Site icon savanaparadise.com

Kurangi Garam Impor Dalam Negeri,PT.Nataga Raihawu Industri (NRI ) masuk radar Paritrana Award 2025

Kupang,Savanaparadise.com– Upaya PT. Nataga Raihawu Industri (NRI) dalam memproteksi para pekerja dengan jaminan membuat perusahaan yang bergerak di bidang tambak garam dan pertanian itu masuk dalam radar Paritrana Award 2025.

PT Nataga Raihawu Industri adalah satu-satunya perusahaan di NTT yang baru masuk dalam radar Paritrana Award bersaing dengan perusahan lain seperi Bank NTT dan Lembaga lain yang masuk dalam kriteria untuk mendapatkan Piratrana Award

Paritrana Award adalah penghargaan tahunan dari pemerintah yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama BPJS Ketenagakerjaan, didukung oleh Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Dalam Negeri. Penghargaan ini bertujuan untuk mendorong terwujudnya cakupan keseluruhan (universal coverage) perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan di Indonesia.

“Kami dari PT Nataga Raihawu Industri diundang untuk diwawancarai di Kupang. mereka bertanya terkait banyak hal terutama yang terkait dengan jaminan bagi para tenaga kerja yang saat ini bekerja di tambak garam,” kata pengarah dan penasehat PT. Nataga Raihawu Industri, Marthen Dira Tome di Kupang, pada Rabu, (25/6/2026).

Marthen Dira Tome menjelaskan para pekerja di PT. Nataga Raihawu Industri sebanyak 420 orang memperoleh beberapa jaminan yakni, Kaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Pensiun atau Hari Tua dan Jaminan duka wafat atau bantuan bagi pekerja yang meninggal dunia. Semua jaminan itu diberikan kepada pekerja sebagai wujud tanggungjawab penuh Perusahaan bagi para pekerja yang juga masyarakat Sabu Raijua.

“Jadi bukan hanya BPJS ketenagakerjaan yang kita urus bagi mereka ada banyak jaminan lain yang kita berikan bagi pekerja. PT. NRI ini bukan juga perusahaan yang banyak uang atau kaya tapi kita berupaya memberikan yang terbaik bagi pekerja. Mereka semua adalah orang Sabu Raijua yang tidak saja butuh kerja tapi juga butuh pertolongan dan jaminan sehingga kita berupaya sebaik mungkin memberikan mereka jaminan dalam bekerja,” ujar mantan Bupati Sabu Raijua dua periode itu.

Marthen Dira Tome mengatakan, salah satu daerah yang saat ini memiliki tambak garam dengan teknologi geomembran adalah Kabupaten Sabu Raijua. Garamnya bersih dan putih seperti kristal dengan kadar Natrium Klorida atau NaCI mencapai 98%. Faktor panas yang konsisten serta angin yang sangat mendukung dan air laut yang tidak tercemar membuat garam di Sabu Rijua berproduksi dengan sangat baik. Satu hektar lahan bisa mencapai 60 ton sebulan.

“Dalam rangka mewujudkan swasembada garam tahun 2027 dan meningkatkan usaha pergaraman dalam negeri, serta melanjutkan pembangunan usaha pergaraman nasional secara terpadu dan berkesinambungan, Presiden Prabowo Subianto telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 17 tahun 2025 tentang percepatan pembangunan pergaraman nasional,” jelas MDT, sapaan akrab Marthen Dira Tome.

Membangun tambak garam di Kabupaten Sabu Raijua, kata Marthen Dira Tome, bukan hanya soal tersedianya lapangan kerja semata, tapi ini tentang cinta pada NTT dan rantai kehidupan yang ada di dalamnya. Tambak garam, bukan juga hanya mimpi belaka, tapi telah menghasilkan kristal putih yang asin dan telah memberi kehidupan bagi ratusan pekerja. Semakin luas tambak garam dibangun maka, semakin banyak lapangan pekerjaan tercipta. Semakin banyak orang yang hidup lewat rantai kehidupan ekonomi yang terbangun. Tidak hanya pekerja, tapi buruh bagasi, para supir dan pemilik angkutan, hingga para pedagang kaki lima di dermaga dan lokasi tambak garam.

“Dengar baik, kalau kita punya seribu hektar tambak garam yang dikelola secara baik maka akan ada ribuan orang yang bekerja disana. Bisa bayangkan berapa banyak uang yang berputar di daerah ini. Produksi garam kita satu hektar perbulan itu mencapai 45 hingga 60 ton perhetar. Kita akan menghasilkan banyak uang dari situ. Lapangan kerja terbuka, Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) pasti meningkat. Tidak berhenti disitu, uang itu akan dirasakan juga oleh para pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya baik yang ada di dermaga maupun di lokasi tambak garam. Jadi tambak garam itu adalah rantai kehidupan bagi banyak orang,” kata Marthen.

Sebagai orang yang pernah memimpin Sabu Raijua, Marthen Dira Tome yakin jika garam adalah salah satu solusi untuk mengusir kemiskinan dari Sabu Raijua. Saat ini, selain PT. Nataga Raihawu Industri yang sudah bergerak di sektor industri garam, ada lagi satu investor yang telah masuk ke Sabu Raijua untuk mengembangkan industri garam. Untuk itu dia meminta kepada masyarakat untuk memberi rasa nyaman bagi para investor yang datang berinvestasi di Sabu Raijua. Dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif maka pemilik modal atau investor akan melirik potensi garam di Sabu Raijua untuk dikembangkan.

“Saat ini sudah ada dua investor yang sedang mengembangkan industri garam di Sabu Raijua. Mereka ingin mengembangkan lahan tambak hingga seribu hektar di Sabu Raijua. Nah kita punya potensi bisa mencapai tiga hingga 4 ribu hektar lahan tambak garam. Garis pantai kita cukup panjang yakni sekitar 1.026 kilometer. Tambak garam tidak hanya bisa dibangun di atas pasir tapi juga bisa dibangun di atas karang. Saat ini, Indonesia masih mengimpor garam dari India, China dan Australia mencapai 2,8 juta ton per tahun. Uang dikirim ke luar, kenapa uang itu tidak dikirim ke Sabu Raijua? Nah, Sabu Raijua ingin mengambil bagian dalam pemenuhan kebutuhan garam nasional dan mengurangi angka impor garam.” ujar Matade, sapaan akrab Marthen Dira Tome. (***)

Exit mobile version