Kupang, savanaparadise.com,- Lebih dari 60 persen warga di Nusa Tenggara Timur (NTT), mengkonsumsi pinang. Hal tersebut mendorong Pengurus Daerah Korps Menwa Mahadana NTT kemudian melakukan gerakan besar, dengan menanam satu juta anakan pinang di sejumlah Kabupaten di wilayah Timor Barat, NTT.
Ketua Pengurus Daerah Korps Menwa Mahadani NTT, Johanis Alex Ninu ditemui wartawan di ruang kerjanya, belum lama ini mengatakan, selain anakan pinang, pihaknya juga menanam satu juta anakan kelapa. Kegiatan ini mulai dilakukan sejak November 2014 dan rencananya akan selesai sampai tahun 2019 mendatang.
“Sampai Bulan April 2015, sudah 10.000 anakan pinang dan 15.000 anakan kelapa yang telah ditanam dan tumbuh subur. Penanaman perdana di mulai dari tujuh Desa di Kabupaten Kupang dan yang pali terbaru kemarin, pada Selasa (21/4/2015), bertepatan dengan perayaan hari Kartini, kita tanam 1.000 anakan pinang dan kelapa di daerah perbatasan dengan Timor Leste, atau tepatnya di Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu. Kita tanam pinang, karena lebih dari 60 persen warga NTT ini konsumsi pinang,”kata Johanis.
Pinang kata Johanis, selain memiliki nilai ekonomis tinggi, juga khusus bagi sebagian besar warga NTT sudah menyatu dan menjadi budaya masyarakat khususnya lima Kabupaten di Timor Barat yakni Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU) dan Belu serta Malaka. Bahkan kata Johanis, bagi warga Timor beranggapan lebih baik makan pinang dari pada makan nasi.
“Ada satu kelebihan dari pinang yaitu selain dibutuhkan manusia, juga secara budaya dapat menyelesaikan konflik sosial. Namun kenyataannya pinang justru kebanyakan datang dari luar NTT atau diimpor dari daerah lain lain seperti Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Irian. Orang NTT belum paham betul tentang pengembangan dan hanya mau konsumsi pinang, makanya dari daerah lain menjadikan NTT adalah pasar yang empuk,”beber Johanis.
Menurut Johanis yang juga adalah Dosen Fakultasi Ilmus Sosial dan Politik di Universitas Nusa Cendana Kupang ini, pihaknya memberi prioritas pengembangan anakan pinang dan kelapa khususnya pada daerah Timor Barat, karena selama ini Timor Barat tidak pernah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat.
Johanis mengatakan, ketika semua pengungsi asal Timor Timur (sekarang Timor Leste) datang ke Timor Barat, tidak pernah ada satu perlakukan khusus dari pemerintah pusat mengenai pembangunan ekonomi di Timor Barat. Hal ini juga telah dibicarakan luas dalam seminar dan sebagainya. Karena tidak ada perhatian dari pemerintah pusat, maka dari Menwa NTT, berani untuk mengangkat ini.
Pinang dan kelapa kata Johanis, menjadi komoditi andalan yang tidak pernah dilirik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Padahal ini menjadi kebutuhan utama, karena keberadaan pinang sejak dahulu kala dan sudah menyatu serta menjadi budaya orang NTT sehingga harus menjadi program utama.
“Kegiatan pengadaan anakan pinang dan kelapa ini, tidak dibiayai oleh siapapun dan ini adalah swadaya murni dari korps Menwa sendiri karena menjadi semangat bela negara dan bela rakyat yang terpendam dari dalam setiap dada korp Menwa di Indonesia khususnya di NTT. Anakan pinang dan kelapa kita beli secara patungan dan semuanya kita kasih untuk masyarakat. Mekanismenya tanam anakan ini juga sudah diatur. Kita tanam di pekarangan rumah masyarakat yang sudah dipersiapkan sebelumnya,”kata Johanis.
Johanis menjelaskan, semua anakan kelapa dan pinang untuk pengembangan ini, berasal dari bibit lokal, karena alasannya untuk penyesuaian lebih gampang ketimbang bibit dari luar Pulau Timor.
“Karena tidak ada perhatian dari pemerintah pusat, maka kami dari Menwa berani untuk mengangkat ini dan khusus untuk wilayah Timor Barat, perlu kami lakukan pengembangan ekonomi dengan menanam satu juta anakan pinang dan satu juta anakan kelapa, untuk mendorong perekonomian yang lebih baik lagi, untuk masyarakat di masa yang akan datang,”pungkasnya.(Ilake)