Nama Ibrahim Agustinus Medah bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah sosok yang selalu diidentikan dengan padi Gogo Rancah dan Rumput Laut.Predikat itu bukan tidak beralasan. Betapa tidak, pada usia yang ke 25 tahun sekitar tahun 1972 Iban Medah, sapaan akrba Ibrahim Agustinus Medah dipercayakan Bupati Kupang saat itu untuk menjadi Wakil Camat Rote Barat Laut. Dan disana ia memulai karirnya menjadi birokrat, politisi dan menorehkan sejumlah karya monumental termasuk diantaranya Gogo Rancah.
Pada usia semuda itu, Iban Medah telah menorehkan sebuah sejarah besar yang hingga kini masih terus dikenang dan dilanjutkan untuk meningkatkan produktifitas petani di wilayah Rote Ndao. Gagasan besarnya itu adalah mengajarkan masyarakat untuk menanam padi dengan metode Gogo Rancah.Alhasil, sejak saat itu hingga kini bahkan untuk masa mendatang, Rote Ndao tetap berkelebihan (surplus) produktifitas padi saban tahun.
Memulai sebuah gagasan besar di daerah seperti Rote Ndao dengan karakteristik manusianya yang susah diatur, bukanlah perkara biasa. Pada sebuah kesempatan, Iban Medah berceritra tentang suka dukanya memulai gagasannya merubah pola menanam padi yang sudah dilakukan turun-temurun ke pola baru yang digagasnya yaitu Gogo Rancah.
Dikisahkan Iban, pada tahun 1972 ketika menjadi Wakil Camat Rote Barat Laut setiap pulang kantor, Iban ke sawah untuk mencangkul tanah milik masyarakat setempat yang sebelumnya ia minta untuk menggarapnya. Masyarakat setempat heran dan merasa aneh dengan tingkah wakil camatnya itu karena dengan jabatan wakil camat mestinya tidak melakukan aktifitas yang lasim dilakukan oleh masyarakat seperti mencangkul tanah untuk menanam padi.Bahkan musim mempersiapkan lahan untuk persiapan menanam yang menurut masyarakat belum saatnya untuk dilakukan, menambah kebingungan masyarakat.Ada masyarakat bahkan menyuruh Iban untuk berhenti mencangkul, biaralah masyarakat yang mencangkulnya. Namun, Iban tetap bersikeras dan terus mencangkul, malahan iamenyuruh masyarakat untuk mencangkul di lahannya masing-masing.
Hingga pada musim tanam tiba, Iban bersama masyarakat setempat mulai menanam di lahan yang telah dipersiapkan bersama. Pola tanam yang dulunya hanya dilakukan dengan sistim menghambur bibit, kini dirubah dengan menanam perbiji benih padi. Masyarakatpun makin bingung dengan metode yang diajarkan Iban, namun karena dipaksakan Iban agar mengikuti apa yang dilakukannya akhirnya masyarakatpun menurut.
Sampai saatnya padi yang ditanami itu mulai tumbuh dan berkembang menjadi lebih subur dibandingkan dengan pola tanam yang dilakukan masyarakat sebelumnya.Iban mulai mendatangkan septisida untuk melindungi tanaman padi dari serangan hama serta menghamburkan pupuk. Melihat Iban memberikan septisida dan pupuk, masyarakat makin bingung dan bahkan melarang Iban agar jangan meracuni tanaman padi yang sudah tumbuh subur itu. Namun iban menjelaskan bahwa yang diberikan ke tanaman padi itu bukan racun melainkan obat untuk melindungi padi dari hama dan pupuk untuk menyuburkan tanaman padi.
Sampai pada berbulir dan panennya, tanaman padi dengan sisitm Gogo Rancah itu menghasilkan padi yang sangat banyak dan berlipat ganda dibandingkan dengan hasil yang dipanen dengan pola tanam yang digunakan masyarakat sebelumnya.
Kabar tentang gagasan Iban Medah untuk menanam padi dengan pola Gogo Rancah itupun sampai ke telinga Gubernur NTT saat itu El Tari.Sebagai apresiasi terhadap ide besar itu, Gubernur El Tari hadir di Kecamatan Rote Barat Laut untuk melakukan panen raya hasil tanaman padi dengan metode Gogo Rancah itu.
Sejak itu, masyarakat Rote Ndao dengan sendirinya mensosialisasikan cara dan metode menanam padi dengan sistim Gogo Rancah kepada masyarakat lainnya hingga kini dan menjadikan Rote Ndao sebagai daerah dengan penghasil beras terbesar di NTT dan selalau surplus setiap tahun.
Sejak itu pula, nama Iban Medah dengan karya besarnya itu melambung. Tapi tidak ada sedikitipun niatnya untuk mencari nama dalam setiap karyanya. Dengan gebrakannya itu, Iban dipercayakan oleh Bupati Kupang saat itu untuk menjadi Camat Rote Barat Daya pada tahun 1973 dan menjadi Camat Lobalain pada tahun 1976. Namun, sebelumnya, pada tahun 1975 dipercayakan oleh Ketua Golkar Kabupaten Kupang saat itu untuk menjadi Ketua Golkar Rote Ndao pada tahun 1975.
Ada kisah menarik dari awal karir Iban menitit potensinya di dunia politik melalui Partai Golkar.Dengan berbagai gebrakannya membangun kemandirian pangan bagi masyaraat Rote Ndao itu, Iban diberi kepercayaan dan tugas untuk meningkatkan perolehan suara bagi Partai Golkar kala itu.Maka iapun ditunjuk menjadi Ketua Golkar Rote Ndao yang mengkoordinir seluruh Kecamatan di Pulau Rote Ndao.
Awalnya, Iban enggan menerima tawaran menjadi Ketua Golkar Rote Ndao karena merasa rishi dengan para Camat lainnya di Rote Ndao yang merupakan senior-seniornya. Ketua Golkar Kabupaten Kupang saat itu mengutus salah satu pengurusnya untuk membujuk Iban agar mau menerima tawaran menjadi Ketua Golkar Rote Ndao. Berhari-hari lamanya utusan itu berusaha untuk membujuk Iban agar mau menjadi Ketua Golkar. Bahkan utusan itu rela tidur beberapa hari di rumah dinas Camat yang ditempati Iban untuk membujuknya menjadi Ketua Golkar Rote Ndao. Sampai beberapa hari kemudian, akhirnya Iban mau menerima tawaran itu lantaran terus didesak.
Setelah menerima jabatan Ketua Golkar Rote Ndao dan terus mengkampanyekan Golkar di seluruh pelosok dibarengi dengan karya-karya nyatanya bagi masyarakat, pada pemilu 1977 Partai Golkar di Rote Ndao meraih dukungan masyarakat hingga mencapai 97 persen dari Pemilu sebelumnya hanya 18 persen. Pimpinan Partai dengan lambang pohon beringin itu mulai melirik anak muda yang bernama Iban Medah itu sebagai sosok yang patut diperhitungkan.
Karir kepamongperajaan dibarengi dengan karir politik Iban Medah makin meroket saat itu. Pada tahun 1978, ia dipercayakan menjadi Kasi Tata Pemerintahan Kabupaten Kupang, kemudian beberapa bulan berikutnya dipercayakan menjadi Kepala Kantor Sospol Kabupaten Kupang.
Pada tahun 1990, Iban dipercayakan menjadi Wakil Ketua Golkar Kabupaten Kupang dan setahun kemudian dipercayakan menjadi Kepala BP-7 Kabupaten Kupang.
Disamping karir birokrasinya itu, Iban juga makin melejit di dunia politik.Melalui Partai Golkar, Iban terpilih menjadi Ketua DPRD Kabupaten Kupang pada periode 1992 – 1997. Selepas itu, Iban menjadi Staf Ahli Gubernur NTT tahun 1997 lalu menjadi Kepala Biro Organisasi Kantor Gubernur NTT pada tahun 1998. Selanjutnya ia menjadi Sekretaris DPRD NTT tahun 1999 dan pada tahun yang sama, Iban yang dicalonkan dari Partai Golkar terpilih menjadi Bupati Kupang selama dua periode beruntun yaitu sejak 1999 – 2009.
Semasa menjadi Bupati Kupang dua periode, berbagai karya ditorehkannya untuk kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Kabupaten Kupang.Pada periode pertama kepemimpinannya, Iban mulai memproses pemekaran Kabupaten Rote Ndao dan memang berhasil dilakukannya.Pada tahun 2003, Rote Ndao resmi menjadi kabupaten tersendiri terlepas dari kabupaten Kupang.Tidak hanya itu, pada periode kedua, lagi-lagi Iban Medah memproses dan memekaran Kabupaten Sabu Raijua pada tahun 2006.
Berkat kelihaiannya dalam mengelolah Kabupaten Kupang, pada akhir masa jabatannya Iban berhasil membangun Pusat Ibu Kota Kabupaten Kupang di Oelamasi dengan fasilitas perkantoran yang sangat memadai. Bahkan, anggaran untuk membangun pusat perkantoran itu diperolehnya dari menambung APBD Kabupaten Kupang selama dua periode ia menjabat buparti Kupang.
Pada tahun 2000, Iban Medah menggalakkan penanaman Rumput Laut dengan skala besar di sejumlah wilayah diantaranya Kabupaten Kupang, Wilayah Rote Ndao, Sabu Raijua, Wilayah Pulau Sumba, bahkan sampai ke Wilayah luar NTT yaitu di Pulau Metingmaran di Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku.
Awal mulanya memulai penanaman Rumput Laut bersama masyarakat juga mengalami banyak kendala dan hambatan.Namun, bukan Iban Medah jika hambatan itu lalu menjadi pengahalang bagi optimismenya.Saban hari, setengah hari kerjanya menjalankan tugas sebagai Bupati Kupang di Kantor dan sisa waktunya dihabiskan di laut bersama masyarakat dan menanam Rumput Laut mulai mengikat tali dan menyediakan berbagai perlatan penunjang lainnya.
Ia bahkan menggandeng seluruh unsur Muspida mulai Kapolres, Dandim, Kajari, Ketua Pengadilan Negeri, dan seluruh tokoh Agama di Kabupaten Kupang untuk bersama masyarakat menanam Rumput Laut. Haslinya, sungguh sangat menakjubkan.Hasil Rumput Laut sangat melimpah di masyarakat. Dan, untuk tetap menjaga agar masyarakat tetap rajin menanam Rumput Laut, melalaui Koperasi PNS di Kabupaten Kupang, Iban memerintahkan agar seluruh hasil Rumput Laut itu dibeli oleh Koperasi PNS dan sebagai Bupati, Iban menyertakan modal melalaui APBD kepada Koperasi PNS itu selama tiga tahun berturut-turut yang memang secara ekonomisnya mengalami kerugian. Bagi dia, pemerintah yang rugi tidak masalah, yang terpenting adalah masyarakat mendapatkan keuntungan.
Rupanya, pasar luar negeri mulai melirik bahwa ada potensi besar komoditi Rumput Laut di wilayah Kabupaten Kupang. Akhirnya, para pembeli dari luar mulai masuk mencari Rumput Laut di Kabupaten Kupang. Di saat pembeli luar mulai merambah pelosok-pelosok Kabupaten Kupang, Rote Ndao dan Sumba, Iban menyuruh Koperasi PNS itu untuk mundur dari pasaran Rumput Laut, biarlah masyarakat yang bertransaksi langsung dengan pembeli dari luar sehingga lebih menguntungkan masyarakat. Hingga kini, masyarakat di wilayah-wilayah itu semakin maju dalam bidang ekonomi dengan mengandalkan Rumput Laut.
Tidak hanya itu, pada tahun 2002, Iban memulai kawin suntik dan kawin silang ternak sapi dalam skala besar di Kabupaten Kupang yang kini terus dikembangkan, dan produktifitas ternak sapi diKabupaten Kupang saat itu meningkat tajam.
Pada tahun 2005/2006, produksi padi di Kabupaten Kupang meningkat dari 4 ton/Ha menjadi + 10 ton/Ha. Pada tahun 2000, Iban dengan gebrakannya terus mengaktifkan lahan-lahan tidur untuk ditanami pakan ternak dan tanaman-tanaman produktif lainnya hingga sekarang.
Pada tahun 2002, Iban juga menerapkan Pola Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dimana masyarakat dipercayakan untuk mengelola sendiri dana pembangunan di desa (hingga kini).
Pada bidang Pendidikan, pada tahun 2007, Iban Medah membebaskan biaya pendidikan sampai tingkat SLTA dan membebaskan biaya kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Kupang.
Dipenghujung karirnya sebagai Bupati Kupang pada periode kedua, Iban sempat mencalonkan diri menjadi Gubernur NTT pada Pilkada langsung tahun 2008 namun kandas.Ia memaknai peristiwa itu sebagai karya Tuhan, bahwa Tuhan telah menyiapkan tempat yang terhormat baginya. Tanpa kampanye dan bertaburan stiker, baliho dan atribut kampanye lainnya, Iban mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Provinsi NTT.Publik NTT terkagum-kagum melihat perolehan suara Iban Medah pada pemilu legislative tahun 2009.
Betapa tidak, ia mendulang suara mencapai 70.000 melampaui persyaratan suara untuk satu kursi DPRD Provinsi NTT dari dapilnya yang dibutuhkan sekitar 30.000. Itu pasalnya, ia berhasil mendongkrak dua orang calon anggota DPRD NTT lainnya menjadi anggota DPRD Provinsi NTT dari Dapilnya.
Pada Pilkada Gubernur NTT tahun 2013, Iban kembali didesak para pendukunya untuk maju menjadi calon Gubernur NTT.Namun, Tuhan berkehendak lain, kembali Iban gagal menjadi Gubernur NTT.Seperti yang dimaknainya, Tuhan menyiapkan tempat yang lebih terhormat baginya. Ia terpilih menjadi anggota DPD RI mewakili Provinsi NTT dengan perolehan suara gilang gemilang dari NTT yang mencapai 382.122 dan menempatknya dengan sederetan tokoh nasional lainnya pada sembilan besar perolehan suara terbanyak anggota DPD RI secara nasional. Kini, Iban menunjukan kelasnya menjadi tokoh nasional mewakili NTT di Senayan. Berbagai terobosan telah dilakukannya sejak dilantik setahun yang lalu.
Berbagai karya telah ditorehkannya untuk NTT diantaranya memperjuangkan 1000 sumur gali untuk Kabupaten Timor Tengah Selatan yang belum lama ini dilanda bencana kekeringan. Ia mengajak Ketua Komite II DPD RI Parlindungan Purba untuk melihat langsung kondisi kekeringan di sejumlah wilayah di Kabupaten TTS dan berkoordiansi dengen Kementrian PU Perumahan Rakyat dan Kementrian Pertanian untuk memberikan perhatian serius terhadap masalah kekeringan di NTT.
Pada awal Januari 2015 silam ketika menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Menteri Pwerhubungan, Iban Medah mendesak Menteri Perhubungan untuk memberikan Provinsi NTT sebuah kapal khusus pengangkut ternak karena meskipun potensi ternak yang besar di NTT namun dalam pengangkutannya yang menggunakan kapal cargo membuat berat badan ternak (sapi) mengalami penyusutan sebesar 20 persen ketika tiba di Jakarta atau wilayah-wilayah di Pulau Jawa. Dan, terbukti pada tanggal 10 Nopember 2015 lalu, secara simbolis Presiden Jokowi menyerahkan satu unit Kapal Pengangkut Ternak kepada Gubernur NTT.
Segudang pengalaman yang dimilikinya, Iban Medah juga terpilih menjadi Ketua Tim Kerja (Timja) Pengembangan Energi Terbarukan yang konsen bekerja untuk menghasilkan bahan bakar minyak dengan bahan baku tumbuhan. Dan, salah satu potensi tumbuhan yang memiliki kandungan minyak paling tinggi adalah tanaman kemiri sunan. Kini, Iban Medah telah gencar mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat NTT dan di provinsi lain untuk mengembangkan tanaman Kemiri Sunan sebagai bahan dasar pembuatan bio disel atau bahan bakar pengganti solar. Masih banyak lagi karya-karya besar yang terus ditorehkan Iban Medah selaku senator yang mewakili Provinsi NTT di Senayan.(Laurens Leba Tukan/SP)