Jakarta , Savanaparadise.com,– BRI Group mampu mencatatkan kinerja cemerlang di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian. Kunci keberhasilan tersebut tak lepas dari transformasi digital dan culture yang dilakukan. Hal itu diungkapkan CEO BRI Group Sunarso dalam acara Halal Bi Halal BRI bersama Pemimpin Redaksi Media yang diselenggarakan di Jakarta (13/05).
Kemampuan BRI dalam menyeimbangkan transformasi dengan tetap fokus pada core business nya tercermin dari kinerja cemerlang yang dibukukan oleh perseroan. Dalam tiga bulan pertama tahun 2022 perseroan mampu mencatatkan laba bersih konsolidasian senilai Rp.12,22 triliun atau tumbuh sebesar 78,13 persen year on year. Sementara untuk asset, pada akhir Maret 2022 tercatat Aset BRI mencapai sebesar Rp.1.650,28 triliun atau tumbuh 8,99 persen yoy.
“Transformasi ini tak mudah, tetapi akan sukses kalau 4 hal dipenuhi. Pertama jelas ada proyek yang ditransformasi, kedua ada pemimpin yang menggerakkan, ketiga seluruh anggota teamnya buy in atau menghendaki dan keempat transformasi itu harus jadi sistem. Objek yang ditransformasi hanya 2, digital dan culture, digital basisnya IT, ada pabrik dan vendor. Culture harus dibangun, makanya dibutuhkan pemimpin yang jadi role model untuk perubahan culture yang fit di era digital,” imbuh Sunarso.
Dalam acara yang sama, Sekjen Forum Pemimpin Redaksi Titin Rosmasari mengapresiasi atas capaian kinerja BRI hingga akhir kuartal I 2022.
“Tentu kami berharap agar segala pencapaian cemerlang BRI mampu memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat,” pungkasnya.
BRI memiliki 9 perusahaan anak yang tergabung dalam BRI Group. Diantaranya Bank Raya (sebelumnya bernama BRI Agro), BRI Remittance, BRI Life, BRI Finance, BRI Ventures, BRI Danareksa Sekuritas, BRI Insurance, Pegadaian dan PNM (Permodalan Nasional Madani). Pegadaian dan PNM sendiri baru bergabung pada September 2021 lalu sebagai upaya untuk membentuk sinergi ekosistem ultra mikro.
”Bergabungnya Pegadaian, PNM, dan lain-lain termasuk untuk kita memulai gerakan kontribusi perusahaan anak, ini juga transformasi sebenarnya. Jadi jangan menyangka kita transformasi dulu, kemudian ngambil Pegadaian ataupun PNM terus kita transform. Jadi itu memang dalam kerangka, dalam koridor strategi kita untuk bertransformasi. Untuk apa? Untuk lebih fokus kepada UMKM,” imbuh Sunarso.
Saat ini BRI sendiri sedang dalam tahap menyempurnakan fondasi ekosistem ultra mikro. Hingga akhir Kuartal I 2022 BRI, Pegadaian dan PNM tercatat berhasil menyatukan kantor co-location Senyum di 404 kantor di seluruh Indonesia. Selain itu, juga terdapat lebih dari 63 ribu pemasar ultra mikro dan mikro yang terdiri dari Mantri BRI, AO PNM dan pemasar Pegadaian.
Kemampuan BRI dalam menyeimbangkan transformasi dengan tetap fokus pada core business nya tercermin dari kinerja cemerlang yang dibukukan oleh perseroan. Dalam tiga bulan pertama tahun 2022 perseroan mampu mencatatkan laba bersih konsolidasian senilai Rp.12,22 triliun atau tumbuh sebesar 78,13 persen year on year. Sementara untuk asset, pada akhir Maret 2022 tercatat Aset BRI mencapai sebesar Rp.1.650,28 triliun atau tumbuh 8,99 persen yoy.
Sunarso pun menyiratkan optimisme kinerja BRI ke depan di tengah kondisi ekonomi yang masih diselimuti ketidakpastian.
“Saya cukup yakin bahwa BRI akan semakin baik di 2022 dibandingkan tahun 2021, namun tetap antisipatif dengan kemungkinan terburuk dari kondisi perekonomian global,” imbuhnya.
BRI pun telah menyiapkan empat strategi utama untuk meneruskan capaian positif hingga akhir tahun 2022. Pertama, Selective Growth, dimana BRI akan berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi tinggi, dengan eksposur minimum terhadap gejolak eksternal, yaitu: sektor Pertanian, Industri bahan kimia, serta makanan dan minuman. Selain itu BRI akan meneruskan strategi business follow stimulus dengan memfokuskan pertumbuhan berdasarkan stimulus pemerintah untuk membantu penguatan pertumbuhan ekonomi domestik.
Selanjutnya BRI akan fokus pada kualitas, selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft landing strategy dengan terus membentuk cadangan yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi.
Untuk menjaga profitabilitas, BRI akan fokus pada pinjaman dengan High Yield tinggi. yaitu segmen mikro dan consumer loan serta meningkatkan efisiensi melalui peningkatan dana murah (CASA). Dalam menghadapi tren kenaikan suku bunga, BRI terus meningkatkan CASA secara gradual dari 63% pada Kuartal I 2021, menjadi 66% pada Kuartal I 2022, diantaranya melalui: wholesale transaction, penetrasi digital saving BRI, dan hyperlocal ecosystem pada segmen mikro.
“Dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang baik, BRI Group akan terus bekerja di area UMKM utamanya mikro dan kemudian dengan cara-cara yang efisen, dan value yang di create harus kembali ke mikro dan itu akan menjadi putaran bola salju yang makin besar sehingga makin besar value creation-nya,” pungkas Sunarso.(SP)