Malaka, Savanaparadise.com,- Anggota DPD RI asal NTT Ibrahim Agustinus Medah terus memberikan motifasi dan dorongan kepada masyarakat NTT untuk mengoptimalkan semua potensi lahan yang ada demi meningkatkan produktifitas pertanian. Salah satu daerah paling subur di NTT adalah wilayah kabupaten Malaka yang sangat cocok dengan tanaman ubi kayu.
Pada Minggu, (3/5/2015) Ibrahim Medah melakukan sosialisasi penanaman ubi kayu yang baik dan benar bagi warga masyarakat Desa Weoe, Kecamatan Weweku dan di Manunuti Brubit, Desa Naimana, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka. Seluruh petani di dua desa itu sangat antusias dengan renvana pengembangan ubi kayu di wialayahnya. Ada dua jenis ubi kayu yang sudah ada di wilayah Malaka yang bakal dikembangkan di seluruh wilayah Malaka yaitu jenis Aldira 07 dan jenis Salah Sangka.
Medah mengatakan prospek bisnis ubi kayu sangat menjanjikan karena mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Meski demikian, sosialisasi itu tidak untuk kepentingan bisnis melainkan tidak lebih dari upaya penyadaran bahwa, lahan masyarakat itu menyimpan uang yang berlimpah jika dikelolah dengan benar dan difasilitasi oleh pemerintah.
Dijelaskannya, sosialisasi penanaman ubi ini merupakan suatu upaya dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat yang mengarah pada pembuatan tepung gaplek dan tepung mokaf (sekelas tepung terigu). “Tujuan saya bukan untuk bisnis, tapi masyarakat bisa menyadari bahwa lahannya menyimpan uang. Di tanahnya ada uang,” katanya.
Mantan Bupati Kupang dua periode itu mengatakan, siap membantu masyarakat yang memiliki niat serius mengembangkan ubi kayu. “Di mana ada hasil atau potensi, saya siap membantu. Supaya masyarakat tahu bahwa kita tidak main-main maka kita akan kasih uang untuk olah lahan. Nanti setiap batang dan umbinya akan kita beli,” ujarnya.
Menurut Medah yang kini menjadi anggota Komite II DPD RI itu, daerah Malaka sangat cocok untuk pengembangan ubi kayu. Dan sosialisasi itu adalah upaya agar masyarakat melakukan budi daya secara profesional untuk peningkatan pendapatan masyarakat. “Jika hasil banyak, akan difasilitasi untuk pemasaran berupa pembukaan industri pengolahan di Kabupaten Malaka,” jelasnya.
Warga Manumuti, Stanis Lau, mengatakan ubi yang sedang dibudidaya di lahan miliknya sudah mulai berisi dan pertumbuhannya sangat cepat.
Warga Desa Weoe, Kecamatan Wewiku, Enos Teti Seran dan Melki Fuel tampak tertegun mendapat penjelasan Medah, apalagi ketika Medah memutar video tata cara penanganan dan penanaman ubi kayu itu. Mereka menyatakan akan menyiapkan lahan seluah 25 hektar untuk budidaya ubi kayu itu.
Kepala Deda Weoe, Maksimus Aloysius Bria mengatakan menyambut baik sosialisasi itu. Menurutnya, masyarakat desa itu akan menyediakan lahan namun belum semuanya berminat karena masih harus melihat apakah bisa berhasil ataukah tidak.
Ia juga mengatakan, masyarakat Desa Weoe sering terjerat sistem ijon karena itu jika ada bantuan untuk pengolahan lahan maka itu sangat membantu.
“Masyarakat di sini banyak yang tidak sekolah, jadi mereka butuh yang jelas. Masih kental dengan sistem ijon. Mulai dari olah lahan sudah pinjam uang karena itu, mereka mau kerja tapi harus lihat dulu ada yang berhasil. Kalau 25 hektar pertama ini berhasil maka semua pasti mau bekerja,” katanya.(SP)