Savanaparadise, Kupang – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga membuka secara Festival Hari Anak Pusat Pengembangan Klaster Nusa Tenggara.
Festival yang diikuti 11 PPA Klaster Kupang Nusa Tenggara ini dalam rangka ikut merayakan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2024 dengan Tema Nasional “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”.
Dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Prita Ismayani, Menteri Puspayoga mengapresiasi Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan Pemerintah Kabupaten Kupang atas kontribusi mulia dalam upaya perlindungan dan pemenuhan hak anak Indonesia khususnya di kabupaten Kupang.
Perayaan ini bukan sekedar selebrasi, tapi momen penting untuk mengingatkan bahwa anak-anak bisa berbuat sesuatu yang membanggakan untuk bangsa di masa yang akan datang.
Sumber daya yang paling berharga bagi suatu negara itu bukan tambang atau gas bumi, tetapi adalah manusianya itu sendiri.
“Oleh karena itu, mari bapa dan mama kita ciptakan lingkungan yang lebih positif, suportif, dan ramah anak bagi seluruh anak sebagai generasi penerus bangsa,” ujar Menteri Puspayoga.
Festival ini dimeriahkan oleh 11 PPA Cluster Kupang Tenggara, terdiri dari Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Bethania Batu Putih, GMIT Elim Kenam, GMIT Gloria Tuatuka.
GMIT Bait’El Bokong, GMIT Rehobot Hueknutu, GMIT Karmel Ekateta, GMIT GMIT Huekael Bitobe, GMIT Pniel I Lelogama, GMIT Efrata Oelmasi, GMIT Imanuel Oesao, dan Gereja Pantekosta di Indonesia Efata Oelkuku.
Festival yang dibuat di Lapangan PLN Takari ini menampilkan berbagai bakat dari Youth 11 PPA, seperti Tarian Kreasi Tradisional dan Modern, Drama Musical, Drama Puisi, Drama Komedi, Paduan Suara, Pantonim.
Selain itu, menulis artikel serta mendirikan lapak atau galeri dari setiap PPA yang mana lapak-lapak tersebut juga diperlombakan.
Stand galeri yang memamerkan karya kreativitas anak-anak PPA, orang tua dan mentor/pembina PPA yang dipamerkan berupa lukisan-lukisan terkait stop kekerasan terhadap anak, kain tenunan daerah, taman literasi mini serta makanan yang berbahan dasar jagung dan pisang.
Hasil dari materi dipamerkan tersebut dinilai dan diberikan penghargaan kepada penampilan stand galeri terbaik.
Karya-karya ini bertujuan untuk mengasah keterampilan, kreativitas, ekspresi diri, serta mengembangkan minat dan bakat dari anak-anak.
Selain menampilkan karya seni anak-anak PPA, adapun penyampaian informasi tentang isu-isu terkait dengan tantangan zaman yaitu menyangkut dengan perlindungan anak, literasi, dan malnutrisi pencegahan stunting, khususnya di Kabupaten Kupang
Ketua Gembala PPA Cluster Kupang Tenggara, Pendeta Mesrry P. E. Modok, mengajak seluruh pihak tetap semangat dan bekerja sama berhimpun membangun dan mempertahankan hak-hak anak sebagai masa depan bangsa.
Menurut Pendeta Mesrry, Hari Anak Nasional menjadi sebuah momen yang penting untuk bersama-sama menaruh kasih yang sungguh kepada anak-anak, dan memastikan anak anak kita sehat, terlindungi, bertalenta serta bertumbuh dalam Kristus untuk Indonesia Maju menuju Indonesia Emas 2045.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, dr. Veronica Nubatonis, mengingatkan terkait pemberian nutrisi kepada anak. Menurut Veronica, malnutrisi pada anak disebabkan secara langsung dari asupan makanan yang diberikan harus dilihat kadar gizinya, kualitas makanan.
“arena kadang kita memberikan makanan yang banyak tetapi tidak mengandung gizi dan nutrisi seimbang untuk anak,” kata Veronica .
Sedangkan penyebab tidak langsungnya melalui cara pemberian pola makan anak dan kualitas dari perawatan orang tua terhadap anak dengan tidak membawa anak ke posyandu akibatnya tidak ada kontrol khusus terhadap kesehatan tubuh anak.
Hal ini jika anak mengalami malnutrisi, maka akan mengakibatkan anak mudah terserang penyakit.
Ia mengajak orang tua merawat dan memperhatikan kebutuhan gizi anak sebagai upaya mencegah terjadinya masalah gizi kronis pada anak.
Anak yang memiliki kecukupan gizi seimbang membantu mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anak, serta memastikan bahwa mereka dapat mencapai potensi maksimal mereka dalam segala aspek kehidupan.
Kepala BPOM Kupang, Yoseph Nahak Klau, menjelaskan persoalan masalah kesehatan terhadap anak yang marak ini adalah stunting.
Stunting tidak hanya masalah fisik seperti terhambatnya pertumbuhan tubuh, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif, kemampuan belajar, dan kesehatan secara keseluruhan.
Permasalahan kesehatan ini yang harus menjadi refleksi dari konvergensi, agar bisa meraih generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Kepala Bidang Perlindungan Khusus Anak Dinas P3AP2KB Provinsi NTT, France Abednego Tiran, mengatakan bahwa kekerasan kerap terjadi karena seseorang merasa lebih berkuasa.
Selain itu bisa terjadi karena pola asuh orang tua yang salah, seperti terlalu otoriter, kurangnya bimbingan, didikan apalagi sampai melakukan kekerasan terhadap anaknya.
“Nah, Ketika anak-anak melihat kekerasan, mereka mungkin akan menirunya,” ucapnya.
Hal ini merepresentasikan di lingkungan yang tidak sehat seperti ini, dapat memicu anak membangun perilaku agresif untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain.
Mewakili Kadis P3AP2KB Provinsi NTT, Ruth Diana Laiskodat, France menghimbau agar terus menumbuhkan spirit Indonesia Sehat, Bertalenta seperti tema festival dalam upaya untuk mencegah berbagai bentuk tindakan kekerasan terhadap anak.(*/)