Site icon savanaparadise.com

Soal Video Viral Siswa SD di Ende Minta Jokowi Bangun Jembatan, Romo Frans: Pemerintah Tak Boleh Tutup Mata

RD. Fransiskus Sama, Pastor Kuasi/Paroki Persiapan St. Mateus Lowumbangga, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende (Foto: Chen Rasi/Savanaparadise.com)

Ende, Savanaparadise.com,– Dunia Jagat maya kembali dihebohkan dengan beredarnya video Siswa-Siswi Sekolah Dasar Inpres (SDI) Niosanggo, Desa Fataatu Timur, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang meminta Presiden Joko Widodo untuk membangun jembatan.

Tampak dalam video, Siswa-Siswi tersebut mengenakan seragam lengkap berjumlah sepuluh orang yang terdiri dari 5 Orang Perempuan dan 5 Orang Laki-laki yang sedang berada di tengah kali sambil meminta Jokowi bangun jembatan.

Mereka mengeluh karena harus menyeberangi kali Lowolaka sepanjang 90 Meter lantaran ketiadaan jembatan penyebrangan.

Demikian kutipan pernyataan dari Siswa-Siswi SDI Niosanggo “Pak Presiden Jokowi, tolong bantu kami buat Jembatan karena kami sudah capai lewat kali tiap hari ke Sekolah”.

Siswa-Siswi SDI Niosanggo, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, sedang berada di tengah kali Lowolaka meminta Presiden Jokowi bangun jembatan yang sempat viral (Foto: Dok.)

Sontak video yang berdurasi 14 detik itu mengundang perhatian para pengguna media sosial, hingga dibagikan berkali-kali dan mendapat beragam tanggapan dari berbagai kalangan

Salah satu tanggapan datang dari RD. Fransiskus Sama, seorang Pastor Kuasi atau Paroki persiapan St. Mateus Lewumbangga.

Kepada Savanaparadise.com, Rabu (23/02/22), RD. Fransiskus menuturkan ketika dirinya ditempat tugaskan di Paroki persiapan St. Mateus  memang keadaan di sana sangat memprihatinkan karena akses jalan masuk dari Welamosa ke Lowumbangga harus melewati kali Lowolaka.

Menurutnya itu merupakan satu-satunya jalur yang harus di lewati oleh manusia dan kendaraan. Sehingga untuk sampai ditempat tujuan, tutur RD. Fransiskus, dibutuhkan perjuangan yang ekstra dari Anak-anak sekolah, Umat, bahkan masyarakat disekitarnya.

Dalam pengamatannya sebagai seorang Pastor,  kata RD. Fransiskus, pada dasarnya Siswa-Siswi itu memang dibilang sebagai generasi dan perlu dilatih untuk berjuang. Akan tetapi mereka sangat kesulitan karena harus berlawanan dengan alam dan cuaca yang tak menentu sehingga Anak-anak itu terpaksa harus tidak sekolah.

Menurutnya pemicu hingga Anak-anak ini meliburkan diri ketika hujan lebat mengguyur wilayah tersebut yang bisa berdampak pada naiknya debit air di kali Lowolaka.

Tak hanya anak sekolah, menurut RD. Fransiskus, Umat yang ada di paroki persiapan St. Mateus Lowumbangga juga mengalami hal yang sama. Mereka terkadang tak dapat mengikuti perayaan ekaristi pada hari Minggu lantaran terhalang banjir.

Begitupun dengan para Guru, mereka terpaksa meliburkan diri dan tak dapat melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seperti biasa dikarenakan tak dapat menyeberangi kali Lowolaka.

Bahkan, menurut kisah RD. Fransiskus, terkadang perputaran arus ekonomi masyarakat setempat ikut terdampak lantaran arus transportasi dari dan menuju ke wilayah tersebut lumpuh total.

“Jadi ini satu kesulitan besar yang dialami oleh Anak-anak Sekolah, Masyarakat, dan Umat yang ada diwilayah itu. Misalkan Anak-anak Sekolah, mereka harus berjuang menyeberangi kali Lowolaka di kala banjir demi meraih cita-cita mereka dalam dunia pendidikan”, ungkap RD Fransiskus.

Berdasarkan penuturan RD Fransiskus, beberapa tahun lalu saat banjir besar melanda kali Lowolaka, ada seorang warga yang ingin menyeberangi kali tersebut lalu terseret arus banjir sehingga nyawanya tak sempat tertolong dan meninggal.

Namun sejauh ini, ada beberapa warga dan juga anak sekolah yang nekat menyebrang lalu terbawa arus banjir tapi sempat di tolong oleh warga yang kebetulan juga berada disekitar bantaran kali.

Selain itu, ada beberapa kendaraan juga nekat menyeberang, namun terseret oleh arus banjir.

Jadi, sangat disayangkan kalau memang situasi ini dibiarkan terus menerus, otomatis semua hal di wilayah ini akan sangat tertinggal dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain.

RD Fransiskus berharap apabila punya kesempatan, Pemerintah dapat mengunjungi wilayah tersebut, turun dan tinggal bersama masyarakat sehingga bisa mengalami bahwa apa yang dialami masyarakat memang sungguh sulit dan butuh perhatian segera.

Karena ia begitu yakin dengan kehadiran Pemerintah akan ada gerakan untuk berpikir bersama dalam menyelesaikan persoalan yang dialami masyarakat di dua desa tersebut dari waktu ke waktu.

“Kami sangat mengharapkan Pemerintah tak boleh tutup mata”, tegasnya.

“Karena kami juga adalah warga negara Indonesia yang harus harus diperhatikan juga. Sebagai pastor, saya selalu berdoa semoga satu kesempatan ada keajaiban dari Tuhan melalui sesama dalam hal ini Pemerintah untuk hadir dan bisa membantu kami”, tambahnya.

Penulis: Chen Rasi

Editor: Yuven Abi

Exit mobile version