Site icon savanaparadise.com

Hadapi Kekeringan, Medah Minta Masyarakat Tanam Ubi Ungu

.

Ba,a, Savanaparadise.com,- Saat ini NTT mengalami krisis pangan dan krisis air. Hal ini ditandai dengan adanya pengeluhan masyarakat yang datang dari hampir seluruh Kabupaten di NTT. sesuai dengan keterangan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Provinsi Disebutkan, krisis pangan di NTT akan serius di 2016 apabila hujan tidak banyak dalam tahun ini.

Data yang dihimpun dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Provinsi NTT terdapat 6 Kabupaten di NTT yang melaporkan soal kekeringan yaitu Kabupaten Alor, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Sabu Raijua.

Dimana, telah terjadi kerusakan tanaman Padi seluas 56 persen, Jagung 53,7 persen, dan gagal tanam di Kabupaten Kupang, Padi 66, 91 persen, Jagaug 56, 70 persn, Ubi Kayu 35,54 persen dan Ubi Jalar 45,11 persen.

Sedangkan 11 Kabupaten dan Kota Kupang belum memberikan laporan. Tetapi, kami memprediksikan gagal tanam dan gagal panen di Kabupaten dan Kota yang belum ada data laporannya tidak berbeda jauh dengan Kabupaten yang sudah ada laporannya. Itu artinya, dalam tahun 2016 ini, NTT berada dalam kondisi krisis pangan, dan itu merupakan dampak dari curah hujan yang sangat minim. Kondisi seperti ini berulang terus menerus dari tahun ke tahun.

“ NTT akan sangat sulit keluar dari kondisi kritis ini bila tidak ada langkah-langkah ekstrim dan konkrit yang dilakukan untuk mengatasi kondisi ini. Saya katakan harus dengan langkah ekstrim dan konkrit karena kalau hanya dilakukan dengan langkah biasa-biasa saja seperti saat ini yaitu yang dilakukan selama ini maka NTT tetap seperti sekarang ini yaitu krisis pangan dan krisis air,” kata Senator DPD RI Daerah Pemilihan NTT, Ibrahim Agustinus Medah belum lama dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Bersama Masyarakat di Desa Bo’a, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao.

Menyangkut tanaman berkaitan dengan ketahan pangan, dalam waktu pendek, sosok yang akrab di sapa Medah ini menyarankan untuk dimulai dulu dengan menanam tanaman yang hemat air.

“ Saya sangat mengapresiasi hasil penelitian Ir. Zeth Malelak Dekan Fakultas Pertanian pada Universitas Kristen Artha Wacana Kupang yang telah berhasil melakukan penelitian menanam ubi ungu dengan metode yang berbeda dengan yang lazim dilakukan oleh masyarakat yaitu menanam dalam lubang (bukan bedeng). Lubang itu berukuran 30-30 centi meter untuk tiap pohon,” jelasnya.

Menurut Medah, Ubi tersebut tidak membutuhkan air yang banyak. Dianjurkan untuk memulai menanam dari pekarangan rumah dengan memanfaatkan air limbah (dari dapur dan kamar mandi). Dimana ada rumah maka sudah pasti ada dapur dan kamar mandi dan sudah pasti ada air limbah. Dan air limbah itu yang digunakan untuk menyiram tanaman ubi dimaksud. Karena penyiraman ubi dengan metode penanaman Zet Malelak hanya dilakukan 3 – 5 hari sekali sesuai lokasi ubi tersebut ditanam, bahkan dengan upaya menjaga kelembaban tanah di lubang tanaman maka penyiraman bisa dilakukan 7-10 hari sekali. Ubi itu akan dipanen pada usia 90 – 120 hari (4 bulan) maka, penyiraman bisa dilakukan hanya 30 kali bahkan hanya 9 kali dengan menjaga kelembaban tanah di lubang tanaman sampai ubi dipanen. Maka satu Rumah Tangga dipekarangan rumahnya seluas 300 – 350 m2 bisa ditanam lebih dari 1000 pohon (tergantung air limbah yang ada).

Dia menjelaskan Satu lubang tanaman rata-rata menghasilkan 3,2 kilo gram ubi maka tiap rumah tangga akan mendapatkan 3,2 ton ubi, kalau penanaman dilakukan 3 kali dalam setahun maka akan menghasilkan 6,8 ton dan dengan produksi demikian akan mampu mensubtitusi kebutuhan pangan satu rumah tangga untuk 3 tahun. Kelebihan produksi dapat dijual atau dijadikan pakan ternak.

Dan perlu diketahui bahwa daun dari ubi jalar ungu inipun sangat baik sebagai pengganti sayuran. Jadi dengan menanam ubi jalar ini maka kita sudah dapat memenuhi kebutuhan pangan, ekonomi rumah tangga, pakan ternak serta menjaga tingkat asupan kecukupan gizi dan beberapa zat yang mampu memperkecil serangan kanker serta menaikan kekebalan tubuh bagi yang mengkonsumsinya.

“ Atas kerja sama saya dengan Ir. Zet Malelak, saya telah memulai pembibitan dan mulai pertengahan tahun ini saya akan bagikan sekitar 50 juta anakan untuk masyarakat NTT tanpa biaya pemerintah. Kalau 50 juta anakan itu diproyekan maka nilainya akan lebih dari Rp 100 miliar, tetapi bibit tersebut akan dibagikan cuma-cuma untuk masyarakat,” Jelasnya.

Sementara itu Camat Rote Barat, Jermias O. Lani dalam kesempatan tersebut mengapresiasi pemikiran-pemikiran yang disampaikan Medah terkait antisipasi kekeringan. Menurutnya Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Wilayah Pesisir. Dijelaskan bahwa, Pemberdayaan pada hakekatnya adalah upaya pemberian daya atau peningkatan keberdayaan.(LTL/SP)

Exit mobile version