Ende, Savanaparadise.com,- Setiap orang memiliki bakat masing-masing, baik itu bakat yang di bawah sejak lahir maupun bakat yang tumbuh karena ketekunannya untuk belajar dari orang-orang disekitarnya.
Pada dasarnya bakat itu akan tumbuh, mengalir dan berkembang, jika empu yang punya bakat tersebut mau dan memiliki keinginan yang kuat untuk menyalurkannya.
Malah sebaliknya, jika bakat itu dibiarkan terpendam suatu saat ia akan hilang dengan sendirinya karena termakan usia.
Begitu berbeda kisah yang dialami adik Almarhum Marsel Petu (Mantan Bupati Ende), Emanuel Sara, sosok pria paru baya yang memiliki bakat luar biasa sebagai pengrajin bambu.
Lulusan Sarjana Teknik ini mengaku sejak kecil dirinya tak memiliki bakat dalam dunia seni sebagai pengrajin bambu.
Ide kreatif itu muncul paska dirinya dan semua anggota keluarganha begitu merasa kehilangan sosok kakak yang mereka kagumi yakni Marsel Petu.
“Saya tidak tahu, paska kakak saya Marsel Petu meninggal, tiba-tiba dengan sendiri muncul ide demikian”, tutur Emanuel ketika disambangi Savanaparadise.com di kediamannya, Jl. Udayana, Kamis (09/06/22).
Emanuel menceritakan awal mula dirinya bekerja sebagai konsultan dan pekerjaan sebagai pengrajin bambu baru ia tekuni memasuki 2 tahun dari Desember 2020 hingga sekarang.
Tak disangka, sebagai pengrajin bambu tidak sedikitnya buah karya tangannya yang sudah Ia hasilkan. Bahkan dari ide kreatifnya itu dirinya telah meraup keuntungan jutaan rupiah dari hasil jualan barang karya miliknya.
“Yang sudah terjual sekitar 20an. Ada sarung botol Bir, Cerek, sarung Gelas, dan gambar hiasan dinding”, ungkapnya.
Selain karya tangan yang sudah dihasilkan di atas dan laku terjual, Emanuel mengatakan sebenarnya banyak ide-ide lain atau karya-karya lain yang pingin dia tuangkan.
Namun karena keterbatasan tenaga kerja yang memiliki seni dan mau bekerja sama dengannya itulah yang membuat pasokan barang yang dihasilkan sangat terbatas. Ditambah kendala modal sebagai faktor pendukung dalam menjalankan usaha itu.
Sekalipun mendapat kendala, sepertinya tak menciut nyali Emanuel untuk terus berkarya, mengembangkan ide-ide kreatifnya sebagai pengrajin bambu.
Buktinya, saat dijumpai wartawan dikediamannya, Emanuel baru menyelasaikan karya tangannya yakni gambar hiasan dinding ukuran 20×15 dan juga satu buah kursi santai.
“Kursi santai ini kalau sudah selesai, nanti saya akan menjualnya dengan harga Rp. 300.000”, ujar Emanuel dengan nada sopan dan penuh ramah.
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tak sungkan Emanuel pun sekali-kali melontarkan keluhannya terhadap beberapa konsumen yang menawarkan hasil karyanya untuk dibeli.
Terkadang dirinya mengaku kesal kepada konsumen yang menganggap hasil karya orang lain sepertinya tak bernilai apa-apa.
“Kalau soal pemasaran itu menyangkut harga kerena seringkali orang menganggap hasil karya orang tak bernilai”, tutur dia.
Kendati demikian, tak secuilpun ada rasa kebencian dalam hatinya bila menemukan orang-orang yang memiliki karakter demikian.
Setelah bincang-bincang dengan Emanuel, si jenius yang memanfaatkan bambu untuk menghasilkan pundi-pundi uang timbul pertanyaan entah mengapa dan dapat idenya dari mana, tampak seluruh karya tangan Emanuel ini terbuat dari bambu.
Ketika ditanya wartawan soal itu, Emanuel menerangkan bambu itu motifnya sangat bagus dan apabila tidak dimanfaatkan menurutnya hal tersebut sangat rugi besar.
Sebab, bagi dia bambu itu memiliki banyak manfat, bukan saja dijadikan sebagai asesoris gantungan kunci ataupun hiasan di dinding tapi lebih dari pada itu.
Menurutnya pula bambu merupakan pilihannya karena tidak sulit dan sangat mudah untuk mendapatkannya.
“Ini sebagai petunjuk bagi orang Ende agar jangan menganggap bambu secara sepele karena saya melihat bagaimana bambu di Ende tidak di manfaatkan secara baik”, tandasnya.
Penulis: Chen Rasi