Atambua, Savanaparadise.com,- Masyarakat di Desa Mandeu Kecamatan Raimanuk Kabupaten Belu menyatakan kesediaannya untuk menanam dan mengembangkan kemiri sunan di wilayahnya untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel atau bahan bakar pengganti solar.
Kesediaan warga Desa Mandeu itu disampaikan Kepala Desa Mandeu Heribertus Luan ketika berdialog dengan Ketua Tim Kerja (Timja) Kemiri Sunan DPD RI Drs. Ibrahim Agustinus Medah di lokasi hutan Adat Desa Mandeu, Senin (25/5/2015). Kedatangan Ibrahim Medah di hutan adat itu untuk meninjau salah satu jenis pohon yang berpotensi untuk dijadikan bahan baku minyak yang selama ini belum diolah. Warga setempat menamakan jenis pohon itu “tewou”
“Lahan kosong kami masih banyak yang tidak digarap dan setelah kami mendengar informasi di koran bahwa bapak Medah sedang mengembangkan Kemiri Sunan maka kami mengundang beliau untuk datang melihat potensi lahan kami dan melihat salah satu jenis tanaman yang selama ini digunakan masyarakat untuk penerangan secara tradisional,” ujar Kades Heribertus Luan.
Kades Heribertus juga menyampaikan agar bibit kemiri sunan segera didatangkan ke wilayahnya untuk dibagikan kepada masyarakat untuk ditanami di lahan-lahan kosong yang selama ini tidak dimanfaatkan. “Wilayah kami sangat subur sehingga kami minta secepatnya bibit kemiri sunan dibawa datang supaya musim tanam tahun ini kami sudah mulai tanam,” katanya.
Ibrahim Agustinus Medah pada kesempatan itu mengatakan, dengan potensi lahan tidur yang luas ia terus mengajak masyarakat untuk kembangkan kemiri sunan karena puya potensi minyak terbesar dibandingkan dengan komoditi lain. Bahkan dalam satu hektar tanaman kemiri sunan bisa menghasilkan 10 ton minyak.
Mantan Ketua DPRD Kabupaten Kupang dan Provinsi NTT itu mengatakan, kemiri sunan sudah bisa berproduksi mulai usia 4 tahun, dan akan terus berproduksi hingga usia 75 tahun. “Syarat tumbuh kemiri sunan diatas lahan mulai dataran rendah-ketinggian 1000 meter diatas permukaan air laut. “Ini sangat cocok untuk Kabupaten Belu khususnya di wilayah Mandeu dan Raimanuk yang rata-rata sekitar 300 meter diatas permukaan laut,” katanya.
Medah menjelaskan, saat ini pemerintah pusat bertekad untuk mengkonvensikan BBM vosil ke nabati sehingga sangat strategis dengan pengembangan kemiri sunan. “Dan NTT menjadi penghasil produk ini. Saya mengajak Gubrnur untuk menanam kemiri sunan dan akan dimuat dalam APBD Perubahan tahun ini agar diadakan pembibitan,” katanya.
Ketua DPRD NTT Periode 2009-2014 itu juga telah berkoordinasi dengan Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup agar dianggarkan juga dalam APBN terkait pengadaan pembibitan. “Saya selaku ketua Timja pasti akan meminta porsi yang lebih besar dan nanti dibagikan kepada masyarakat untuk ditanami. Kita terus sosialisasikan ke masyarakat dengan benar juga terkait dengan nilai ekonomisnya sehingga masyarakat semangat untuk menanam,” jelas Medah.
Terkait salah satu jenis tanaman yang ada di pedalaman hutan adat Mandeu yang berpotensi menjadi bahan baku minyak, Medah bersama masyarakat setempat mengumpulkan buahnya dan dibawa ke Jakarta untuk selanjutnya diteliti di laboratorium milik LIPI. “Saya bawa buah dari tumbuhan ini untuk menguji kandungan minyaknya di laboratorium sehingga jika berpotensi untuk dikembangkan maka kita akan ajak masyarakat untuk bersama-sama mengembangkannya di wilayah kita,” ujar Medah.(SP)