Waingapu, Savanaparadise.com,- Walaupun beracun dan membahayakan jiwa, ubi hutan (Iwi) terpaksa di konsumsi oleh warga di kabupaten sumba timur akibat kehabisan stok pangan. Warga kehabisan stok pangan karena gagal panen yang disebabkan oleh kemarau panjang.
Walaupun warga telah mengonsumsi ubi beracun ini sejak sembilan bulan yang lalu, namun hingga saat ini pemerintah dalam hal ini dinas terkait di daerah itu belum memberikan bantuan apapun. bahkan hendak dikonfirmasi terkait persoalan ini beberapa pejabat terkait masih melakukan dinas di luar NTT.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur, dr. Chrisnawan T. H mengakui pada beberapa tempat warga sudah mulai mengkonsumsi iwi. Selain mengandung racun kata Chrisnawan iwi juga bisa berakibat pada gisi buruk jika tidak diselingi dengan makanan lainnya.
“ secara kasar saya sampaikan, kalau masyarakat sudah mulai mengkonsumsi ubi hutan, memang kita ketahui bahwa jika tidak diproses dengan benar, dengan langkah-langkah yang benar, memang mengandung racun yang berbahaya terhadap kesehatan dan keselamatan.,” kata Chrisnawan kepada wartawan.
Dari sisi yang lain demikian Chrisnawan mengatakan kalau kita melihat kandungan gizinya, tentunya kita hanya mengonsumsi itu tanpa didukung atau di lengkapi dengan makanan lain, makan akan menyebabkan meningkatnya kondisi gizi buruk.
“ boleh dikonsumsi tapi harus diproses dengan benar. saya sarankan untuk tetap mengonsumsi makanan pendukung lain,” paparnya.
Jika Iwi salah diolah maka akan menimbulkan keracunan ,muntah-muntah dan badan terasa lemas bahkan bisa membahayakan keselamatan jiwa.
Iwi akan menjadi makanan pokok jika stok makanan seperti jagung dan padi habis di konsumsi pada saat musim paceklik seperti saat ini.
Iwi akan menyebabkan keracunan dan membahayakan keselamatan jika tidak diolah dengan benar, sebelum dikonsumsi. walaupun demikian pemerintah setempat hingga kini belum mengatasi kondisi ini dengan mendata guna menyalurkan bantuan apapun.
Agar ubi hutan ini tak keracunan, warga diharapkan untuk mengolah dengan baik dalam waktu sekitar satu minggu. setelah ubi dikupas dan diiris, dijemur selama dua hari dan di bawah ke sungai untuk direndam selama satu hkari satu malam.
Selama direndam harus diremas pada pagi, siang dan sore hari agar racunnya hilang, lalu kembali di jemur sampai kering baru kemudian dimasak untuk dikonsumsi.
Bagi warga ubi hutan beracun terpaksa digali karena stok pangan dalam rumah tangga merkeka sudah habis. walaupun diketahui membuat gatal-gatal dan iritasi saat dikupas kulitnya mereka harus mengonsumsi selain sebagai makanan alternative.
“ dalam bahasa daerah setempat mengatakan, ubi hutan ini dicari dan diproses untuk makan karena makanan di rumah habis. baru-baru kami gagal panen, Mau beli beras tapi tidak punya uang sebab pisang dan kelapa yang diharapkan selama ini untuk di jual sudah terserang virus hingga mati, Karena itulah makanya kami olah ubi hutan yang tidak membutuhkan biaya, kata Mburu huluuma, warga Sumba TImur kepada wartawan, 30/10 di Waingapu. (Ger/NetTV/SP)