FKP Undana Kembangkan Teknologi Aquaponik

- Jurnalis

Rabu, 12 Oktober 2016 - 17:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fotoundana.ac.id/Kelautan
Foto www.undana.ac.id/Kelautan

Kupang, Savanaparadise.com,- Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana (Undana) mengembangkan teknologi aquaponik. Teknologi Aquaponik ini mengkombinasikan pemeliharaan ikan lele dengan tanaman.

Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Undana Prof Ir Ricky Gimin PhD mengatakan Sistem budidaya ikan dengan kombinasi dengan tanaman ini diadaptasi dari Israel. Teknologi Aquaponik jelasnya memanfaatkan teknologi sederhana  untuk diterapkan pada kondisi lahan yang terbatas.

Dia menjelaskan Proyek budidaya ikan lele yang dimulai sejak tahun 2011 tersebut memanfaatkan lahan sempit di sekitar kampus Undana.

“ Budidaya ikan tersebut memanfaatkan teknologi yang sederhana berupa wadah ikan, bak penampung atau tanki air, dan beberapa pipa paralon untuk aliran sirkulasi air yang dibantu dengan dynamo,” kepada wartawan, 11/10 di Kupang.

Baca Juga :  Kabupaten Alor Diguncang Gempa 4,2 SR

Dijelaskannya lebih lanjut Sirkulasi air ke wadah ikan itu disaring secara alamiah dengan memanfaatkan tanaman produktif yang ditanam dalam wadah yang ditempatkan diisi dala pipa paralon (diberikan lobang sesuai ukuran wadah tanaman) dan juga wadah khusus disiapkan untuk tanaman lain.

“Teknologi aguaponik ini tidak hanya digunakan untuk budidaya lele namun juga tanaman produktif seperti cabe, padi, tomat, sayur-sayuran seperti kangkung, bayam,” katanya.

Hasil budidaya lele, lanjut dia, sudah dipasarkan untuk menambah kebutuhan warung-warung makan yang ada di Kota Kupang dengan jumlah hasil sekali panen setiap 10 Minggu mencapai 200 kilogram.

“Kalau masyarakat yang datang langsung ke sini kita berikan harga Rp35.000 per kilogram, sementara untuk harga pasaran pasokan ke rumah makan Rp40 ribu per kilogram,” katanya.

Baca Juga :  Winston Rondo : Perpoloncoan di Sekolah Harus Diputus Siklusnya

Budidaya ikan tersebut masih dalam pencontohan dan pihaknya sementara mengembangkan dalam kapasitas yang lebih besar untuk budidaya ikan patin dan juga sayuran brokoli, wortel dan lainnya.

Menurut dia, budidaya ikan lele tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi sejalan dengan tingginya permintaan masyarakat, sehingga memungkinakan untuk dikembangkan oleh berbagai kelompok masyarakat guna meningkatkan perekonomiannya.

Apalagi, kata dia, teknologi aquaponik tidak memerlukan lahan yang luas dan juga cocok untuk berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur yang seringkali terkendala pasokan air.

“Teknologi ini tidak membutuhkan air yang banyak dan hanya diganti sebulan sekali karena air tersebut sudah disaring secara alamiah melalui tanaman,” katanya.

Oleh karenanya, dia berharap agar pemerintah daerah setempat dapat mendorong berbagai kelompok masyarakat untuk bisa belajar dan menerapkan teknologi tersebut karena hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga menguntungkan secara ekonomi.(SP)

 

Berita Terkait

Yusinta Nenobahan dan Kuasa Hukum Penuhi Undangan Sinode GMIT Untuk Jernihkan Persoalan Dengan Pendeta Nelson
Kuasa Hukum Yusinta Nenobahan Kecam Pihak Penyebar Data Pribadi Klien
Kasat Korwil Banser NTT Desak Polri Tangkap Pelaku Penganiayaan Banser di Tenggarang 
Difitnah di Kompasiana, Yusinta Bantah Semua Tuduhan Palsu dan Siapkan Langkah Hukum
Tak Hanya Nelayan PPI Oeba, Nelayan Tenau Juga Ikut Geruduk Kantor Gubernur NTT
Drama Pergub 33: Kadis Sulastri Balik Arah, Minta Maaf ke DPRD dan Nelayan
Rapat Dinas DKP Gagal Total,Nelayan dan Pelapak PPI Oeba Ogah Hadir
DPRD NTT Bantah Intervensi Kenaikan Tarif, Komisi II “Sidang” Kadis DKP Soal Polemik Pergub
Berita ini 0 kali dibaca