Beri Daku Sumba

- Jurnalis

Kamis, 9 Mei 2013 - 04:54 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Catatan Elas Jawamara

elas jawamara/pemred savanaparadise.com dan tabloid savana/
elas jawamara/pemred savanaparadise.com dan tabloid savana/

Pengantar Redaksi ; Tulisan ini adalah sebuah replika pesona wisata Sumba dari Famtrip Jurnalis desk Provinsi NTT beberapa tahun yang lalu di pulau Sumba. Famtrip Jurnalis ini di inisiasi Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Provinsi NTT dengan yang melibatkan kaum jurnalis dari beberapa media lokal di NTT maupun Nasional. Famtrip ini di maksudkan untuk mengunjungi obyek-obyek wisata di empat kabupaten di Sumba dalam rangka menyambut Sail Flobamora dan menyukseskan visit NTT 2013 dengan traget mendatangkan sejuta wisatawan di Nusa Tenggara Timur.

Baca Juga :  Pebalap Jianpeng Liu Juara Etape 4 Tour de Flores

Redaksi sengaja kembali menurunkan tulisan ini sebagai refrensi menjelang event Sail Komodo 2013 yang sebentar lagi akan di gelar. Walaupun Sail Komodo adalah event akbar pariwisata dan ekonomi bisnis di NTT, namun hingga menit ini, gaung Sail Komodo tak punya gaung dan target yang jelas. Bahkan dinas pariwisata NTT, karena minimnya anggaran yang ada, maka promosi sail komodo 2013, akan di promosikan dari mulut ke mulut,. Miris memang, . daripada pusing, ikuti catatan Elas Jawamara yang akan kami turunkan secara berseri.

Sumba indentik dengan Marapu. Sebuah sistem kepercayaan tradisional yang tetap lestari hingga kini. Tentang Sumba adalah sejuta paras indah tentang budaya, objek wisata dan aneka antraksi budaya yang melekat pada tradisi orang Sumba. Sumba adalah untain perikehidupan dan laku santun para penghuni dan pemangku adat yang setia menjaga tradisi para leluhur.

Baca Juga :  Julie Laiskodat Bawa Tenun Ikat NTT Go Internasional

kuburan megalitik di kampung tosi, sumba barat daya/savanaphoto
kuburan megalitik di kampung tosi, sumba barat daya/savanaphoto

Para ahli arkeologi juga sering menyebut Sumba sebagai Living Megalithic Culture atau budaya megalitik yang terus hidup. Tradisi megalitik dari 4.500 tahun yang silam masih lestari hingga kini. Yang oleh karenanya seorang penyair terkemuka di indonesia mentatahkan kekagumannya tentang sumba dalam sair puisi indah.

“beri daku sumba, – beri daku cuaca tropika , kering tanpa hujan ratusan hari. Beri daku tanah tanpa pagar luas tak terkata, namanya sumba, ……

Pulau sumba sendiri terdiri dari empat wilayah admidtratif yakni sumba barat daya, sumba barat, sumba tengah dan di beranda paling timur yakni kabupaten sumba timur.(Fortuna/SP/part.1-bersambung)

Berita Terkait

NTT Menyapa Dunia: Tour de EnTeTe 2025, Balap Sepeda Terpanjang di Indonesia
Merekam Kegiatan Launching Pekan Ende Street Festival
Gubernur Melki Laka Lena Ingin Majukan Ekonomi Lokal Lewat Pariwisata
Wagub NTT Harap Hadirnya Resort Di Labuan Bajo Serap Tenaga Kerja Lokal
Dua Gubernur, NTT Dan DKI Jakarta Bahas Peluang Investasi Serta Bisnis
Sakral Dan Penuh Makna, Kapolda NTT Pantau Langsung Prosesi Laut Anta Tuan
Archipelago International Meluncurkan Promosi Bali Tranquil Stay Untuk Merayakan Hari Raya Nyepi 2024
Ini Tempat Wisata paling eksotis Wajib Kamu Kunjung di Jalur Pantura Ende
Berita ini 3 kali dibaca