hanya berhenti dalam kata, tetapi hidup dalam tindakan.
Ia pun menyampaikan beberapa catatan kritis GMNI Ende kepada pemerintah kabupaten Ende, diantaranya;
- GMNI Ende mendesak pemerintah daerah segera memperhatikan infrastruktur jalan desa dan antar kecamatan seperti, di kecamatan Lepembusu Kelisoke, Detukeli, Wewaria, Ndona Pantai Selatan, Nangapenda, Kotabaru, dan wilayah pedalaman lainnya menanti janji perbaikan.
- GMNI Ende menyoroti pelayanan kesehatan yang belum merata. Ambulans puskesmas yang tidak berfungsi, fasilitas minim, dan tenaga medis yang kurang.
- GMNI menuntut komitmen pemerintah dalam bidang pendidikan. Masih banyak sekolah di desa yang rusak, kekurangan guru.
- GMNI mendesak transparansi dan akuntabilitas anggaran daerah. Agar setiap rupiah uang rakyat harus kembali untuk rakyat.
- GMNI mendesak Bupati Ende segera melakukan monitoring langsung ke desa desa untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana desa.
- GMNI Ende mengingatkan Pemerintah untuk tidak hanya berfokus pada program seremonial.
- GMNI Ende menegaskan bahwa kritik dan tuntutan ini bukan bentuk perlawanan pribadi, melainkan tanggung jawab moral organisasi mahasiswa untuk memastikan arah pembangunan berjalan sesuai amanat rakyat.
Setelah menyampaikan catatan kritis GMNI Ende, Margareta juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bupati Ende yang telah meluangkan waktu dan membuka kegiatan PPAB angkatan ke-31.
“Terima kasih kepada bapak Bupati Ende, Para Alumni, dan teman-teman OKP yang sudah hadir pada kegiatan ini”, katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia PPAB, Marselina Kendo Resi dalam laporannya menyebutkan, mahasiswa dikenal sebagai masyarakat ilmiah yang memiliki peran strategis sebagai agen perubahan serta generasi penerus dan penerima tongkat estafet perjuangan bangsa. Sejak masa pra kemerdekaan hingga kini, kata Marselina, kaum muda selalu tampil sebagai pelopor pembaruan yang membawa semangat untuk memperjuangkan perubahan menuju kehidupan bangsa yang lebih baik.
Ia menambahkan, dalam setiap perjalanan bangsa, generasi muda juga senantiasa berupaya memperbaiki diri, menyesuaikan langkahnya dengan dinamika zaman, serta mengisi kemerdekaan dengan karya dan kontribusi nyata. Namun, kata Marselina, memasuki era globalisasi yang serba cepat dan penuh tantangan, mahasiswa, dihadapkan pada perubahan sosial, budaya, serta kemajuan teknologi yang begitu pesat.
Dalam kondisi demikian, tambah dia, mahasiswa dituntut untuk mempersiapkan diri tidak hanya dalam hal kemampuan akademik, tetapi juga keterampilan hidup, kemampuan beradaptasi, serta keteguhan moral agar mampu menghadapi berbagai persoalan sosial yang semakin kompleks.Mahasiswa memiliki peran penting dalam berbagai gerakan sosial dan perubahan politik di Indonesia.
“Kita bukan sekadar penerima ilmu di ruang kuliah, melainkan juga penggerak perubahan yang berani menyuarakan keadilan dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks inilah, GMNI hadir sebagai organisasi kader sekaligus organisasi perjuangan yang bertugas mencetak kader bangsa yang nasionalis, progresif, dan berpihak kepada rakyat kecil”, ucapnya.
Karena itu, ungkap Marselina, sebagai wujud nyata dari proses kaderisasi tersebut, GMNI Cabang Ende menyelenggarakan kegiatan PPAB Angkatan 31, yang menjadi tahap awal bagi calon anggota untuk mengenal, memahami, dan menghayati nilai-nilai dasar perjuangan organisasi serta ideologi Marhaenisme.
“Kegiatan ini merupakan agenda tahunan yang menjadi bagian dari Implementasi program kerja bidang kaderisasi GMNI Cabang Ende”, timpal Marselina.
Ia berharap, melalui PPAB, para calon anggota tidak hanya memahami sejarah dan dasar ideologis organisasi, tetapi juga mampu menumbuhkan kesadaran kritis terhadap realitas sosial, ekonomi, dan politik yang berkembang, baik di tingkat nasional maupun lokal dan menjadi ajang konsolidasi internal, mempererat solidaritas antar kader.
“Kegiatan PPAB juga kita harapkan dapat menumbuhkan militansi perjuangan, serta memperteguh semangat juang dalam mewujudkan cita-cita Trisakti Bung Karno, yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan”, tutupnya.
Penulis : Mateus Bheri/CR









