Opini : Kita Sehati dan Optimisme Peningkatan Derajat Kesehatan Kabupaten TTU

Oleh : Dolvianus Kolo, S. Pd (Anggota DPRD Prov. NTT Komisi V)

Isu mengenai kesehatan biasanya menjadi primadona untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas pasangan calon pemimpin daerah pada musim Pilkada. Terkadang berbagai program kerja pembangunan kesehatan hanya dibuat untuk sekedar menarik minat calon pemilih, tanpa adanya kajian mendalam untuk menjawab permasalahan kesehatan yang tengah melanda di daerah tersebut.

Bacaan Lainnya

Bagi pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kristiana Muki dan Yosep Tanu,  kesehatan merupakan modal dasar pembangunan.Kesehatan tak kalah pentingnya dengan pendidikan dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 menyatakan  bahwa kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraam umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Dengan kata lain secara tidak langsung, kesehatan ataupun keadaan sehat merupakan amanat yang wajib diberikan oleh negara kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai sebuah investasi jangka panjang untuk menjaga kualitas sumber daya manusia sehingga mampu mendukung pembangunan ekonomi dan mampu menjawab permasalahan kemiskinan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat diukur melalui derajat kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten TTU saat ini sudah membaik namun belum merata di seluruh daerah. Derajat kesehatan dinilai dari beberapa indikator penting, yaitu angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas), dan status gizi. Semakin tinggi kematian bayi dan ibu, maka derajat kesehatan di daerah tersebut semakin memburuk. Begitupula dengan status gizi, semakin banyak balita yang kekurangan gizi, maka derajat kesehatan di daerah tersebut semakin rendah.

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan di Kabupaten TTU telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten TTU pada tahun 2019 (10,5 per 1000 kelahiran hidup) berada di bawah AKB nasional yang diperoleh dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017, yaitu  24 per 1000 kelahiran hidup. Begitupula dengan Angka Kematian Balita (12,8 per 1000 kelahiran hidup), telah berada di bawah angka nasional (32 per 1000 kelahiran hidup). Angka Kematian Ibu di Kabupaten TTU selama 4 tahun terakhir juga secara umum mengalami penurunan. Angka Kematian Ibu dari 139 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 menjadi 39 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Angka kematian ibu (AKI) sempat mengalami peningkatan menjadi 114 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2018, tetapi menurun kembali menjadi 58 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019. Sesuai target dalam Renstra Kemenkes 2016-2019, Angka Kematian Ibu di Kabupaten TTU telah jauh dibawah target (306 per 100.000 KH).Indikator angka kesakitan menunjukkan bahwa angka kesakitan (morbiditas) beberapa penyakit menular seperti malaria, DBD, AFP, HIV, TB telah berada di bawah target nasional, contohnya adalah angka kesakitan malaria tahun 2019 sebesar 0,3 per 1000 penduduk, berada dibawah target nasional, yaitu 0,93 per 1000 penduduk. Contoh yang lain adalah Angka Kesakitan DBD tahun 2019 sebesar 44,1 per 100.000 penduduk, berada dibawah target nasional yaitu 51,53 per 100.000 penduduk. Prevalensi Penderita HIV sebesar 3,94 per 1000 penduduk beresiko, berada pada posisi lebih rendah dari target nasional, yaitu 5,29 per 1000 penduduk beresiko. Indikator status gizi balita memperlihatkan, meskipun prevalensi balita stunting (pendek) masih tinggi yaitu 42,6% pada tahun 2019, tetapi prevalensi balita kurus (wasting) telah jauh menurun, yaitu 4,7%.

Keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat di Kabupaten TTU ini tidak terlepas dari kerja keras antara pemerintah, LSM, organisasi masyarakat dan masyarakat Kabupaten TTU sendiri yang telah bersinergi melaksanakan pembangunan bidang kesehatan.Saat ini Kabupaten TTU telah memiliki 26 Puskesmas dan 3 Rumah Sakit yang telah terakreditasi dan didukung oleh 1.336 petugas kesehatan baik yang bekerja di sektor swasta maupun pemerintah sehingga mampu memberikan jaminan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terstandar kepada masyarakat.

Pembangunan kesehatan yang telah dijalankan oleh pemerintah pada periode kepemimpinan Bupati Raymundus Sau Fernandes harus dilanjutkan demi tercapainya keadaan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dan merata di seluruh wilayah Kabupaten TTU. Kristiana Muki dan Yosef Tanu yang telah mencalonkan diri sebagai Cabup dan Cawabup TTU periode 2021-2025 di KPU pada tanggal 5 September 2020 berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan melalui berbagai program inovatif.

Kristiana Muki dan Yosef Tanu menyadari bahwa kesehatan adalah hak bagi seluruh warga negara Indonesia sesuai dengan amanah yang tersurat dalam UUD 1945 Pasal 28H ayat (1) yang berbunyi “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” dan ayat (3) yang berbunyi “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.

Menyadari akan tanggung jawab negara dalam memenuhi hak warga terhadap kesehatan maka Kristiana Muki-Yosef Tanu berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan yang layak dan bermutu bagi seluruh masyarakat Kabupaten TTU. Dalam kajian-kajiannya terhadap kondisi pembangunan kesehatan saat ini, permasalahan utama yang dihadapi oleh Kabupaten TTU berkaitan dengan pembangunan kesehatan adalah belum seluruh masyarakat TTU memiliki jaminan kesehatan, hal ini ditunjukkan dari Data Profil Kesehatan Kabupaten TTU Tahun 2019 dimana hanya 145,171 jiwa atau 57,2% dari total penduduk Kabupaten TTU yang memiliki jaminan kesehatan, sedangkan 42,8% penduduk belum memiliki jaminan kesehatan. Hal inilah yang menyebabkan akses masyarakat yang tidak memiliki jaminan kesehatan  ke fasilitas kesehatan menjadi sangat terbatas. Masyarakat akan cenderung berobat ke faskes bila sakitnya telah menjadi parah karena keterbatasan biaya pengobatan. Oleh karena itu, KM-YT melalui program prioritasnya berupaya untuk menghadirkan layanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi seluruh masyarakat yang tidak memiliki kartu jaminan kesehatan nasional melalui program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Masyarakat yang tidak memiliki kartu Jamkesmas ataupun KIS dapat berobat gratis  di Puskesmas maupun  RSUD. Program ini juga akan disempurnakan dengan program Patriot Hallo TTU Sehat, dimana pelayanan ambulance  1×24 jam (on call) akan tersedia bagi masyarakat untuk mengantisipasi keadaan gawat darurat yang membutuhkan pelayanan kegawat-daruratan yang cepat.

Pelayanan kesehatan yang baik hendaknya didukung dengan tenaga kesehatan yang berkualitas baik dari segi jumlah, kompetensi dan komitmen dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Tenaga kesehatan di Kabupaten TTU jumlahnya masih sangat terbatas. Laporan profil kesehatan Kabupaten TTU Tahun 2019 menunjukkan bahwa jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan sebanyak 1.336 orang. Jika dibandingkan dengan target rasio Nakes/100.000 penduduk tahun 2019, maka tenaga kesehatan khususnya dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, apoteker, tenaga teknik kefarmasian, sanitarian masih belum mencapai target, artinya keterpenuhan sumberdaya manusia kesehatan di Kabupaten TTU belum sesuai standar. KM-YT akan memprioritaskan pemenuhan tenaga kesehatan, khususnya dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, apoteker, tenaga teknik kefarmasian, sanitarian, bidan dan tenaga gizi. Selain itu KM-YT juga berpandangan bahwa pembangunan kesehatan haruslah dimulai dari tingkat desa, oleh karena itu setiap desa minimal  harus memiliki 2 orang tenaga kesehatan yang dapat melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar di tingkat desa.

 

Selama ini kita berfikir bahwa faktor yang menentukan derajat kesehatan masyarakat hanyalah pelayanan kesehatan saja, padahal faktor pelayanan kesehatan hanya menyumbang 20% saja dalam menentukan derajat kesehatan di suatu daerah. Hal ini sesuai dengan teori Henry L. Blum yang menyebutkan bahwa derajat kesehatan ditentukan oleh 40% faktor lingkungan, 30% faktor perilaku, 20% faktor pelayanan kesehatan dan 10% faktor genetika (keturunan). Dengan kata lain, faktor lingkungan dan faktor perilaku seperti menjaga kebersihan lingkungan, tersedianya pemukiman yang layak huni, tersedianya air bersih, kebiasaan mencuci tangan, kebiasan mengkonsumsi makanan yang bergizi menjadi penentu tertinggi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, fokus program kerja di bidang kesehatan  KM-YT bukan hanya pada pelayanan kesehatan  saja tetapi pada perbaikan faktor lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.

Hingga saat ini kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat masih sangat rendah. Hal ini memicu timbulnya berbagai penyakit menular, apalagi beberapa bulan ini Kabupaten TTU tidak luput dari badai Pandemi Covid-19, dimana dua warga TTU terkonfirmasi positif Covid-19. Meskipun belum ada transmisi lokal di TTU,  upaya pencegahan harus tetap dilaksanakan. Perilaku Hidup sehat ini sangat penting bukan hanya untuk mencegah penyakit-penyakit menular seperti Covid-19, diare, malaria, DBD, HIV,tetapi juga penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, hipertensi, asam urat, penyakit jantung koroner dan lain-lain. Dalam menanggulangi Covid-19, KM-YT akan berupaya mempertahankan TTU dalam zona hijau penyebaran Covid-19 melalui 8 langkah strategis. Upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya penyakit menular dan tidak menular akan dilakukan melalui kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). GERMAS merupakan gerakan yang mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif. Untuk menyukseskan program ini KM-YT telah menyiapkan berbagai program pendukung yang lain yaitu pembangunan akses air bersih, sanitasi dan pemukiman layak huni. Ketiganya merupakan infrastruktur dasar yang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.

Kualitas sumber daya manusia TTU di masa depan juga ditentukan oleh kualitas gizi balita saat ini. Pangan dan gizi sangat menentukan kualitas sumberdaya manusia Kabupaten TTU di masa mendatang dan berpengaruh terhadap kemampuan daya saing masyarakat TTU baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun global. Saat ini prevalensi balita wasting (kurus) cukup rendah, yaitu 4,7% tetapi prevalensi balita stunting (pendek) masih cukup tinggi, yaitu 42,6%. Mengacu pada “The Conceptual Framework of the deteminants of child undernutrition” dan “Faktor Penyebab Masalah Gizi Konteks Indonesia”,  penyebab langsung masalah gizi pada anak adalah rendahnya asupan gizi dan rendahnya status kesehatan, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya ketahanan pangan masyarakat (ketersediaan, keterjangkauan dan akses pangan bergizi), buruknya pola pengasuhan anak, buruknya pola pemberian makan anak, rendahnya pendidikan dan pengetahuan orangtua, terbatasnya akses dan pelayanan kesehatan,  rendahnya kualitas lingkungan pemukiman (air, sanitasi, kondisi bangunan), rendahnya pendapatan masyarakat, kesenjangan ekonomi, belum tercovernya seluruh kelompok rawan gizi dan kesehatan dengan jaminan kesehatan, rendahnya perlindungan sosial bagi masyarakat miskin, pembangunan pertanian yang tidak optimal serta belum optimalnya pemberdayaan perempuan.

Mengingat pentingya gizi terhadap pembangunan sumberdaya manusia TTU, KM-YT merasa perlu untuk segera melakukan percepatan pengurangan masalah gizi melalui aksi bersama yang terkoordinir untuk menurunkan segera prevalensi  balita kurus (wasting) dan prevalensi balita pendek (stunting). Target yang diharapkan hingga akhir 2025 adalah penurunan balita kurus (wasting ) hingga kurang dari 4% dan penurunan balita pendek (stunting) hingga berada dibawah angka 14% sesuai target yang ditetapkan dalam Renstra Kemenkes RI tahun 2020-2024. Hal ini selaras dengan pernyataan Presiden Jokowi  bahwa berdasarkan RPJMN yang dicanangkan Bappenas, stunting ditargetkan menurun hingga 14%.

Beberapa program intervensi telah dikaji untuk menurunkan masalah kekurangan gizi pada balita. KM-YT menyadari bahwa masalah gizi bukan sekedar masalah kesehatan saja, tetapi merupakan masalah lintas sektoral sehingga intervensi perbaikan gizi harus dilaksanakan secara terpadu dan multi sektoral. Intervensi perbaikan gizi pada balita haruslah mencakup intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung seperti rendahnya asupan makanan, infeksi, buruknya status gizi ibu, penyakit menular dan buruknya kesehatan lingkungan,  sedangkan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung. Intervensi gizi sensitif akan dilakukan melalui peningkatan penyediaan air bersih dan sanitasi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan dan peningkatan akses pangan bergizi. Untuk mewujudkan hal ini, KM-YT telah menyiapkan program pelayanan kesehatan dan gizi gratis bagi kelompok rawan masalah gizi dan kesehatan seperti ibu hamil, ibu bersalin,  bayi dan balita. Deteksi dini gangguan pertumbuhan balita yang dilaksanakan di Posyandu setiap bulanpun akan diperkuat dengan ketersediaan kader Posyandu yang handal. Untuk meningkatkan kinerja kader Posyandu, KM-YT akan mengalokasikan anggaran insentif bagi kader posyandu sebesar Rp 500.000 per orang per triwulan. Penguatan kapasitas posyandu ini sangat penting. Menteri Kesehatan, Terawan Agus putranto menegaskan bahwa Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan kualitas manusia, kegiatannya meliputi pendidikan gizi masyarakat, pelayanan kesehatan ibu dan anak serta pelayanan imunisasi.

Berbagai program kerja yang diusung KM-YT lebih mengedepankan kebijakan gerakan promotif dan preventif  (pencegahan) dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif. Artinya masyarakat tidak perlu sakit dahulu untuk merasakan sehat.Apabila program-program kesehatan yang telah didesain dengan baik oleh KM-YT dilaksanakan, maka angka kematian, angka kesakitan dan kekurangan gizi di Kabupaten TTU akan lebih menurun dan terjadi peningkatan derajat kesehatan.

Hari-hari sehat yang lebih panjang merupakan modal utama pembangunan. Pembangunan di Kabupaten TTU tidak akan dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang sakit, oleh karena itu masyarakat TTU haruslah sehat, baik fisik, mental, maupun sosial. Pilkada saat ini  merupakan momen terbaik untuk menentukan arah pembangunan kesehatan untuk lima tahun kedepan. KM-YT mengajak seluruh masyarakat TTU untuk memilih calon kepala daerah yang memprioritaskan pembangunan kesehatan berkelanjutan yang dilandasi oleh 3 nilai, yaitu berorientasi pada pencegahan, mendorong adopsi gaya hidup sehat, dan mewujudkan keadilan sosial dengan mendorong pemerataan.KM-YT dapat melakukan banyak perubahan di bidang kesehatan bila seluruh masyarakat TTU bersatu hati memberikan dukungan.

 

 

 

 

Pos terkait