Site icon savanaparadise.com

HMI Komisariat Ekososkum Sikka Gelar Diskusi Terbuka, Khaidir Aslam: Marwah Akademis Yang Ada Pada Mahasiswa Perlu di Jaga Pihak Kampus

Maumere, Savanaparadise.com,- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ekososkum periode 2020 / 2021 menggelar Diskusi atau ngobrol di meja kopi dengan tema Antropologi kampus, konsep demokrasi dan budaya akademisi dalam kampus.

Kegiatan ini dihadiri oleh kader HMI se-Kabupaten Sikka dan sifatnya terbuka untuk umum dengan lokasi kegiatan di cafe M-P0NG. Tujuan dari kegiatan ini sebagai bentuk Refleksi atas kemunduran demokrasi kampus dan perlu adanya solusi kedepannya agar budaya kampus terkhusus di Kabupaten Sikka tidak di batasi secara masif.

“Dengan adanya diskusi ini bisa membuka cakrawala berpikir teman teman mahasiwa yang hari ini masi termakan doktirn kuno yang menjadikan mahasiwa tdk mempunyai nilai idealis dan kritis, kata Ketua Komisariat Eksoskum HMI Sikka, Julandar Rusmin dalam sambutannya dalam kegiatan tersebut yang digelar, Kamis, (22/4/21).

Disamping itu, Pancar Setia Budi yang merupakan Ketua Lembaga Eksektutif Mahasiswa UII sebagai narasumber menyebutkan bahwasannya peradaban inteluktual itu ada pada konsistensi demokrasi kampus yang kemudian akan berkembang menjadi ide ataupun gagasan yang kemudian itu menjadi satu dasar filosofis yang kuat untuk menjangkau kapabiliti para mahasiswanya.

“Rekontruksi progresifitas dunia kampus perlu di perhatikan”, kata dia.

Menurutnya melihat intervensi pemerintahan atau birokrasi kampus menjadi momok bagi mahasiswa.

“Tugas kita hari ini adalah bagaimana kita mampu membangun kerja kerja kolektifitas dengan elemen mana pun, sehingga kekuatan kita untuk memberikan manuver kepada birokrasi itu kuat dan agar mereka sadar, bahwa kampus itu peradabanya intelktual bukan pengejawantahan sistem pendidikan yang buruk”, jelasnya

Selain itu aktivis HMI kakanda Burhanudin Rabani S.H sebagai narasumber pun menyampaikan gagasannya yaitu Andaikan saja pimpinan-pimpinan universitas, Rektor, Dekan, Ketua Jurusan se-Indonesia berpikir hal yang sama tentang kemajuan dunia pendidikan bangsa ini dengan memberikan ruang kebebasan sepenuhnya kepada mahasiswanya maka disaat itulah demokratisasi kampus terbentuk.

Tapi sayangnya, lanjut dia,  semua berbanding terbalik.

Ia menambahkan peran birokrasi kampus menentukan demokratis tidaknya tatanan keorganisasian di tataran mahasiswa dalam perguruan tinggi agar tidak terjadi polemik. Jika tidak, ungkap dia,  benih-benih jiwa demokratis yang diharapkan lahir dari perguruan tinggi hanya menjadi isapan jempol.

“Lihatlah beberapa kejadian belakangan ini yang menimpa beberapa organisasi kemahasiswaan di beberapa perguruan tinggi, kejadian ini, tentunya menunjukkan bahwa hubungan antara mahasiswa yang berhimpun dalam sebuah organisasi kemahasiswaan dengan birokrasi kampus tidak sehat”, tukasnya

Jelas Burhanudin lebih lanjut, mahasiswa yang menuntut sebuah keterbukaan lagi-lagi di kebiri oleh kaum-kaum yang memiliki kepentingan pribadi ataupun golongan. Seakan-akan di sekat dengan tembok yang begitu tebal ucap Mantan ketua PMKRI Cabang Maumere Mario Fernandes dalam dialog tersebut, sambungnya

Khaidir Aslam S.AG,M.Pd. selaku narasumber dan Dosen di salah satu perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Sikka mengatakan sesungguhnya kampus sebagai institusi independen, tempat bagi para kaum terpelajar atau terdidik/intelektual untuk mengekspresikan gagasan atau ide-ide yang menghasilkan konsep lalu dituangkan dalam isi tri darma perguruan tinggi yaitu penndidikan, penelitian dan pengabdian.

Menurutnya, Kampus juga sebagai konstruksi sebuah negara yang menghasilkan SDM yang berkualitas.

Oleh karenanya, kata Khaidir rektor dalam jabatannya dianalogikan sebagai presiden, sedangkan dosen sebagai menteri dan mahasiswanya sebagai masyarakat yang harus di jaga marwah akademisinya.

Ironisnya ia mengatakan mahasiswa sebagai rakyat di kampus atau perguruan tinggi kerap menjadi obyek sapi perah bagi dosen bahkan tidak diperhatikan haknya dalam kebijakan kampus atau perguruan tinggi.

“Ini menyesatkan pola berpikir mahasiswa untuk dapat memberi nuansa kampus dapat berkembang dan ini terjadi di nian tanah sikka”, ungkap dia.

Penulis: Aamin

Exit mobile version