Selaras dengan Dasa Cita Melki-Johni, Dinas Pendidikan NTT dan Diaspora Rote Ndao Gagas Sekolah Vokasi Berbasis Sorgum

KUPANG,Savanaparadise.com— Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur memberikan apresiasi tinggi kepada Diaspora Rote Ndao atas inisiatif mereka yang selaras dengan kebijakan strategis Gubernur NTT, Melki Laka Lena, dalam mendorong pendidikan vokasi unggulan dan penguatan potensi lokal.

Inisiatif tersebut mencakup dua program utama, yakni pengembangan International English Language School (IELS) dan penguatan pendidikan vokasi berbasis komoditas sorgum. Keduanya dipandang sebagai wujud nyata pelibatan masyarakat dalam mendukung Dasa Cita ke-6 Gubernur NTT, yakni Pendidikan Vokasi Unggulan, dan mendukung pencapaian target NTT Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera, dan Berkelanjutan.

Dukungan ini disampaikan langsung oleh Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ambrosius Kodo, saat menerima audiensi para tokoh Diaspora Rote Ndao di Kota Kupang di Kantor Dinas, Kamis (31/7/2025) pagi. Hadir pula dalam pertemuan itu Kabid SMK Dinas Pendidikan NTT, Ayub Sanam.

“Apa yang ditawarkan Diaspora Rote sangat relevan dengan program strategis Pemprov NTT. Kami siap memfasilitasi dan mengawal kerja sama ini hingga terlaksana secara konkret,” ujar Ambrosius.

Kadis Pendidikan Ambrosius Kodo memberikan apresiasi tinggi kepada para tokoh Diaspora Rote Ndao atas semangat dan inisiatif mereka dalam mendukung pembangunan sektor pendidikan di NTT. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor sebagai kekuatan bersama untuk membangun daerah.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada Diaspora Rote yang menyatakan kesediaan untuk turut serta dalam gerakan Ayo Bangun NTT. Potensi dan pengalaman mereka di luar daerah maupun luar negeri bisa menjadi aset besar bagi pembangunan pendidikan kita,” ujar Ambrosius.

Kepala Dinas Pendidikan memaparkan bahwa ada dua hal utama yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Pertama, pengembangan komoditas sorgum sebagai potensi unggulan daerah yang akan diintegrasikan dalam sistem pendidikan vokasi.

Beberapa SMA dan SMK di Rote Ndao akan didorong menjadi pusat edukasi sorgum, lengkap dengan pelatihan teknis tentang budidaya, pengairan, manajemen usaha, dan pemasaran hasil produksi.

Untuk mendukung hal tersebut, Dinas Pendidikan membuka peluang bagi Diaspora yang ahli di bidang pertanian dan agribisnis menjadi guru tamu di sekolah-sekolah. Dengan demikian, siswa-siswi dapat langsung belajar dari para praktisi berpengalaman.

“Kami ingin ketika orang ingin belajar soal sorgum, mereka bisa diarahkan ke sekolah-sekolah tertentu di Rote Ndao. Ini adalah model pendidikan berbasis potensi lokal,” jelas Ambrosius.

Fokus kedua adalah pengembangan lembaga pelatihan Bahasa Inggris dalam skema IELS, yang akan memfasilitasi siswa SMA/SMK untuk mencapai kemampuan bahasa Inggris yang dibutuhkan guna melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, mengikuti tes masuk perguruan tinggi, sekolah kedinasan, hingga seleksi TNI/Polri.

Dinas Pendidikan dan Diaspora Rote Ndao sepakat akan menggelar pertemuan teknis lanjutan untuk menyusun skema kerja sama lebih rinci, termasuk penjadwalan pelatihan, kurikulum IELS, penempatan guru tamu, serta peta sekolah vokasi unggulan.

Sebelumnya, Ketua Serikat Tani Nelayan (STN) NTT, Rian Lodwick Dea, juga menyampaikan dukungan dan apresiasi atas inisiasi para tokoh Diaspora Rote Ndao. Ia menilai NTT beruntung memiliki Gubernur yang responsif dan menjadikan sorgum sebagai prime mover sektor pertanian.

“Gubernur langsung merespons dengan mengizinkan uji coba sorgum di lahan seluas 25 hektare di Rote Ndao sebagai percontohan nasional. Ini langkah maju,” kata Rian.

Ia juga menekankan pentingnya kehadiran IELS sebagai bagian dari penguatan sektor pendidikan di NTT. Menurutnya, IELS akan sangat membantu anak-anak NTT yang hendak studi lanjut atau bekerja ke luar negeri tanpa harus keluar daerah hanya untuk ujian bahasa Inggris.

Lebih jauh, Rian mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Rote Ndao yang telah menyiapkan 20 peserta untuk mengikuti program IELS dengan anggaran Rp7 juta per orang. Bahkan, komunikasi resmi telah dijalin dengan Pemerintah Australia, khususnya di Darwin, untuk mendukung pengembangan kapasitas sumber daya manusia dari Rote Ndao.

“Ini luar biasa, karena Rote Ndao menjadi motor penggerak. Harapan kami, program-program Gubernur NTT dapat terus mendapat dukungan luas dari daerah-daerah lainnya di NTT,” tutupnya. (*)

Pos terkait