Jakarta, Savanaparadise.com,- Tata niaga ternak sapi dalam rangka kerja sama dagang antar Pemda NTT dengan Pemda DKI sertatata niaga ikan dengan Pemda Jawa Tengah, sepertinya hanya enak didengar untuk komsumsi politik, tetapi sulit dipraktekan bahkan mulai menyulitkan peternak dan nelayan tradisional di seluruh NTT.
“ Khusus untuk peternak sapi tradisonal sudah banyak keluhan karena para peternak tradisional tidak bisa lagi menjual secara bebas hasil ternaknya untuk menutupi kebutuhannya sehari-sehari, lantaran karena harus menjual dengan mengikuti tata niaga sapi yang berbelit-belit yang hanya menguntungkan pundi pundi pedagang besar,” Kata Koordinator TPDi, Petrus Salestinus, dalam rilis yang diterima Savanaparadise.com dari jakarta, Minggu, 12/07.
Padahal peternak sapi NTT Kata Salestinus adalah peternak tradisional yang menggantungkan hidup sehari-harinya antara lain dari menjual sapi di pasar.
Ia menduga, saat ini NTT sudah dikuasai oleh kartel-kartel politik dari Jakarta, sementara pejabat-pejabat pemerintah baik di Provinsi maupun di Partai Politik di NTT patut diduga telah menjadi agen-agen dan kaki tangan kartel-kartel politik di Jakarta.
sehingga apa yang dikerjakan Pemerintah Provinsi atau apa yang dikatakan sebagai pemerintah sedang membangun NTT sesungguhnya sebuah proses pembangunan yang tidak untuk rakyat.
” tetapi untuk kartel-kartel politik dan kroninya, sementara masyarakat hanya ketiban limbah pembangunan, sisa-sisa proyek yang berlangsung secara masif dan terstruktur,” Jelasnya.
ika demikian kenyataannya, Kata Salestinus, masyarakat NTT hanya mendapatkan angin surga dan janji janji kosong, sementara yang menikmati kesejahteraan sosial adalah pejabat-pejabat dan kroni-kroninya.(SP)