Bapak Presiden, Tolong kembalikan Anak Saya Dengan Selamat!

Bernadus Besi Koten ketika berpapasan dengan Tim/Foto Juven A.P Nitano
Bernadus Besi Koten ketika berpapasan dengan Tim/Foto Juven A.P Nitano

Desa Laton Liwo, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur sontak terkenal di persada Nusantara hingga dunia. desa ini merupakan merupakan kampung halaman dari Laurensius Koten, Theodorus Kopong, serta Emanuel Arakian Maran yang kini sedang di tawan oleh Kubu Abu Sayyaf di Filipina.

Mereka disandera pada tanggal 9 Juli 2016, sekitar pukul 23.09. saat itu mereka berada di kapal penangkap ikan berbendera Malaysia di perairan Velda Sahabat, Lahad Datu, Malaysia. dari tujuh anak buah kapal, tiga disandera, sementara empat lainnya dibebaskan. Penculik membawa tiga sandera tersebut ke perairan Tawi-tawi, Filipina Selatan.

Bacaan Lainnya

Kepolisian Lahad Datu telah mengkonfirmasi penyanderaan ini. Ketiga ABK yang disandera adalah WNI yang punya izin kerja sah di Malaysia. Pada 10 Juli 2016, penyandera sudah menghubungi pemilik kapal di Lahad Datu melalui ABK yang disandera.

Kabar penyanderaan ini kemudian disampaikan kepada keluarga ketiga sandera tersebut. awalnya Pemkab Flotim dan Pihak Kodim Flotim kesulitan menyampaikan kabar tersebut. Hal ini diakibatkan ketiga WNI memalsukan dokumen.

Emanual Arakian Maran, 46 tahun, yang sesuai dengan KTP berasal dari Desa Lewohala, Kecamatan Ile Mandiri. Lorensius Lagadoni Koten, alamat di KTP tertulis Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura. Theodorus Kopong Koten, alamat yang tertera di KTP adalah Desa Adobala, Kecamatan Kelubagolit.

Kontributor Net TV, Juven Ananias Petrus Nitano, berkesempatan untuk mengunjungi desa Latan Liwo guna mewawancarai keluarga korban, Jumat, 15/07. Dia mengatakan untuk mencapai desa ini di butuhkan waktu 12 jam dengan berjalan kaki menuju ke kecamatan Tanjung Bunga.

Kecamatan Tanjung Bunga merupakan daerah terpencil paling timur di Pulau Flores. daerah itu masih dianggap terisolasi. Jaringan telekomunikasi pun tidak masuk ke kecamatan tersebut. Bahkan infrastruktur jalan raya pun tidak memadai .

Kondisi yang serba terbatas dan terisolir ini menyebabkan hasil bumi dari Latan Liwo tidak bisa dipasok kekota.

Menurut penuturan beberapa warga setempat, kondisi miris ini, membuat banyak masyarakat desa ini harus merantau ke luar daerah bahkan ke luar negeri guna mencari kehidupan yang layak.

Jalan kekampung yang rusak parah dan tidak bisa dilewati kendaraan bermotor serta minimnya infrastruktur seperti jalan raya, listrik maupun jaringan telepon menjadi salah satu pemicu warga untuk meninggalkan profesi mereka sebagai petani dan memilih merantau di negeri orang.

Kondisi Jalan ke Tanjung Bunga yang rusak Parah. Foto Juven AP Nitano
Kondisi Jalan ke Tanjung Bunga yang rusak Parah. Foto Juven AP Nitano

Kondisi ini juga dikeluhkan Anggota DPRD Flores Timur, Hendrik Belang ketika hendak mengunjungi Latan Liwo bersama sejumlah Tim dari Polda NTT dan wartawan.

Tim ini harus mengurungkan niatnya Latan Liwo karena cuaca dan jalan yang rusak berat. Mobil Ford Ranger Double Cabin untuk medan berat, beberapa kali terperosok dalam lumpur akibat hujan yang mengguyur NTT beberapa hari terakhir ini.

1
“Ya memang niat kita besar untuk mengunjungi keluarga korban tapi, kondisi jalannya sangat licin dan ini mengandung resiko. sehingga apa boleh buat, terpaksa kita harus pulang. memang niat kita kesana” Kata Hendrik.

Beruntung dalam perjalanan tersebut, Tim sempat berpapasan dengan Bernadus Besi Koten, ayah kandung dari korban penyanderaan atas nama Theodorus Kopong. Bernadus baru saja pulang pesta kenduri dari desa tetangga dengan berjalan kaki. Wajahnya tampak lusuh ketika diajak bicara soal penyanderaan putra. Bernadus mengaku anaknya pergi merantau ke Malaysia belum genap setahun lamanya.

” Theodorus terakhir menelepon keluarga pada enam bulan yang lalu dia bilang sedang mencari ikan dilaut,” ujar Bernadus dengan suara lirih.

Bernadus hanya berharap anaknya Theodorus Kopong bisa dibebaskan dengan selamat dan dipulangkan ke Flores Timur.

” pesan dari bapak dorang itu kami serahkan kepada pak yang berjuang apa jadinya, itu saya serahkan. harap presiden berusaha supaya selamatkan anak saya dikembalikan dalam keadaan selamat,” ujarnya memelas.

Peristiwa penyanderaan ini mendapat perhatian dari Kementerian Luar Negeri berkoordinasi dengan KBRI Kuala Lumpur, Konsulat Tawau, KBRI Manila, dan Konsulat Davao untuk memantau perkembangan kasus itu. Konsulat Tawau kemudian mengirim staf teknis kepolisian untuk berkoordinasi. Gubernur NTT, Frans Leburaya juga sudah menyurati Presiden Joko Widodo terkait masalah ini.

Pos terkait